Paku sarang burung

Revisi sejak 20 April 2010 02.02 oleh Tjmoel (bicara | kontrib) (←Suntingan 202.70.54.19 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Johan N)
Asplenium nidus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. nidus
Nama binomial
Asplenium nidus

Paku sarang burung (Asplenium nidus, syn.: A. ficifolium Goldm., Thamnopteris nidus (L.) C. Presl., Neottopteris rigida Feé) merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Walaupun dalam artikel ini paku sarang burung disamakan dengan A. nidus hasil penelitian terakhir menunjukkan kemungkinan revisi, bahwa paku sarang burung mencakup beberapa jenis berkerabat dekat namun berbeda. [1] [2] A. australasiaticum juga sering dianggap sebagai paku sarang burung.

Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.

Paku ini kebanyakan epifit, namun sebetulnya dapat tumbuh di mana saja asalkan terdapat bahan organik yang menyediakan hara. Karena merupakan tumbuhan bawah tajuk, ia menyukai naungan.

Di Hong Kong, jenis ini dilindungi oleh undang-undang.

Rujukan

  1. ^ Johns, R.J. Asplenium section Thamnopteris (Aspleniaceae) - new information leading to a better taxonomy of the section 5th Flora Malesiana Symposium Abstract
  2. ^ Murakami N. & Yatabe Y. Recognition of biological species in Asplenium nidus complex using molecular data and crossing experiments 5th Flora Malesiana Symposium Abstract