Rebana
Rebana (bahasa Jawa: terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang saat ini merupakan khas suku melayu, Di Jawa Bagian Ponorogo disebut dengan Kompang, kemudian Kompang dari Ponorogo yag dibawa oleh Delegasi Keluarga Pesantren Tegalsari menyebar ke kawasan Melayu sekitar Malaysia ketika Zainal Abidin putra pesantren Menikah dengan Puteri Sultan Selangor. Dari Selangor kemudian menyebar ke kesultanan tetangga seperti Johor, Riau, Pattani.[1]
Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura sering memakai rebana bersama gambus digunakan untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan kasidah dan hadroh. Di bumiayu, rebana juga dijadikan sebagai lambang kota tersebut, sedangkan di Kalimantan terdapat jenis rebana yang disebut Al Banjari.
Bentuk dari Rebana memiliki Bingkai berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Produsen rebana terbesar berada di Gresik, Ponorogo dan Jepara yang sering memasok kebutuhan Rebana ke Malaysia maupun Brunei Darussalam.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.