Sutan Aswar Lahir tahun 1925, Sutan Aswar adalah salah satu yang turut mendirikan TNI Angkatan Udara Republik Indonesia dan merupakan pencipta bensin pesawat (AFTUR) pertama di Indonesia atas perintah Komodor Udara Halim Perdanakusuma pada tahun 1947. Pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Sutan Aswar merupakan salah satu pakar perminyakan yang dikenal santun dan jujur di dalam pengabdiannya kepada negara. Anggota MPR-DPR RI Fraksi-ABRI 1966-1976 ini dianugerahi berbagai macam bintang dan tanda jasa; - Bintang Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Swa Buana Paksa Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Swa Buana Paksa Nararya, Bintang Sewindu APRI. - Satya Lencana Kesetiaan 24thn, SL Kesetiaan 16thn, SL Kesetiaan 8thn, SL Kemerdekaan I, SL Kemerdekaan II, SL Sapta Marga, SL Penegak, SL Pepera Irian Barat, SL Dwi Dja Sista, SL HUT AURI X - dll.

Sutan Aswar
Anggota MPR-DPR Republik Indonesia
Masa jabatan
1966 – 1976
PresidenSoekarno
Pengganti
Soeharto
Sebelum
Direktur Perminyakan dan Angkutan ABRI
Informasi pribadi
Lahir(1925-06-23)23 Juni 1925
Indonesia Padang, Sumatera Barat
Meninggal27 Agustus 2006(2006-08-27) (umur 81)
Indonesia Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikNon partai
Suami/istriPuti Ida Martunus
AnakSativa Sutan Aswar, Saiful Ihsan, Fadia, Mutia, Gina
ProfesiTentara
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini


Cat. Sejarah Markas Besar TNI-AU RI: (Sewindu Angkatan Udara Republik Indonesia_9 April 1946-9 April 1954)


PERAN MINYAK BAGI AURI Pada tanggal 28 Desember 1947 dari Yogyakarta dikirimkan Tetra Ethyl Fluid (TEL) ke Sumatra untuk pembuatan bensin udara. TEL tersebut diterima oleh AURI Yogyakarta dari Pabrik Minyak Cepu sisa-sisa pabrik tahun 1942. Dengan melalui darat TEL diangkut dari Pekan Baru melalui Bukitinggi ke Jambi; Komodor Udara Halim Perdanakusuma menunjuk OMU-2 Sutan Aswar pada jawatan minyak di Jambi diperbantukan SMU Mardjoeki.


Alat-alat yang sangat minim dan sederhana dibuat oleh Jepang sebagai instalasi darurat, dengan sendirinya tidak sesuai standar untuk menghasilkan bensin ringan sebagai dasar bensin udara. Begitu pula alat-alat untuk memeriksa akurasi hasil bensin tersebut, hanya bisa untuk mengetahui berat jenis dan ASTM destillatie saja.


Ahli-ahli tersebut pada pembuatan bensin udara itu tidak ada, sedangkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang ahli dari Sawahlunto negatif, berhubung ybs. tidak setuju dengan kondisi alat yang tidak memadai (al. Alm. Jacob dan Soediardjo).


Tenaga dari Pabrik Minyak Jambi yang banyak menyumbangkan tenaga hanyalah seorang tukang yang mengetahui seluk beluk alat saja, namun tidak kepada proses pembuatan bensin udara.

Akan tetapi meskipun begitu OMU-2 Sutan Aswar dan SMU Mardjoeki dibantu oleh seorang tukang tersebut memberanikan diri melangsungkan proses pembuatan bensin udara, dengan resikonya adalah tanggung jawab OMU-2 Sutan Aswar.


Hasil-hasil pertama didapat pada akhir bulan Februari 1948. Menurut contoh-contoh yang diperiksakan di Cepu, banyak juga diadakan perubahan dalam fraksi bensin oleh OMU-2 Sutan Aswar, tetapi belum juga memenuhi syarat-syarat bensin udara.


Ketika bulan Maret 1948 pesawat Anson datang ke Jambi, dan karena harus mengisikan bensin maka OMU-2 Sutan Aswar memberanikan diri untuk menyatakan bahwa bensin udara tersebut siap dipakai.


Mutu bensin udara disempurnakan oleh OMU-2 Sutan Aswar, dan percoabaan dimulai dengan hasil bensin udara pertama Indonesia tersebut. Berhasil. Sejak itu hasil bensin udara dari Jambi terus dipakai oleh jawatan minyak seluruh Indonesia. Hal ini berarti suatu prestasi yang besar artinya dalam usaha ke arah selfhelp di masa perjuangan.


Bensin udara; 91 oktan untuk pesawat Anson, C-47 untuk pesawat Dakota, 80 oktan untuk pesawat Stinson.