Story:Bambu Ampel

Revisi sejak 6 Juni 2024 04.43 oleh Ariyanto (bicara | kontrib) (fix categories - (via JWB))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Bambu ampel
Bambu ampel atau bambu aur (Bambusa vulgaris) adalah sejenis bambu yang ditanam oleh orang karena kegunaannya, baik di Indonesia maupun di bagian lain dunia, di wilayah tropis dan subtropis. Meskipun tidak seberapa tahan akan serangan kumbang bubuk, bambu ampel menyediakan banyak kegunaan yang lain selain bahan bangunan, termasuk pula sebagai bahan baku kertas dan sayuran dari rebungnya.
Hans Hillewaert
Varietas yang berwarna kuning bergaris hijau (Bambusa vulgaris var. striata) dikenal sebagai bambu kuning atau bambu gading dan dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tanda batas pekarangan, serta bahan obat tradisional. Beberapa sebutan dalam bahasa lain meliputi awi ampel, awi haur, awi haur geulis, awi haur koneng (Sd. ); pring ampel, pring ampel kuning, pring gadhing, jajang ampel, jajang gadhing (Jw. ); pĕrréng ampél, pĕrréng ghadhing (Md. ); tiying ampel, tiying hampyal, tiying puling (Bl. ); tĕréng dèndèng (Sas. ), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris ia disebut common bamboo atau clumping bamboo.
Dvellakat
Bambu ampel dikenal dengan tumbuhnya yang merumpun dan tidak terlalu rapat; rimpangnya bercabang simpodial. Rebung berwarna kuning atau hijau, tertutup oleh bulu-bulu miang cokelat hingga hitam. Buluhnya tegak, mencapai tinggi 10-20 m, lurus atau agak berbiku-biku, ujungnya melengkung; mulai bercabang lk. 1,5 m di atas tanah, kadang-kadang juga lebih ke bawah, 2-5 cabang pada satu buku, salah satunya lebih besar daripada cabang-cabang yang lain.
Dvellakat
Daun pada ranting bentuk lanset, 6-30 × 1–4 cm, lokos; kuping pelepah kecil dan membulat, tinggi 0,5-1,5 mm, dengan sedikit bulu kejur sepanjang 1–3 mm; ligula hampir rata, tinggi lk. 0,5-1,5 mm, lokos.
Vis M