Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel tentang orang, hewan individu, organisasi (grup musik, klub, perusahaan, dll.), konten web, atau peristiwa yang terselenggara yang tidak mengindikasikan kepentingan subjeknya. Lihat KPC A7.%5B%5BWP%3ACSD%23A7%7CA7%5D%5D%3A+Artikel+yang+tidak+dapat+memberikan+klaim+kepentingan+subjekA7
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Kepada pengurus: artikel ini memiliki isi pada halaman pembicaraannya yang harus diperiksa sebelum dihapus.
Pilih templat yang spesifik – {{db-person}}, {{db-animal}}, {{db-band}}, {{db-club}}, {{db-inc}}, {{db-web}} or {{db-event}} – jika bisa. Pengurus: periksa pranala balik, riwayat (beda), dan catatan sebelum dihapus. Konfirmasi sebelum penghapusan bahwa halaman itu tidak terlihat sebagai halaman profil pengguna. Jika perlu, lebih baik pindahkan ke halaman pengguna yang bersangkutan. Terkadang tag ini juga dipakai untuk menandai KPC A9 (rekaman musik), karena sama-sama tidak mengindikasikan kepentingan. Periksa di Google. Halaman ini terakhir disunting oleh Hysocc(kontribusi | log) pada 04:51, 6 Januari 2022 (UTC) (2 tahun lalu)
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. Anda dapat membantu untuk menyuntingnya.
Pondok Pesantren Lirboyo didirikan oleh KH. Abdul Karim pada tahun 1910 M yang saat ini diasuh oleh KH. M. Anwar Manshur, terletak di Lirboyo, Kec. Mojoroto, Kota Kediri serta berafiliasi kepada Nahdlatul Ulama dan tetap menjadi pesantren salaf, yakni pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca dan mengkaji kitab-kitab salaf (kitab kuning) untuk pembelajaran sehari-hari. Pesantren ini menjadi salah satu pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahkan di peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pesantren Lirboyo selalu ikut andil dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.[1]
Pondok Pesantren Lirboyo didirikan oleh KH. Abdul Karim yang pada mulanya bertempat tinggal di Desa Lirboyo pada tahun 1910 M. Sebelum menetap di Desa Lirboyo, beliau mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng asuhan KH. Hasyim Asy'ari yang juga menjadi teman sebaya ketika berguru di Syaikhona Kholil Bangkalan, lalu KH. Abdul Karim menikah dengan Nyai Khodijah binti KH. Sholeh, Banjarmelati. Sejak pernikahan itulah KH. Abdul Karim menetap di Desa Lirboyo, Kediri. Berpindahnya KH. Abdul Karim dari Tebuireng ke Desa Lirboyo disebabkan oleh adanya dorongan dari mertuanya (KH. Sholeh Banjarmelati) dengan harapan agar syiar dan dakwah Islam menjadi lebih luas.[2]
Kemudian atas keinginan dan inisiatif dari KH. Abdul Karim, dengan didukung oleh dukungan mertuanya, maka KH. Abdul Karim mendirikan sebuah pondok untuk mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada siapapun yang ingin mencari ilmu. Santri pertama KH. Abdul Karim bernama Umar dari Madiun, kemudian datang lagi murid bernama Yusuf, Sahil, dan Somad dari Magelang., kemudian datang pula dari Gurah, Kediri bernama Syamsudin. Hari demi hari hingga bertahun-tahun, Pesantren Lirboyo semakin banyak memiliki santri dan mulai dikenal oleh warga baik di Kediri maupun dari luar Kediri.[3]
Lalu tiga tahun setelah didirikannya pondok, lantas di tahun 1913, KH. Abdul karim membangun sebuah masjid di dalam wilayah pondok dengan tujuan mengajarkan agama dan terutama untuk sarana beribadah. Hingga saat ini masjid tersebut masih ada dengan tetap bernama Masjid Lawang Songo, sebab jumlah lawang (pintu) masjid itu berjumlah sembilan.[4]
Hingga saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo sangat berkembang pesat menjadi sentral studi Islam klasik ala pesantren yang usianya sudah menginjak lebih dari satu abad. Dalam peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia, Pondok Pesantren Lirboyo selalu ikut andil dan berperan aktif dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.[5]
Sebagai salah satu pusat pendidikan agama Islam, Pesantren Lirboyo selalu mencetak kader-kader generasi agama dan bangsa yang mumpuni dalam berbagai bidang di dalam disiplin ilmu agama. Selain itu Pondok Pesantren Lirboyo juga tetap berpegang teguh pendidikan salaf (tradisional) dengan mengharmonisasikan antara budaya yang mampu mengisi modernisasi, serta telah terbukti bahwa Pondok Pesantren Lirboyo sudah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang shalih dalam bidang keagamaan, sekaligus sholih dalam bidang intelektual.
Institut Agama Islam (IAI) Tribakti Lirboyo Kediri
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) adalah perubahan nama dari Universitas Islam Tribakti (UIT) Kediri yang dirikan oleh KH. Mahrus Aly Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 9 Muharram 1386 H. bertepatan dengan tanggal 30 April 1966 M. dan diresmikan pembukaannya oleh Menteri Agama RI. saat itu yakni Bapak Prof. KH. Syaefuddin Zuhri, pada tanggal 9 Rajab 1386 H. bertepatan dengan tanggal 25 Oktober 1966 M dengan 2 (dua) Fakultas yaitu Syariah dan Tarbiyah dengan Program Sarjana Muda sesuai dengan SK Menteri Agama RI No. 178 Tahun 1970. Selanjutnya menyusul dengan diterimanya Ijin operasional penyelenggaraan sebagaimana tersebut, dilanjutkan dengan menambah 4 (empat) Fakultas yaitu; Hukum, Ekonomi, Pertanian dan Bahasa Inggris pada tahun 1987.[24]