Poliomielitis

penyakit menular disebabkan virus polio
Revisi sejak 9 Mei 2005 10.01 oleh Meursault2004 (bicara | kontrib) ({{rapikan}})


Poliomyelitis ("polio"), atau infantile paralysis, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan juga paralisis. Ketika polio menyerang Amerika selama dekade seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Limapuluh tahun kemudian, penyakit itu hilang di Amerika, dan tidak lama kemudian di seluruh dunia.

Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Musim panas adalah saat yang paling parah. Ketika wabah merebak, orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup. Bangsa Amerika dicekam ketakutan.

Bekas-bekas dari era itu masih menimbulkan rasa ngeri. Bulu kuduk masih berdiri kalau orang ingat alat yang disebut ‘paru-paru besi’. Pengidap polio yang paling parah dimasukkan ke dalam alat itu, hanya kepalanya yang di luar. Alat ini membantu paru-paru yang lemah, dengan menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Cara orang Amerika menanggapi penyakit mengerikan ini menjadi kisah sukses luar biasa. Tidak saja mereka berhasil mengalahkan polio, tetapi mereka menemukan cara membuat vaksin untuk penyakit lain seperti cacar dan influenza.

Polio lenyap di Amerika, tepat 50 tahun yang lalu bulan ini, setelah vaksin yang ditemukan seorang dokter muda bernama Jonas Salk dan rekan-rekannya dinyatakan aman, efektif dan mujarab. Pengumuman dikeluarkan tahun 1955, tepat 10 tahun setelah meninggalnya Presiden Franklin Roosevelt, yang menderita polio.

Tahun 1952, di Amerika terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun 1955 vaksin Salk mulai digunakan. Tahun 1963, setelah puluhan juta anak divaksin, di Amerika hanya ada 396 kasus polio. Sejak tahun 1979, kasus polio hilang sama sekali.

Tahun 1938, Presiden Roosevelt mendirikan Yayasan Nasional Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan menemukan pencegah polio, dan merawat mereka yang sudah terjangkit. Yayasan itu membentuk March of Dimes. Ibu-ibu melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, anak-anak membantu melakukan sesuatu untuk orang lain, bioskop memasang iklan, semuanya bertujuan minta bantuan satu dime, atau sepuluh sen. Dana yang masuk cukup untuk membiayai penelitian Dokter Jonas Salk.

Pada suatu saat, Dr. Salk ditanya, apakah ia akan mendaftarkan hak paten atas vaksin temuannya, yang pasti akan membuatnya kaya raya. Ia menjawab: ‘Vaksin ini milik semua orang. Bagaimana saya mendaftarkan hak paten atas sinar matahari?.”

Dari awal, vaksin polio diberikan kepada semua anak, tidak soal berapa penghasilan keluarganya. Model vaksin polio menjadi prinsip: semua anak harus divaksin, apapun latar belakang keluarganya. Tidak lama setelah pengumuman tahun 1955 itu, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan, Amerika akan mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin polio. Informasi ini diberikan secara gratis, ke 75 negara, termasuk Uni Soviet, musuh Amerika dalam Perang Dingin.

Program ini berhasil. Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Sedunia yang beranggotakan 161 negara berikrar untuk membasmi polio selambat-lambatnya tahun 2000, sebagaimana yang dilakukan dengan penyakit cacar pada tahun 1980. Waktu itu, ada sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Pada tahun 2000 polio belum terbasmi, tetapi kasusnya berkurang menjadi di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah kecil di India dan Pakistan.