Gunung Kerinci

gunung di Indonesia
Revisi sejak 31 Januari 2024 07.58 oleh Anak Sago (bicara | kontrib)

Gunung Kerinci (juga dieja dengan "Kerintji") adalah gunung tertinggi di pulau Sumatra dan gunung berapi tertinggi di Indonesia juga Asia Tenggara. Gunung Kerinci terletak di perbatasan Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, di Pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 3.805 mdpl. Gunung ini juga menjadi batas antara wilayah Suku Kerinci dengan Etnis Minangkabau yang dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat, yang merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra.[2]

Gunung Kerinci
Mount Kerinci
ْ ڬونوڠ كرينچي
Gunung Kerinci dilihat dari Kayu Aro
Titik tertinggi
Ketinggian3.805 m (12.484 ft)[1]
PuncakPuncak Indrapura
Masuk dalam daftarRibu
Koordinat1°41′49″S 101°15′53″E / 1.69694°S 101.26472°E / -1.69694; 101.26472
Geografi
PegununganBukit Barisan
Geologi
Jenis gunungStratovolcano
Busur/sabuk vulkanikBusur Sunda / Sabuk alpida
Letusan terakhirMasih Berlangsung
Pendakian
Pendakian pertama1877, oleh von Hasselt and Veth
Rute termudahKersik Tuo
Rute normalJalur Kersik Tuo
Jalur Solok Selatan
Gunung Kerinci dari Muaralabuh

Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovolkano yang masih aktif hingga saat ini. Pada puncak Gunung Kerinci, dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah Kota Jambi, Kota Padang, dan Kota Bengkulu, bahkan Samudra Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas. Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat Rawa Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatra. Di belakangnya terdapat Gunung Tujuh dengan kawah yang hampir tak tersentuh.

Topografi

 
Kawah Gunung Kerinci.

Gunung Kerinci berbentuk kerucut dengan lebar 13 km (8 mil) dan panjang 25 km (16 mil), memanjang dari utara ke selatan. Pada puncaknya di sisi timur laut terdapat kawah sedalam 600 meter (1.969 kaki) berisi air berwarna hijau. Hingga sekarang, kawah yang berukuran 400 x 120 meter ini masih berstatus aktif. Gunung Kerinci terakhir kali erupsi pada 11 Januari 2023 hingga sekarang. Berdasarkan pengamatan Pos Pengamatan Gunung Kerinci, tinggi kolom abu akibat erupsi itu mencapai sekitar ± 750 meter di atas puncak (± 4555 m di atas permukaan laut).[3]

Gunung Kerinci termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS adalah sebuah wilayah konservasi yang memiliki luas 1.484.650 hektare dan terletak di wilayah empat provinsi, yang di mana sebagian besarnya berada di wilayah Jambi. TNKS sendiri merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan di Pulau Sumatra.[4] TNKS juga ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia The Tropical Rainforest Heritage Of Sumatra (TRHS) tahun 2006.[5][6]

Flora dan Fauna

 
Tanaman khas dipuncak Gunung Kerinci

Tumbuhan dataran rendah didominasi oleh beberapa jenis mahoni, terdapat juga tumbuhan raksasa Bunga Raflesia Rafflesia Arnoldi dan Suweg Raksasa Amorphophallus Titanum.[7] Pohon cemara juga tumbuh di Gunung Kerinci. Dengan Taman Nasional Leuser, taman ini terhalang oleh Danau Toba dan Ngarai Sianok. Sehingga beberapa binatang yang tidak terdapat di Taman Leuser ada di sini, seperti tapir (Tapirus indicus) dan kuskus (Tarsius bancanus).

Banyak terdapat binatang khas Sumatra seperti gajah, badak sumatra, harimau, beruang madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai primata seperti siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan Presbytis melapophos. Terdapat juga 140 jenis burung.[6]

Pendakian

 
Puncak Kerinci sekitar tahun 1933

Gunung Kerinci dapat ditempuh melalui darat dari Kota Jambi menuju Kota Sungai Penuh melalui Bangko, atau jalur udara dari Bandara Sultan Thaha menuju Bandar Udara Depati Parbo di Kabupaten Kerinci, Jambi. Dapat juga ditempuh dari Padang, Lubuklinggau, dan Bengkulu. Dengan pesawat terbang dapat mendarat di Kota Jambi atau Kota Padang.

Keindahan panorama yang masih alami dengan kekayaan flora dan fauna dapat ditemui mulai dari dataran rendah hingga puncak Gunung Kerinci. Tidak hanya untuk dinikmati, tetapi sangat baik untuk melakukan penelitian dan pendidikan. Pendakian ke puncak Gunung Kerinci memakan waktu dua hari 2 malam atau dua hari 1 malam, dimulai dari Jalur Pendakian Kersik Tuo, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Desa Kersik Tuo berada pada ketinggian 1.400 mdpl dengan penduduk yang terdiri dari para pekerja perkebunan keturunan Jawa, sehingga bahasa setempat adalah Bahasa Jawa. Dari Kersik Tuo, para pendaki menuju ke Pos Penjagaan TNKS atau R10 pada ketinggian 1.611 mdpl dengan berjalan kaki sekitar 45 menit melintasi perkebunan teh.

Pondok R10 adalah pondok jaga balai TNKS untuk mengawasi setiap pengunjung yang akan mendaki Gunung Kerinci. Dari R10, para pendaki menuju ke Pintu Rimba dengan ketinggian 1.682 mdpl, Jaraknya sekitar 2 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan. Medannya berupa perkebunan atau ladang penduduk, jalanan beraspal sampai ke batas hutan.

Pintu Rimba merupakan gerbang awal pendakian yang berada dalam batas hutan antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk. Pintu Rimba berada pada ketinggian 1.682 mdpl. Di sini, ada lokasi shelter dan juga sumber air kurang lebih 200 meter sebelah kiri. Jarak tempuh ke Bangku Panjang sekitar 2 km atau 30 menit perjalanan, lintasannya agak landai memasuki kawasan hutan heterogen.

Setelah itu, perjalanan menuju Pesanggrahan atau Pos 1 dengan ketinggian 1.735 mdpl, terdapat dua buah shelter yang dapat digunakan untuk beristirahat. Pesanggrahan medan masih landai, jaraknya 2 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit melintasi kawasan hutan. Pendaki dapat beristirahat di Bangku Panjang Pos 2 yang berada di ketinggian 1.782 mdpl, tapi di sini tidak ada shelter-nya. Terdapat sungai yang kadang kala kering di musim kemarau.

Untuk menuju Pesanggrahan 2 atau Pos 3 yang berjarak sekitar 2 km dari Bangku Panjang, membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Jalur memasuki kawasan hutan yang lebat dan terjal dengan kemiringan 45 hingga 60 derajat.

Pos 3 atau Pesanggrahan 2 berada di ketinggian 1.982 mdpl dan terdapat sebuah pondok yang dapat digunakan untuk beristirahat. Untuk menuju Shelter 1, jarak yang harus ditempuh sekitar 3 km dengan waktu tempuh 2 jam. Di lintasan ini kadang kala dijumpai medan yang terjal dengan kemiringan hingga 45 derajat tetapi masih bertemu dengan medan yang landai.

Terdapat sebuah pondok yang sudah tua di Shelter 1 yang berada di ketinggian 2.505 mdpl. Di sini, pendaki dapat beristirahat & mendirikan tenda. Karena mendirikan tenda wajib di Shelter 1 - Shelter 3 (area kemah). Untuk menuju Shelter 2 dari Shelter 1, jarak yang harus ditempuh adalah 2 km dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Di lintasan ini dapat dijumpai tumbuhan paku-pakuan dengan kondisi hutan yang sedikit terbuka. Shelter 2 memiliki ketinggian 3.056 mdpl.

Untuk menuju ke Shelter 3 dari Shelter 2, jarak yang harus ditempuh sekitar 1,5 km, memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Kondisi jalur berupa bekas aliran air, sehingga akan berubah menjadi selokan bila turun hujan. Shelter 3 berada di ketinggian 3.291 mdpl (area kemah). Sesampainya di Shelter 3, pendaki sudah berada di Batas Vegetasi antara hutan & jalur bebatuan khas gunung berapi. Menuju puncak Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 mdpl, pendaki perlu melewati pos akhir, yaitu Tugu Yudha. Baru setelah itu Puncak Indrapura.[8]

Danau-danau

Disekitar Gunung Kerinci, setidaknya memiliki lima belas danau, yang terbesar adalah Danau Kerinci, diikuti oleh Danau Gunung Tujuh. Danau Kerinci seluas 4.200 hektar terletak di ketinggian 650 meter (2.130 kaki), dan merupakan tuan rumah Festival Danau Kerinci. Danau Gunung Tujuh adalah danau kaldera yang terbentuk di gunung berapi yang sudah punah, dan dikelilingi oleh tujuh puncak. Danau Gunung Tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian 1.996 meter (6.549 kaki).[9]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ sumbar.bps.go.id Nama Gunung, Lokasi dan Tingginya
  2. ^ Alzikri, R. Flourenta; ., Rahmanelli; ., Afdhal (2019-01-31). "Karakteristik Wisatawan Di Kawasan Gunung Kerinci Kabupaten Kerinci (Studi Kasus Pendaki Gunung Kerinci Kecamatan Kayu Aro)". JURNAL BUANA. 3 (1): 121. doi:10.24036/student.v3i1.276. ISSN 2615-2630. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  3. ^ Padara, Dolfi Paulus (2017-10-16). "Analisis Tipikal Erupsi Gunung Lokon Periode Erupsi 2012-2013 Berdasarkan Karakterisasi Mikrostruktur Abu Vulkanik". Jurnal MIPA. 6 (2): 36. doi:10.35799/jm.6.2.2017.17422. ISSN 2302-3899. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  4. ^ adminweb. "SEJARAH KAWASAN". Taman Nasional Kerinci Seblat (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-02. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  5. ^ Khoiri, Ahmad Masaul. "Tentang Gunung Kerinci yang Mungkin Belum Kamu Tahu". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-11. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  6. ^ a b Rasputri, Helinsa. "Mengenal Gunung Kerinci, Gunung Tertinggi di Sumatera yang Mempesona". Kumparan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-13. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  7. ^ adminweb. "Rafflesia". Taman Nasional Kerinci Seblat (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-02. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  8. ^ "kadekarini - Indonesian Travel Blogger: Pendakian Menggapai Atap Sumatra, Gunung Kerinci 3805 mdpl". kadekarini - Indonesian Travel Blogger. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-07. Diakses tanggal 2021-06-05. 
  9. ^ Post, The Jakarta. "Exploring Kerinci". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-28. Diakses tanggal 2021-06-05.