Perang Saudara Islam I

artikel daftar Wikimedia

Perang saudara islam yang pertama (656–661), juga disebut sebagai Fitnah Pertama (Abjad Arab: فتنة مقتل عثمان "Fitnah pembunuhan Ustman"), adalah perang saudara besar pertama pada saat Kekhalifahan islam. Peperangan ini mengemuka akibat dari pembunuhan khalifah Utsman bin Affan.

Fitnah Pertama
Bagian dari Perang saudara islam

  Wilayah yang dikontrol Khulafaur Rasyidin (Ali ibn Abi Talib)
  Wilayah yang dikontrol Muawiyah I
  Wilayah yang dikontrol Amr ibn al-As
Tanggal656661
LokasiPeninsula Arab
Hasil Pemberontakan sukses, perjanjian perdamaian ditandatangani;
Muawiyah memulai Dinasti Umayyah
Pihak terlibat
Khulafaur Rasyidin
(Kharijites)[a]
pasukan Aisyah
pasukan Muawiyah
Pemberontak lain
(Kharijites)[a]
Tokoh dan pemimpin
Ali ibn Abi Talib
Malik al-Ashtar
Aisha bint Abu Bakr
Talha ibn Ubayd-Allah
Zubair ibn al-Awam
Muawiya I
'Amr ibn al-'As[b]
  1. Khawarij adalah bagian dari pendukung Ali yang kemudian berlawanan dan akhirnya melawan kedua belah pihak.
  2. 'Amr ibn al-'As pada awalnya mendukung Ali, tetapi kemudian berpindah pihak kepada Muawiyah.

Fitnah ini dimulai dengan serangkaian pemberontakan terhadap Khalifah Ali ibn Abi Talib, yang diakubatkan oleh pembunuhan terhadap pembunuhan khalifah sebelumnya yaitu Utsman bin Affan. Hal ini berlangsung sepanjang Ali memerintah dan diakhiri dengan pengangkatan Muawiyah sebagai khalifah , mendirikan Dinasti Umayyah dan penandatangan perjanjian damai dengan putra Ali yaitu Hassan bin Ali.

latar belakang

Utsman bin Affan dibunuh dirumahnya oleh para pemberontak dan pengacau. Alasan utama dari ketidakpuasan terhadap Utsman adalah nepotisme. Usman dianggap memilih anggota keluarganya sebagai gubernur dari propinsi propinsi penting. Ali ibn Abi Talib kemudian dipilih sebagai khalifah menggantikan Utsman bin Affan.

Pertempuran Basra

Ali ibn Abi Talib dan pasukannya bertempur dengan pasukan yang berpihak kepada Aisyah di Basra, Irak pada tahun 656 masehi[1]

Pertempuran Shiffin

Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan (sepupu dari Usman bin Affan) dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah.

Pertempuran Nahrawan

Khawarij yang pada awalnya memaksa Ali untuk menerima perjanjian dengan Muawiyah ternyata merasa tidak puas dengan keadaan setelah perjanjian itu diberlakukan. Maka mereka memutuskan untuk berperang melawan Ali. Ali yang sebelumnya berencana menyerang Muawiyah di Damaskus, terpaksa membatalkan niatnya dan berperang melawan Khawarij pada pertempuran Nahrawan[butuh rujukan]


Kehilangan semua propinsi kecuali Kufa

Pasukan Muawiyah menyerbu dan menduduki kota kota dimana Gubernur dari pemerintahan Ali tidak mampu mencegahnya atau rakyat tidak mendukung sang gubernur untuk memerangi pasukan Muawiyah. Muawiyah akhirnya menduduki Mesir, Yaman dan beberapa wilayah lain.[2]

Hari terakhir Ali

pada tanggal 19 bulan Ramadhan, ketika Ali sedang beribadah di masjid Kufa, seorang Khawarij bernama Abd-al-Rahman ibn Muljam membunuhnya dengan pedang beracun. Ali, yang terluka oleh pedang beracun tersebut , hidup selama 2 hari setelah serangan sebelum meninggal pada tanggal 21 Ramadhan di kota Kufa tahun 661 A.D.[3]

Khalifah Hasan bin Ali

Setelah kematian Ali ibn Abi Talib, kekuasaan kekhalifahan diberikan kepada putra tertua Ali yaitu Hasan. Khalifah Hasan hanya memerintah beberapa bulan sebelum dia melakukan perjanjian perdamaian dengan Muawiyah dan menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah.[4] [5]


Referensi

  1. ^ See:
  2. ^ See: Nahj Al-Balagha Nahj Al-Balagha Sermons 25, 27, 29, 39
    • Al-gharat (Plunders) which has written by Abi Mikhnaf, a Shi'a, is a detailed report about these raids.
  3. ^ Tabatabae (1979), page 192
  4. ^
    • Lapidus (2002), p.47
    • Holt (1977a), p.72
    • Tabatabaei (1979), p.195
    • Madelung (1997), p.334
  5. ^ Sunni view of Ali
Encyclopedia