Muar

kota di Malaysia
Revisi sejak 30 November 2021 03.34 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: di era → pada era (WP:BAHASA))

Muar adalah sebuah kota yang terletak di Distrik Muar, Johor, Malaysia. Kota ini juga merupakan ibu kota distrik tersebut.

Muar
(Bandar Maharani, Bandar Diraja)
موار
(بندر مهاراني، بندر دراج)
City
Bendera Muar (Bandar Maharani, Bandar Diraja)
Motto: 
"Cekap Amanah Dinamik Makmur"  (Melayu)
"Efficient Trustworthy Dynamic Prosperous"
NegaraMalaysia
Negara bagianJohor
Township1885
Municipality2001
Pemerintahan
 • District Officer
Yang Di Pertua
Tuan Haji Mislan bin Karmani
Tuan Haji Muhamad Fuad bin Haji Radzuan
Luas
 • Total1.376 km2 (531 sq mi)
Ketinggian
36,88 m (121 ft)
Populasi
 (2010)
 • Total247,957
 • Kepadatan180/km2 (470/sq mi)
 • Demonym
Muarian
Zona waktuUTC+8 (MST)
 • Musim panas (DST)Tidak diamati
Kode pos
84000
Kode panggilan nasional06-95xxxxx to 06-98xxxxx
Plat awalanJxx
Situs webhttp://www.mpmuar.gov.my http://www.johordt.gov.my/pdmuar
Balai Kota Muar

Distrik Muar seluas 2346,12 km persegi dengan populasi 328.695 orang (sensus 2000). Kata ‘Muar’ dipercaya berasal dari Muara. Kemungkinan lain adalah ia berasal dari kata hindu yaitu “Muna” dan ‘Ar” yang masing-masing berarti Tiga dan Sungai, menggambarkan keberadaan Sungai Muar yang mengalir melalui kota ini dan juga merupakan sungai terpanjang di Johor.

Pusat administratif baru yang dikenal sebagai Muar 2 sedang direncanakan untuk dibangun di Muar. Pusat pemerintahan baru tersebut akan memiliki semua jabatan Pemerintah Negara dan Federal dan diharapkan dekat dengan Muar Bypass di kota Muar.

Geografi

Kota Muar terletak pada 2°3′N 102°34′E, di muara Sungai Muar. Kota ini berada pada posisi 150 km (93 mil) ke barat daya ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur. Ia adalah 50 km ke utara Batu Pahat.

Sejarah

Muar kaya dengan sejarah tetapi karena ketiadaan catatan sejarah yang sempurna dan bukti-bukti arkeologi, kebanyakan sejarah silam Muar tidak diketahui. Tepercaya sejarah Muar telah dimulai lebih awal dari Kekaisaran Malaka. Pada tahun 1361, ada catatan yang menyatakan Muar adalah bagian dari wilayah kekaisaran Majapahit. Catatan lain pula ada menyebut bahwa Parameswara, pendiri kerajaan Malaka, pernah mendirikan pemukiman di Pagoh, Ulu Muar setelah melarikan diri dari Temasik sebelum menuju ke Melaka. Muar juga adalah tempat terletaknya satu-satunya makam kesultanan Malaka yaitu Sultan Alauddin Riayat Shah 1 (1477-1488). Makam Kesultanan Malaka yang lain telah dirusak dengan kejam oleh Portugis selama penaklukan mereka ke atas Malaka. Muar turut berperan dalam mengendalikan serangan militer Portugis pada tahun 1511. Untuk menangani serangan armada Portugis, Benteng Bentayan telah dibangun oleh Sultan Malaka untuk mematahkan serangan dari arah laut.

Muar pada era Portugis juga menempatkan sebuah kubu yaitu 'Fortaleza de Muar' untuk mempertahankan koloni Portugis dari serangan Belanda dan Aceh.

Muar adalah kota di-Raja di selatan Johor. Ia pernah menjadi sebuah Kerajaan merdeka dan berdaulat yang diperintah oleh Sultan Ali dalam waktu yang singkat (1855 - 1877), ketika dominasi negara bagian Johor (kecuali Muar) telah diserahkan kepada Dato 'Temenggong Daing Ibrahim di bawah perjanjian di antara Inggris di Singapura dan Sultan Ali. Sultan Ali adalah pewaris sebenarnya kesultanan Johor tetapi kelemahannya telah menyebabkan pemerintahan Johor dikuasai oleh Temenggong. Setelah dia mangkat pada 1877, Muar akhirnya menjadi bagian dari provinsi Johor. Kota Muar juga dikenal sebagai Bandar Maharani, nama yang diberikan oleh Maharaja Abu Bakar pada 1884. Muar selama bertahun-tahun adalah kota terbesar kedua di Johor tetapi posisi tersebut telah diambil alih oleh Batu Pahat. Namun, Muar masih merupakan kota kedua terpenting dari segi administratif setelah ibu kota Johor Bahru.

Transportasi

 
Terminal feri Bandar Maharani

Muar adalah satu-satunya kota di Malaysia yang memiliki sistem jaringan keretapinya yang tersendiri pada masa lampau yang dikenal sebagai Keretapi Kerajaan Muar (Muar State Railways) atau MSR, beroperasi hanya 4 tahun setelah jalur kereta api pertama di negara ini di antara Taiping dan Port Weld dibuka pada 1885. Sistem kereta ini ada dari tahun 1889 hingga 1925, menghubungkan Jalan Sulaiman di Bandar Maharani dan Sungai Pulai pada jarak 22,5 km. Berdasarkan karakteristiknya sebagai kereta api ringan lokal, ia adalah terasing dari jaringan kereta api di Tanah Melayu pada waktu itu tetapi ada perencanaan untuk memperpanjang landasan sampai ke Batu Pahat pada 1916. Namun, proyek tersebut tidak dilaksanakan akibat hambatan geografis dan keuangan.

Pelayanan kereta api ini adalah menguntungkan dan telah memfasilitasi pergerakan penduduk serta barang di samping menggalakan pertumbuhan ekonomi melalui pembukaan perkebunan kelapa di sepanjang koridor rel. Namun, kepentingannya telah menurun ketika Jalan Abdul Rahman yang menghubungkan Kota Maharani dan Parit Jawa dibuka pada 1918. Selanjutnya, pemeliharaan terhadap infrastruktur yang usang adalah terbatas. Landasan sering terabaikan sehingga sistem perparitan yang tidak terurus telah merusak situs landasan. Selain itu, tidak adanya batu balas di dalam pembangunan landasan telah mempercepat laju kerusakan landasan di mana endapan tanah sering terjadi dan mengakibatkan beberapa kegelinciran. Alokasi anggaran yang besar adalah diperlukan untuk membarui sistem kereta api ini. Dibebani dengan masalah keuangan dan kemerosotan popularitas, kegemilangan MSR selama 36 tahun berakhir pada tahun 1925. Efek landasan telah hilang ketika situsnya diganti dengan konstruksi Jalan Temenggung Ahmad. Lokomotif MSR yang dipamirkan di Taman Tanjung Emas adalah satu-satunya peninggalan warisan yang membuktikan keberadaan MSR pada masa silam. Tepercaya juga lokomotif tersebut adalah yang tertua di negara ini yang masih dalam keadaan baik mengingat lokomotif uap yang dipamerkan di Museum Nasional Kuala Lumpur adalah dari model yang lebih baru. Mengingat Muar tidak pernah menjadi ibu negara bagian atau kota terbesar di Johor, keberadaan jaringan kereta api eksklusif di Muar setara dengan sistem LRT pada hari ini, satu fasilitas yang malahan ibu kota Kuala Lumpur tidak memilikinya pada waktu itu, adalah pencapaian yang menakjubkan.

Pranala luar