Johann Friedrich Riedel

Johan Friedrich Riedel (8 Juni 1798 – 12 Oktober 1860) atau J.F. Riedel adalah misionaris yang berasal dari Erfurt, Kekaisaran Romawi Suci (sekarang: Jerman). Riedel dikenal sebagai salah satu tokoh terpenting dan berpengaruh dalam sejarah serta perkembangan kekristenan di Minahasa. Atas jasanya ini, nama Riedel didedikasikan sebagai dua nama jemaat di Minahasa yakni, GMIM Riedel Wawalintouan, Tondano dan GMIM Riedel Kembes.

Johann Friedrich Riedel
Informasi pribadi
Lahir	8 Juni 1798 Erfurt, Kekaisaran Romawi Suci
Meninggal	12 Oktober 1860 Tondano, Hindia Belanda
Pasangan	Maria (Williams) Riedel [Lahir 1810; menikah 1831; meninggal 15 Agustus1841] Elizabeth Andriet Magdalena (van Brakel) Riedel [lahir 1820; menikah 27 Maret 1846; meninggal 18 Agustus 1850]
Anak	Johan Gerard Friedrich Riedel Maria Juditha Riedel Antoinetta Sabiena Riedel Jacoba Sophia Riedel Amalia Frederika Paulina Riedel
Denominasi	Protestan
Institut	Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG)

Johann Friedrich Riedel

Kehidupan Pribadi & Keluarga

Sebelum dikenal sebagai seorang misionaris, Riedel bekerja sebagai seorang tukang jahit. Dia dibaptis di Gereja Biara Augustinian Erfurt (Augustinerkirche), tempat yang sama di mana Martin Luther hidup sebagai seorang Augustinian. Di gereja ini, kakek Riedel juga diketahui melayani sebagai seorang pendeta.

Augustinerkirche Erfurt / Kirche des Augustinerklosters Erfurt

Ayah Riedel berprofesi sebagai pedagang, namun ketika masih kecil, Riedel dan saudara-saudaranya kehilangan sang ayah pada tahun 1799, tidak lama setelah saudara keenamnya lahir.

Riedel selama hidupnya telah dua kali menikah. Istri pertamanya bernama Maria Williams ( l. 1831 di Haruku – m. 15 Agustus 1841 di Manado), putri dari Richard Williams yang tinggal Haruku tahun 1810 – 1817 pada masa pemerintahan Inggris. Riedel dan Maria menikah pada tahun 1831 di Ambon dan memiliki lima orang anak, seorang putra dan empat putri:

1. Johan Gerard Friedrich Riedel (l. 17 Februari 1832 di Manado – m. 15 Desember 1911 di Batavia), menikah dengan Susan Tower (l. 22 Juli 1841 di Ternate – m. 23 Mei 1914 di Batavia) pada 6 Agustus 1856 di Manado.
   • Suzana Elvire Victorine Agathe (Riedel) Hegt  (l. 23 Mei 1863 di Manado – m. ?). Suzana menikah pada tanggal 4 Mei 1883 di Ambon dengan Cornelis Abraham van der Bel, letnan satu di O.I. tentara, namun bercerai pada 24 Juni 1895 di Surabaya. Suzana kemudian menikah kembali pada tanggal 20 Juni 189 di Pasuruan dengan dr. Johannes Noordhoek Hegt (l. ? – m. 1915 [47 tahun]).
2. Maria Juditha Riedel (l. 17 April 1834 di Manado – m. 19 Maret 1860 di Manado [25 tahun]). Maria menikah pada tahun 1850 dengan Walak distrik Tonsea, Ontfoort Johan Pelenkahu (l. ? – m. 29 Maret 1870 di Manado).
3. Antoinetta Sabiena Riedel (l. 5 Januari 1836 di Manado – m. 28 Maret 1862 di Manado [31 tahun]). Antoinetta dua kali menikah, pertama, pada 26 March 1852 in Manado dengan Hendrik Willem Nooij, namun meninggal dunia; kedua, pada 24 Maret 1858 di Manado, dengan Hessel Rooker.

   

   Hendrik Willem Nooij, zendeling te Tondano

4. Jacoba Sophia Riedel (l. 2 Februari 1838 di Manado – m. 10 Mar 1860 Manado [22 tahun]). Jacoba menikah pada 10 Maret 1858 di Manado dengan Henricus Johannes Tendeloo (l. 20 Mei 1830 di Leiden – m. ?).
   • Henricus Johannes Emile Tendeloo (l. 1860 – m. ?). Henricus menikah pada 3 Oktober 1895 di Den Haag dengan Jeanne Cornélie Stamm'ler (l. 1869 – m. ?).
     • Nancy Sophia Cornélie (Corry) Tendeloo (l. 3 September 1897 di Tebing Tinggi – m. 18 Oktober 1956 di Wassenaar [59 tahun]).

       

       Nancy Sophia Cornélie (Corry) Tendeloo

5. Amalia Frederika Paulina Riedel (l. 14 Januari 1840 di Manado – m. 17 Desember 1887 di Ambon [47 tahun]). Amalia menikah pada 15 September 1861 di Manado dengan Nicolaas Graafland (l. 2 Maret 1827 di Rotterdam – m.11 Oktober 1898 di Buitenzorg [71 tahun]). Pernikahan Graafland adalah yang kedua kalinya, sebelumnya Ia telah menikah pada 15 September 1861 di Manado dengan Dirkje Catharina Wesseling (l. 6 November 1820 di Rotterdam) namun meninggal dunia pada 7 Maret 1861 di Tanawangko dalam usia 40 tahun. Graafland tidak memiliki anak dari pernikahan pertamanya.
   • Amelius Frederik Paul Graafland (l. 6 Agustus 1862 di Tanawangko – m. 15 Mei 1889 di Indragiri [26 tahun]. Amelius menikah pada 24 September 1883 di Friedrichroda, Jerman dengan Antonia Koenig. Tidak ada catatan yang menyebutkan anak-anak dari Amerlius dan Atonia.
   • F.W.G. Graafland (l. April 1868 di Tanawangko – m. 22 Mei 1924).

Pernikahan kedua Riedel adalah dengan Elizabeth Andriet Magdalena (van Brakel) Riedel (l. 1820 – m. 18 Agustus 1850 di Tondano) pada 27 Maret 1846 di Manado. Riedel dan Elizabeth tidak memiliki anak dari pernikahan ini.

Riedel mulai menyerahkan tugas-tugas pada April 1850 dan digantikan Hendrik Willem Nooij pada Mei 1852. Sebelumnya, Nooij telah menikah dengan putri ketiga Riedel, Antoinetta Sabiena Riedel pada 26 Maret 1852.

Riedel meninggal pada 12 Oktober 1860 di Manado dan dimakamkan di Tondano.

Panggilan Misi

Dari Jerman ke Belanda

Awal mula Riedel berkeinginan untuk menjadi seorang misionaris terjadi ketika ia mengalami penyakit yang parah. Peristiwa ini membuat ia bersumpah untuk melayani Tuhan. Pada tahun 1822, Ia menemui Ds. Johannes Jaenicke yang melakukan pelatihan misionaris di Berlin. Ketika di Berlin, Riedel bertemu dengan Johann Gottlieb Schwarz yang berasal dari Königsberg. Schwarz kelak akan bersama Riedel menjalankan misi di Hindia Belanda. Mereka berdua belajar ilmu eksakta, bahasa Inggris, Latin, Yunani, Ibrani, dogmatika, homilitika, musik, melukis, pastoral praktis dan memasak.

Ds. Johannes Jaenicke meninggal pada tahun 1827, membuat Riedel dan Schwarz pergi ke Belanda dan bergabung dengan Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) atas permintaan Berliner Missionswerk (BMS) yang merupakan penerus Sekolah Misi Johannes Jaenicke. Mereka pergi ke Rotterdam pada 12 Januari 1828 untuk menerima pendidikan misi di NZG hingga tahun 1829.

Hindia Belanda

Tondano tahun 1821

Riedel dan Schwarz berangkat sebagai utusan NZG ke Hindia Belanda pada bulan November 1930 bersama Dowes Dekker dan tiba di Batavia. Setelah dari Batavia, mereka tidak langsung menuju ke Minahasa, namun singgah di Surabaya. Riedel dan Schwarz melanjutkan perjalanan mereka ke Ambon, Maluku dan tiba pada 23 November 1830. Di Ambon, Riedel dan Schwarz menemui menemui Ds. Joseph Kam yang sebelumnya telah melakukan dua kali inspeksi ke Minahasa. Inspeksi pertama dilakukan pada tahun 1812 oleh Ds. Kam sendiri. Inspeksi kedua dilakukan pada tahun 1821 Ds. Kam Kam mengutus Ds. L. Lammers ke Kema dan Ds. D. Müller ke Manado, namun usaha keduanya tidak berlangsung lama karena meninggal. Diutusnya Riedel dan Schwarz disebabkan oleh desakan Ds. Gerrit Jan Hellendoorn untuk mengembangkan pendidikan dan taraf hidup di Minahasa. Ds. Hellendoorn sendiri diutus oleh Ds. Kam ke Manado pada tahun 1827 untuk melayani khususnya bagi warga Eropa.

Perhentian di Minahasa

Interior Gereja Sentrum tahun 1884

Setelah dari Ambon, Riedel bersama Schwarz pergi di Minahasa. Mereka tiba pada 12 Juni 1831 tepatnya di Kema (tanggal 12 Juni kemudian diperingati sebagai Hari Perkabaran Injil dan Pendidikan Kristen oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa). Perjalanan mereka dilanjutkan ke Manado untuk melakukan persiapan. Di Manado, Riedel bersama istrinya menemui Ds. Hellendoorn dan Residen Manado Daniel Francois Willem Pietermaat. Mereka berkeliling Minahasa untuk menentukan pos pelayanan. Riedel menetapkan pos pelayanan di Tondano sedangkan Schwarzmenetapkan pos pelayanannya di Langowan. Selama masa persiapan, Riedel menetap selama tiga bulan pertama di Manado untuk belajar bahasa Tondano. Setelah dianggap cukup, Riedel dan istrinya pergi ke Tondano dan tiba pada tanggal 14 Oktober 1831. Riedel melayani selama 31 tahun di Tondano hingga akhir hayatnya pada 12 Oktober 1860.