Suku Sabu

suku bangsa di Indonesia
Revisi sejak 26 September 2023 08.20 oleh JumadilM (bicara | kontrib) (menambahkan isi ke artikel dari Sabu Timur, Sabu Raijua karena konteks lebih sesuai)

Suku Sabu (juga dikenal sebagai Savu Sawu atau Hawu) adalah suku bangsa yang mendiami pulau Sawu dan pulau Raijua di Nusa Tenggara Timur.

Suku Sabu
Dou Hawu
Jumlah populasi
135.000 jiwa
Daerah dengan populasi signifikan
Pulau Sawu, Pulau Sumba, Pulau Timor, dan Pulau Flores
Bahasa
Bahasa Hawu dan Bahasa Indonesia
Agama
Kristen Protestan dan Jingi Tiu
Kelompok etnik terkait
Suku Sumba dan Suku Dhao

Daerah pulau Sabu dan sekitarnya ini setiap tahunnya dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang, antara bulan Maret sampai November. Musim hujan hanya antara bulan Desember sampai Februari, yang rata-rata 35 hari pertahun dengan curah hujan yang relatif kecil.[1]

Asal Usul

Menurut syair-syair kuno suku Sabu, suku ini berasal dari daerah bernama Hura, yang berasal dari negeri jauh di barat pulau Sabu. Pendatang-pendatang ini kemudian mendiami pulau Raijua. Pendatang ini datang di bawah kepemimpinan Kika Ga dan Hawu Ga. keturunan Kika Ga yang kemudian menjadi Suku Sabu.[2]

Demografi

Sumber data tahun 1979 mencatat jumlah penduduk kedua kecamatan tersebut di atas adalah 53.716 jiwa. Hampir seluruhnya adalah orang Sabu, karena jumlah pendatang hanya sekitar 2 persen.

Pola Perkampungan

Perkampungan asli orang Sabu ini berpola mengelompok padat yang dibangun di puncak atau lereng bukit. Sebuah kampung biasanya diberi pagar batu atau karang dengan bentuk elips atau empat persegi panjang dengan keempat sudutnya melengkung. Kampung itu membujur dengan arah timur barat. Seperti disebutkan di atas pulau Sabu dianggap barat.

Budaya

Suku Sabu memiliki kebiasaan untuk mencium dengan hidung dalam tiap pertemuan. Tujuannya untuk menjalin hubungan kekerabatan yang baik dengan semua orang.[butuh rujukan]Dalam masyarakat Sabu masih dikenal kepercayaan Jigitiu atau kepercayaan kepada Mone Ama yang ada di Liru Bela.[butuh rujukan]Orang sabu memiliki rasa solidaritas yang tinggi sebagai contoh pada acara Pelekongaa (pernikahan) maka sebelumnya diadakan kumpul keluarga di mana semua yang berkaitan dengan pernikahan akan di bahas bersama-sama oleh keluarga.[butuh rujukan]

Referensi

  1. ^ Melalatoa, M. Junus. (1995). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 
  2. ^ "Website Portal OPD- Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua". opd.saburaijuakab.go.id. Diakses tanggal 2020-05-02. 

Lihat juga