Kaprabonan
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
Kaprabonan adalah Keraton yang berada di Cirebon, tepatnya di Kelurahan Lemahwungkuk kecamatan Lemahwungkuk. Kaprabonan didirikan oleh PRA KAPRABONAN pada tahun 1699(Sumber : Pangeran Hempi Raja Kaprabon).
Kaprabonan | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1699–sekarang | |||||||
Ibu kota | Kota Cirebon | ||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Cirebon 1679-sekarang | ||||||
Agama | Islam | ||||||
Pangeran Adipati Kaprabon | |||||||
• 1696 (didirikannya Kaprabon) | Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon | ||||||
• 2021 | Pangeran Handi Raja Kaprabon | ||||||
Sejarah | |||||||
• Pendirian peguron Kaprabonan oleh putera mahkota kesultanan Kanoman Pangeran Raja Adipati Kaprabon | 1699 | ||||||
• - | sekarang | ||||||
| |||||||
---
Status Politik:
| |||||||
Raden Hamzaiya menyatakan jika Kaprabonan merupakan sebuah keraton yang serat dengan syiar agama Islam terutama dalam keilmuan Pertarekatan. Tidak hanya itu dokumen-dokumen terkait status Kaprabonan menajadi Keraton semuanya sudah tersimpan dengan rapih dan sudah disusun oleh saya dan mungkin saja diterbitkan dalam sebuah buku, Ujar Raden Hamzaiya.
Raden Hamzaiya menegaskan status Kaprabonan sebagai sebuah Keraton tentu saja karena Kaprabonan masih ada kaitannya dengan keluarga kesultanan yang ada di Cirebon.

Sejarah Kaprabonan
SEJARAH KERATON KAPRABONAN
Pangeran Raja Adipati Kaprabonan putera pertama dari permaisuri II Sultan Kanoman PR. Moch. Badrudin yang diberi gelar Sultan Prabu. Setelah ibunya wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon diangkat sebagai putera mahkota Kesultanan Kanoman pada 1690. Setelah menjadi putra mahkota, ia bergelar Sultan Pandita Agama Islam yang diserahi Busana Pakaian Perang Kerajaan Wali yang dinamakan busana Kaprabon. Berdasarkan bedah sejarah yang dilakukan oleh Dr. Ir. Pangeran Hempi Raja Kaprabon MP bersama Raden Hamzaiya disaksikan oleh seluruh wargi keturunan mengatakan jika nama Kaprabonan diambil dari kata "Prabu" yang memiliki arti sebagai putera Mahkota. (sumber : catatan Redaktur 2020).
Pada waktu Sultan Anom Badrudin wafat pada tahun 1690 M, Pangeran Raja Adipati Kaprabon masih berada diluar Keraton Kanoman selama 6 tahun. Pada masa itu, terjadi kekosongan kekuasaan karena gejolak politik semakin memanas. Di tengah gejolak politik itu, pengaruh dan campur tangan VOC semakin menguat setelah Nyi Mas Ibu (permaisuri ketiga) melakukan pendekatan kepada VOC untuk mengangkat anaknya, Pangeran Manduraredja sebagai Sultan Kanoman II. Keinginan Nyi Mas Ibu itu disetujui oleh VOC seiring dengan pengangkatan Pangeran Manduraredja sebagai Sultan Kanoman II dengan gelar Sultan Carbon Qodirudin yang bertahta di Keraton Kanoman. Sementara itu, hak Pangeran Raja Adipati Kaprabon sebagai putra mahkota Kanoman untuk menerima tahta Kanoman dicabut oleh VOC. Tegas Raden Hamzaiya
Kondisi tersebut yang mendorong Pangeran Raja Adipati Kaprabon meninggalkan Keraton Kanoman untuk menghindari dari gejolak politik yang bertentangan dengan jati dirinya. Setelah meninggalkan Keraton Kanoman, Pangeran Raja Adipati Kaprabon ditempatkan di suatu tempat bekas kediaman Ki Gedeng Pengalang-Alang dan Ki Kuwu Cirebon Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana). Di tempat ini, Pangeran Raja Adipati Kaprabon akhirnya mendirikan Keraton Kaprabonan tegas Pangeran Hempi Raja Kaprabon.
Raden Hamzaiya menegaskan di Keraton Kaprabonan terdapat Keris Ki Jimat Tunggul Manik merupakan warisan dari Prabu Siliwangi (Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa), Raja Pakuan Pajajaran kepada Pangeran Cakrabuana ketika ia diangkat sebagai Adipati Carbon dengan gelar Sri Mangana. Pusaka ini diberikan bersamaan dengan payung kebesaran Songsong Emas, Kendaga, Lampit, dan Bale Mande Jajar. Setelah Sunan Gunung Djati dinobatkan sebagai Raja Cirebon, keris itu diberikan kepada dirinya. Dari Sunan Gunung Djati, keris itu diwariskan kepada Pangeran Mas Muhammad Arifin atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Pasarean. Dari Pangeran Pasarean, berturut-turut diwariskan kepada Panembahan Ratu I, Panembahan Abdul Karim (Panembahan Girilaya), Sultan Anom I, Sultan Abdul Manahir Muhammad Badridin, dan Pangeran Raja Adipati Kaprabon. Di sini, keris pusaka tersebut, diwariskan kepada para pemangku adat Keraton Kaprabonan. Kedudukan keris tersebut merupakan pusaka paling penting karena menujukkan ciri bahwa pemegangnya memiliki hak sebagai pewaris tahta kerajaan. Jika dibandingkan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadininingrat, Keris Ki Jimat Tunggul Manik memiliki kedudukan yang sama dengan Keris Djokopiturun tegas Raden Hamzaiya.
Perjalanan Dinamika Keraton Kaprabonan
Pangeran Hempi membuat sebuah pernyataan bahwa Kaprabonan adalah Keraton, terlebih adanya pengakuan dari pejabat penguasa cirebon (zaman penjajahan Jepang) pada sekitar tahun 1946 pada masa kepemimpinan Pangeran Aruman bahwa Kaprabon adalah sebuah kerajaan.
Keraton Kaprabonan adalah salah satu keraton yang berdiri sejak tahun 1696 oleh Pangeran Adipati Raja Kaprabon ujar Pangeran Hempi Raja Kaprabon
kerabat Kaprabonan lainnya menjelaskan jika pada masa kepemimpinan Jepang di Indonesia telah terjadi kekeliruan pengakuan, surat dari penguasa Jepang pada saat itu yang mengakui Kaprabonan sebagai sebuah kesultanan atau kerajaan dikarenakan adanya kesalahan dari pihak Kaprabonan ketika mengirimkan surat kepada pemerintah penguasaan Jepang, dikarenakan pada surat yang dikirim oleh pihak Kaprabonan bertuliskan Kaprabonan sebagai keraton maka pihak penguasa Jepang pada saat itu dikarenakan ketidaktahuan sejarah Cirebon membalas surat dari Kaprabonan dengan kata-kata Keraton Kaprabonan, surat balasan inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh pihak Kaprabonan untuk menyatakan dirinya sebagai keraton.
Raden Hamzaiya membenarkan apa yang dikatakan oleh Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut, tutur nya jika status Kaprabonan menjadi Keraton sudah sangatlah mutlak guna pelestarian Kaprabonan serta adat-tradisi Kesultanan Cirebon.
Kaprabonan sebagai Sultan Pandita Guru Ilmu Kebatinan dalam agama Islam yang dalam dan tertinggi kehormatannya yang disukai dan diikuti oleh banyak murid-muridnya dan didatangi oleh orang-orang dari segala suku bangsa dan negeri (daerah) lain di luar Wilayah Cirebon sampai pada saat sekarang tidak putus diteruskan oleh turunannya secara turun-temurun. Batas tanah Keraton Kaprabonan menurut petunjuk catatan orang tua zaman dulu, yaitu dari sebelah Selatan sampai di Jalan Lemahwungkuk ke Timur jalan ke Pengampon. Dari sebelah Timur sampai di Jalan Sasaiki (dulu bernama Kalibacin). Dari sebelah Utara sampai Pasuketan belok ke Jalan Pecinan Lemahwungkuk. Dari sebelah Barat sampai ke Jalan Lemahwungkuk sampai di desa dekat alun-alun Kanoman. Tegas Pangeran Hempi Raja Kaprabon dalam Destertasi nya.
Raden Hamzaiya menjelaskan pada Radar Cirebon, jika Keraton Kaprabonan memiliki pengaruh yang sangat kuat terutama sumbangsih Pangeran Aroeman Kaprabon terlibat dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan republik Indonesia dengan terpilihnya Pangeran Aroeman Raja Kaprabon sebagai anggota konstituante pada era Soekarno dan menyumbangkan harta kekayaan keraton Kaprabonan guna pembangunan tugu monumen Nasional (MONAS).
Sikap Pangeran Hempi dalam kisruh tahta Kasepuhan
Pada tanggal 30 Juli 2020, Pangeran Hempi selaku pimpinan di Kaprabonan Cirebon menuliskan surat yang ditujukan kepada para wargi dan pini sepuh keraton Kasepuhan serta sentana kesultanan Cirebon yang menyatakan bahwa penerus di Kasepuhan tidak dapat diteruskan oleh puteranya[1],[2]
assalammu'alaikum wr wb
Bersama ini kami prihatin dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya di Keraton Kasepuhan sejak dahulu setelah meninggalnya Sultan Sepuh V Pangeran Mochammad Syafiudin Matangaji pada 1786 Masehi, zaman pemerintahan Belanda,” tulis Hempi dalam keterangannya.
Karena situasi saat itu dipengaruhi penguasa pemerintahan kolonial Belanda, sebut Hempi, Sultan Sepuh VI yang dilantik bukan trah Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah). Sultan Sepuh VI yang dilantik pemerintah kolonial Belanda adalah Sultan Hasanudin (Ki Muda), dan berlanjut sampai keturunannya sekarang almarhum Sultan Sepuh XIV.
Dengan dasar sejarah terdahulu, dan sekarang telah menjadi Negara Republik, maka keutuhan keturunan Kesultanan Kasepuhan harus dikembalikan kepada trah/nasab yang sebenarnya. Agar kedudukan Sultan Kasepuhan benar-benar turunan asli Sunan Gunung Jati. Sehingga doa dan marwah Sultan Kasepuhan nyambung dengan leluhurnya.
Jadi penerus Sultan Sepuh XIV tidak dapat diteruskan oleh putranya. Karena akan menjadi masalah yang berkepanjangan dari keturunan punggel yang bukan keturunan Sunan Gunung Jati,” demikian pernyataan sejarah dan penertiban Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang ditulis Hempi dalam suratnya.[1]
Menurut Raden Hamzaiya, sikap Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut memperoleh banyak simpati para dzuriah keturunan sunan gunung jati sehingga Kaprabonan semakin banyak dikunjungi. Raden Hamzaiya bahkan telah membuat kan buku untuk mengenang perjuangan dari Pangeran Hempi Raja Kaprabon ujarnya.
Raden Hamzaiya menuturkan jika Kaprabonan memiliki rasa sendiri ketika dapat merangkul semua kerabat kesultanan Cirebon.
Daftar Pangeran Keraton kaprabonan
- 1699-1734: Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon
- 1734-1766: Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon
- 1766-1798: Pangeran Brataningrat Kaprabon
- 1798-1838: Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon
- 1838-1878: Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon
- 1878-1918: Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon
- 1918-1946: Pangeran Angkawijaya Kaprabon
- 1946-1974: Pangeran Aruman Raja Kaprabon
- 1974-2001: Pangeran Herman Raja Kaprabon
- 2001-2021:[3] Pangeran Hempi Raja Kaprabon
- 2021[4]-Sekarang: Pangeran Handi Raja Kaprabon
Galeri
-
Kaprabonan
-
Imaman langgar Kaprabonan
-
Langgar Kaprabonan
-
Dalung Damar Wayang (Lambang Kaprabonan)
Referensi
- ^ a b Septiadi, Egi. 2020. Dinilai akan Timbulkan Masalah Panjang, Hempi: Penerus Sultan Sepuh XIV Tak Bisa Diteruskan Putranya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Tim Radar Cirebon. 2020. Pangeran Hempi Kaprabonan Angkat Bicara soal Trah Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan. Cirebon : Radar Cirebon
- ^ Erlanti, Mutiara Suci. 2021. Sosok Pangeran Hempi Raja Kaprabon yang Kini Meninggal Dunia, Disebut Orang yang Bersahaja dan Ramah. Cirebon : Tribun News Cirebon
- ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. 2021. Pak Uu Saksikan Penobatan Sultan Baru Cirebon, Merasa Bangga dan Berharap Ini. Bandung : Tribun Jabar