R4M

Roket udara Jerman pada Perang Dunia II
Revisi sejak 9 Desember 2022 00.28 oleh Robiansah (bicara | kontrib) (Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Roket R4M (bahasa Jerman: Rakete, 4Kilogramm, Minenkopf), dijuluki Badai (bahasa Jerman: Orkan) karena jejak asapnya yang khas ketika ditembakkan, adalah sebuah roket anti pesawat. Roket ini dikembangkan oleh Luftwaffe Jerman selama Perang Dunia II.

Roket R4M

Varian anti tank dari roket R4M dikenal sebagai Panzerblitz yang ditampilkan di Steven F. Udvar-Hazy Center
Jenis Roket
Negara asal Jerman
Sejarah pemakaian
Masa penggunaan 1944-1945
Digunakan oleh Luftwaffe
Pada perang Perang Dunia II
Sejarah produksi
Tahun 1944
Produsen Heber AG, Osterode, Jerman
Varian Udara ke udara & udara ke darat
Spesifikasi
Berat 3,85 kg
Panjang 812 mm
Lebar 55 mm

Kecepatan peluru 525 m/s (1,175 mph)
Jarak efektif 600-1.000 m
Jarak jangkauan 1,500 m
Berat hulu ledak 520 g Hexogen untuk peran udara ke udara

Pengembangan

sunting

R4M dikembangkan untuk mengatasi peningkatan bobott senjata anti pengebom yang digunakan oleh pesawat tempur Luftwaffe. Senjata anti pengebom utama Luftwaffe adalah kanon otomatis 20 mm MG 151/20, yang cukup ringkas untuk dipasang di dudukan sayap internal di Focke-Wulf Fw 190 (hingga 4 meriam, atau 6 dengan pod bawah sayap laras ganda opsional) dan juga dipasang pada garis tengah pesawat tempur Bf 109G, menembak melalui baling-baling sebagai Motorkanone. Persenjataan ini bisa ditambah dengan sepasang meriam tambahan di pod senjata bawah sayap yang menyebabkan gaya hambat, tetapi ternyata dibutuhkan rata-rata dua puluh peluru 20 mm untuk menembak jatuh pengebom bermesin empat Sekutu. MG 151/20 selanjutnya ditambah atau diganti dengan 30 mm MK 108, yang menggantikan Motorkanone MG 151/20 pada banyak pesawat Bf 109, dan dapat dipasang pada pod bawah sayap yang sedikit lebih besar yang dapat digunakan pada Bf 109 atau Fw 190. Meriam dengan kaliber lebih berat ini dapat menjatuhkan pengebom dengan rata-rata satu hingga tiga tembakan. Namun MK 108 jauh lebih berat dan memiliki amunisi kaliber yang lebih besar membuatnya sulit untuk membawa amunisi untuk lebih dari satu atau dua kali "terbang lintas". Lebih buruk lagi, kecepatan peluru yang rendah berarti kanon ini memiliki jarak tembak yang sangat pendek dan mengalami penurunan balistik lebih dari 41 meter pada jarak 1.000 meter setelah penembakan. Dalam proses pendekatan hingga berjarak cukup dekat dari sasaran untuk melakukan serangan, para pesawat tempur menempatkan diri mereka dalam jangkauan lusinan senapan mesin defensif AN/M2 "laras ringan" Browning yang dimiliki oleh formasi kotak tempur pengebom berat USAAF, dari hampir semua arah pendekatan. Meriam MK 103 yang lebih kuat memiliki kecepatan moncong yang lebih tinggi dan jangkauan yang meningkat, dengan biaya yang sangat besar, yaitu ukuran (panjang laras 1,34 meter atau 52,75 inci) dan laju tembakan yang jauh lebih rendah: 380-420 RPM vs 600-650 RPM untuk MK 108.

Selain itu, roket Werfer-Granate 21 (Wfr. Gr. 21, or Bordrakete BR 21) yang merupakan turunan dari Nebelwerfer 42 dipasang pada Messerschmitt Bf 109 dan Bf 110, dan Focke-Wulf Fw 190. Roket ini digunakan untuk membongkar kotak tempur formasi pengebom USAAF, memiliki tabung peluncur yang tak hanya menghasilkan gaya hambat bagi pesawat, tetapi juga harus diarahkan ke atas 15° dari garis rata untuk mengimbangi gerak jatuh balistik roket BR 21 yang cukup signifikan. Hal ini menambah gaya hambat pada dudukan tabung peluncur yang telah memiliki gaya hambat pula dan berkontribusi pada kecepatan peluru Wfr. Gr 21 yang relatif rendah dengan kecepatan 1.150 km/h (715 mph), sekitar 60% dari kecepatan peluru MK 108 yang sebesar 505 m/s (1818 km/h).

Operasi

sunting

Hanya sejumlah kecil pesawat yang dilengkapi dengan R4M, kebanyakan Messerschmitt Me 262 dan versi serangan darat dari Fw 190, yang dipasang di rak kayu kecil di bawah sayap. Pada satu kesempatan, Me 163 A dilengkapi dengan beberapa roket R4M, dan pengaturan ini diuji selama beberapa minggu pada tahun 1944, tanpa insiden. Ini adalah pertama kalinya pesawat betenaga roket memiliki persenjataan bertenaga roket.

Luftwaffe menemukan fakta bahwa rudal R4M memiliki lintasan terbang yang sama dengan peluru meriam 30 mm MK 108, sehingga bidikan meriam standar Revi 16 B dapat digunakan.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Jeffrey L. Ethell; Alfred Price (1 April 1994). World War II fighting jets. Airlife. hlm. 38. ISBN 978-1-85310-406-0. Diakses tanggal 3 September 2013. 
  2. ^ Ziegler, Mano (July 1984). Rocket Fighter  (edisi ke-2nd). New York City: Bantam Books. hlm. 155–156. ISBN 0-553-27348-5.