Himawan Soetanto

pahlawan nasional Indonesia

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Raden Himawan Soetanto (14 September 1929 – 20 Oktober 2010) adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan juga mantan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat. Ia anak seorang pejuang, Mayjen TNI Mohamad Mangoendiprodjo, pimpinan TKR di Jawa Timur dan tokoh peristiwa 10 November 1945. zaman Jepang Daidancho Sidoarjo, Kepala Komandemen Jawa Timur, Kepala Staf Kementerian Pertahanan dan menjadi Penasehat Panglima Besar Sudirman. Sejak umur 16 tahun, Ia sudah bergabung dalam pasukan Sawunggaling untuk bertempur bersama ayahnya di Palagan Surabaya. Ia mulai menembakkan senjata untuk pertama kalinya, saat melawan tentara Inggris pada 28 Oktober 1945 di Wonokromo, Surabaya. Himawan kemudian menjadi kadet militer akademi di Yogjakarta dan turut bergabung dengan pasukan Siliwangi saat ber-long march kembali ke Jawa Barat.

Himawan Soetanto
Raden Himawan Soetanto saat menjadi Komandan Brigif Linud 17/Kujang I
Ketua Kwartir Nasional ke-4
Masa jabatan
5 November 1993 – 5 November 1998
Presiden
Sebelum
Pendahulu
Mashudi
Pengganti
Rivai Harahap
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1929-09-14)14 September 1929
Hindia Belanda Gorang-Gareng, Nguntoronadi, Magetan, Jawa Timur, Hindia Belanda
Meninggal20 Oktober 2010(2010-10-20) (umur 81)
Indonesia RSPAD, Jakarta Pusat
Suami/istriNy. Nonon Ratnapuri
HubunganMayjen TNI Mohamad Mangoendiprodjo (Ayah)
Anak
  • 1. Purwanto Indrawan
  • 2. Dwi Prihanti Indriani
  • 3. Tri Susanti Indrayani
  • 4. Cahyono Indrakusuma
Alma materMiliter Akademi (MA) Jogya (Angkatan I)
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1948—1984
Pangkat Letnan Jenderal TNI
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pada Tahun 1946-1948, 1954, 1956, 1966, Berkarier di TNI mulai dari bawah dengan pangkat Letnan Muda (sekarang Letnan Dua) mengikuti pelatihan dan pendidikan di dalam negeri. Juli – oktober 1946, HS sebagai Taruna Militer Akademi (MA) Jogya dan lulus pada tahun 1948, mengikuti penugasan operasi menghadapi Belanda di front Subang atau Bandung Utara.[1]

Karier Militer

Penugasan lainnya sebagai prajurit TNI, HS pernah menjadi Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya, Danki Taruna Akmil, Perwiran ALO/Air Liason Officer (Operasi 17 Agustus), Tahun 1948, Letda Himawan adalah siswa Angkatan I Akademi Militer, Yogyakarta, dan sempat mengikuti Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS. September 1948, HS masuk Divisi Siliwangi bermula saat ikut menumpas PKI/Moeso, bergabung dengan Kompi Tentara Pelajar pimpinan Solihin G. P., membantu gerakan batalyon Nasuhi, saat itu HS masih Taruna Militer Akademi (MA) Jogya. 19 Desember 1948, HS sudah lulus Militer Akademi (MA) Jogya dengan pangkat Letda seharusnya bertugas di batalyon artileri di kediri, Jawa Timur, tetapi tidak jadi karena ketika akan naik kereta api jurusan Kediri batal berangkat, sebab kota Jogya sudah diduduki Belanda, menandai mulainya Perang kemerdekaan II. Sehingga HS harus mengubah tujuan, yang semula akan kearah timur menjadi kearah barat yang lebih aman, dan mencari kesatuan terdekat untuk bergabung sementara.

Akhirnya ia berjalan menjauhi kota Jogya kearah barat dan bertemu dengan Letkol Bratamenggala, Wakil Kepala Staf Teritorial Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di Godean, jadilah ia bergabung dengan Staf MBKD yang membawanya ke Jawa Barat, tempat dimana ia nantinya menghabiskan hampir setengah dari perjalanan kariernya sebagai prajurit TNI. Tahun 1949, ikut long march Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat, menghadapi Belanda dan DI/TII (1949). Tahun 1951, 1952, 1953, 1961, 1962, Selesai perang kemerdekaan, menghadapi DI/TII. Tahun 1955-1957, HS dengan Ayah sama-sama bertugas ditempat yang sama, ketika HS menjadi Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya berkedudukan di Lampung dan ayahnya menjabat Residen Lampung. Lettu HS menikah dengan Nonon Ratnapuri di Tasikmalaya, yang dikenalnya ketika bertugas di Priangan Timur. Resepsi pernikahannya berlangsung di Lampung, (anak Residen). dikarunia empat orang anak, yaitu Purwanto Indrawan, Dwi Prihanti Indriani, Tri Susanti Indrayani dan Cahyono Indrakusuma.

Tahun 1960-1961, menjadi Perwira Staf Pasukan Garuda II, Markas Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Misi Perdamaian PBB) Danyon (1961-1964), Perserikatan Bangsa-Bangsa di Leopoldiville, Kongo. Tahun 1963, bertugas di Timur Tengah sebagai Komandan Brigade Selatan, United Nations Emergency Forces. 6 April 1964, operasi “gempur,” dimana Gelombang operasi gempur dimulai dini hari dari Pinrang tepat dimana sehari sebelumnya secara licik berusaha membunuh Kolonel Inf M. Yusuf Pangdam XIV/Hasanudin. 10 April 1964, HS berhasil merebut kembali Polewali, pusat dari pasukan pembangkang pimpinan Letkol Andi Selle. saat menjadi Danyonif 330/Kujang I Siliwangi memimpin operasi “balas” 2 Mei 1964, HS telah berpangkat Letkol, ditarik kembali ke Kodam VI/Siliwangi, menjadi Kepala Staf Brigif 15/Tirtayasa (sekarang menjadi Brigif 15/Kujang II Kodam III/Siliwangi).

Bintang Jasa Nararya

Di tengah kekalutan, Mayor Himawan Soetanto justru mengambil inisiatif untuk memimpin pasukan Batalyon 330/Kujang-1, menyerbu ke sarang para pemberontak PRRI pada tanggal 6 April 1964. Pasukan Batalyon 330/Kujang-1, yang sebenarnya hanya seper-lima dari seluruh kekuatan pasukan PRRI di Polewali, akhirnya berhasil membunuh Letkol Andi Sele dan menghancurkan salah satu kekuatan utama pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Karena keberaniannya, Panglima TNI Angkatan Darat (PANGAD), Letjen TNI Ahmad Yani memberikan kenaikan pangkat khusus kepada Himawan Soetanto menjadi Letnan Kolonel dan juga Bintang Jasa Nararya pada HUT Kodam III/Siliwangi ke-19 di Lapangan Tegalega, 20 Mei 1965. Pada hari itu para tokoh-tokoh Siliwangi yang tergabung dalam Operasi yang bernama "Operasi Kilat", dan telah berhasil menumpas pemberontakan Kahar Muzakar juga mendapatkan penghargaan dari PANGAD. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Kolonel Solichin GP, Mayor Jogi S Memet, Letkol Djajadi, Letda Umar Sumarna, dan yang cukup terkenal namanya adalah Koptu Sadeli, sang penembak Kahar Muzakar.[2]

Meninggal Dunia

Letjen TNI (Purn) R. Himawan Soetanto, meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. pada Rabu, 20 Oktober 2010, pukul 09.51 WIB. dan almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.[3]

Karier Militer

  • Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya
  • Danki Taruna Akmil
  • Perwiran ALO/Air Liason Officer (Operasi 17 Agustus)
  • Danyonif Linud 330/Tri Dharma
  • Kastaf Brigif 15/Tirtayasa
  • Komandan Brigif Linud 17[4] (1966—1968)
  • Pangdam IV/Sriwijaya (1971—1974)
  • Pangkostrad (1974—1975)
  • Pangdam VI/Siliwangi (1975—1978)
  • Pangkostranas (1978—1981)
  • Pangkowilhan III/Sulawesi-Kalimantan (1981—1983)
  • Kepala Staf Umum ABRI (1983—1984)

Referensi

Jabatan militer
Didahului oleh:
tidak diketahui
Kepala Staf Umum ABRI
- s/d -
Diteruskan oleh:
-
Didahului oleh:
Mayjen TNI Poniman
Pangkostrad
4 Mei 1974 - 4 Januari 1975
Diteruskan oleh:
Mayjen TNI Leo Lopulisa
Didahului oleh:
tidak ada
Komandan Brigif Linud 17/Kujang I
1966 s/d 1968
Diteruskan oleh:
Letkol Inf M. Sanif
Jabatan politik
Didahului oleh:
Mashudi
Ketua Kwartir Nasional
1993–1998
Diteruskan oleh:
Rivai Harahap