Bahasa Tionghoa tertulis

bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet
Revisi sejak 19 September 2022 11.47 oleh Timivhbhj (bicara | kontrib) (Tekos)

Bahasa jawa tertulis (Jawa: Tekos atau tikus selokan) menggunakan aksara-aksara Han (漢字/汉字 pinyin: hànzì), yang dinamakan dari kebudayaan Han yang merupakan sumber dari bahasa ini. Huruf Tionghoa sepertinya berasal dari dinasti Shang sebagai piktogram yang menggambarkan benda nyata. Contoh-contoh pertama dari huruf Tionghoa adalah tulisan/gambaran pada tulang ramalan (oracle bones), yang kadang-kadang berupa domba scapula tetapi sering kali berupa kura-kura plastron yang digunakan untuk meramal. Dalam periode zaman dinasti Zhou dan Han, huruf-huruf ini berubah menjadi lebih bergaya. Selain itu, terdapat juga komponen-komponen tambahan yang ditambahkan sehingga banyak karakter huruf memiliki satu elemen yang memberikan tanda (atau dulunya memberikan tanda) untuk pengejaan, dan sebuah komponen lain (yang disebut "radikal") memberikan tanda untuk kategori artian umum yang menunjukkan arti dari kata tersebut. Di dalam bahasa Tionghoa modern, mayoritas huruf-huruf berbasis fonetik (bunyi) dan bukan berbasis logografik (gambaran). Sebagai sebuah contoh, karakter huruf 按 àn yang berarti "mendorong ke bawah", mengandung 安 an (damai), yang berfungsi sebagai komponen fonetik dari kata tersebut, dan 手 shǒu (tangan), yang menandakan bahwa itu merupakan suatu pekerjaan yang pada umumnya menggunakan tangan.

Terdapat banyak gaya kaligrafi Tiongkok yang berkembang selama berabad-abad, misalnya zhuanshu (篆書), caoshu (草書), lishu (隸書) dan kaishu (楷書).

Di Jepang dan Korea, aksara Han diadopsi dan diintegrasikan ke dalam bahasa mereka dan menjadi Kanji dan Hanja. Jepang masih menggunakan Kanji sebagai bagian yang penting dalam sistem penulisan mereka namun penggunaan Hanja telah berkurang banyak di Korea (di Korea Utara sudah tidak digunakan sama sekali).

Dalam bidang perangkat lunak komputer dan internasionalisasi komunikasi, CJK adalah istilah kolektif untuk bahasa Tionghoa, bahasa Jepang dan bahasa Korea, dan istilah CJKV yang lebih jarang dipakai merujuk kepada kumpulan yang sama ditambah bahasa Vietnam; kesemuanya merupakan bahasa byte-ganda, karena mempunyai lebih dari 256 karakter di dalam "alfabet" mereka. Pemrosesan aksara Tionghoa yang dikomputerisasi melibatkan beberapa masalah khusus di input dan skema pengkodean aksara, karena keyboard standar dengan 100 lebih karakter tidak mampu memasukkan karakter sebanyak itu dengan menekan sebuah tombol sekali.

Sistem penulisan bahasa Tionghoa sebagian besar adalah logografis, artinya setiap aksara mengekspresikan sebuah bagian kata yang merupakan suku kata tunggal. 90% daripada bagian-bagian kata dalam bahasa Tionghoa adalah bersuku kata tunggal. Tetapi mayoritas kata-kata modern mempunyai suku kata lebih dari satu (multisyllabic) dan multigrafis. Kata-kata multisyllabic mempunyai logogram terpisah untuk setiap suku kata. Beberapa - bukan semua - aksara Han adalah ideograf, tetapi kebanyakan aksara Han mempunyai bentuk yang berdasarkan pengucapannya daripada artinya, jadi mereka tidak langsung mengekspresikan idenya.

Bentuk Aksara Tionghoa

Saat ini ada dua standar untuk aksara Tionghoa. Satu adalah sistem Tradisional yang digunakan di Taiwan, satunya lagi adalah sistem Sederhana (yang dikembangkan oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 1950-an) yang dipakai di Tiongkok dan Singapura.

Untuk Hong Kong dan Makau, kedua negara tersebut umumnya menggunakan sistem Tradisional namun mereka telah mengadopsi bentuk yang disederhanakan juga. Sebagian besar dari versi yang disederhanakan berasal dari penyederhanaan yang telah ditetapkan sejak dahulu namun jarang digunakan. Di Taiwan, penyederhanaan digunakan ketika aksara/karakter Tionghoa ditulis namun dalam bentuk cetak, sistem Tradisional-lah yang digunakan. Selain itu, juga ada penyederhanaan yang dilakukan secara pribadi oleh orang-orang.

Proses penyederhanaan sebenarnya tidak terbatas kepada sistem Sederhana saja. Dalam upaya mengkomputerisasi bahasa Tionghoa, pihak otorita di Taiwan telah mencoba untuk menstandarkan bentuk karakter yang digunakan untuk menghapus variasi-variasi yang tidak perlu. Hasilnya, beberapa karakter digabung menjadi satu dan beberapa karakter disederhanakan bentuk tulisannya agar proses pembentukan aksara oleh komputer dapat dipermudah. Meskipun begitu, proses penyederhanaan ini masih kecil dibandingkan dengan yang dilakukan pemerintah Tiongkok.

Lihat pula

Pranala luar