Gagok
Sejarah
Gagok adalah seni suara yang lahir pada periode akhir Dinasti Joseon (abad ke-16). Pada masa ini, para penikmat seni yang sebagian besar adalah kaum bangsawan, sering berkumpul bersama-sama untuk menulis puisi dan menciptakan lagu. Pada awalnya seni menyanyi ini dinamakan Mandaeyeob, yang dicirikan dengan tempo yang lambat. Mandaeyeob kemudian berkembang menjadi dua, Jungdaeyeob (tempo medium) dan Sakdaeyeob (tempo cepat). Pada akhir abad ke-17, Sakdaeyeob menjadi lebih populer dibanding 2 gaya menyanyi lain, sehingga sampai abad ke-19, hanya Sakdaeyeob yang dapat bertahan. Bersama musik Yeongsanhoesang, Sakdaeyeob menjadi hiburan musik terpopuler di pungnyubang, tempat hiburan eksklusif kaum bangsawan Joseon. Sakdaeyeob inilah yang menjadi dasar gagok yang dinyanyikan hingga kini.
Karakteristik
Gagok dikategorikan sebagai jeongga ("lagu pantas") yang umum dipentaskan di kalangan bangsawan pada masa Dinasti Joseon (1392-1910) oleh pria atau wanita.[2][3][4] Saat ini, masih tersisa 41 buah lagu gagok, yang mana 26 buah lagu untuk suara pria dan 15 untuk suara wanita.[4] Awalnya terdapat 3 buah kategori gagok, mandeyeop (lambat), jungdaeyeop (sedang), dan sakdaeyeop (cepat), namun saat ini hanya sakdaeyeop yang dinyanyikan.[4] Pada tahun 2010, kesenian ini dimasukkan dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia UNESCO.[2]
Lirik gagok didasarkan pada 3 baris sajak sijo dan dinyanyikan dalam dua buah nada, pyeongjo (atau ujo) dan gyemyeonjo yang menyerupai mayor dan minor di musik barat.[4] Repertoarnya dapat dibagi berdasarkan ketukan (jangdan).[4] Beberapa lagu dinyanyikan dalam 16 ketukan dan lainnya 10 ketukan. Saat dinyanyikan, 3 baris sajak sijo berubah menjadi lagu dengan 5 stanza.[4] Awal pertunjukkan ditandai dengan permainan musik pembuka, lalu 3 stanza pertama dinyanyikan.[4] Pada saat jeda, penyanyi akan istirahat sejenak sementara musik dimainkan. Setelah itu penyanyi akan menyanyikan 2 buah stanza terakhir dan diakhiri dengan permainan musik penutup.[4]
Musik yang mengiringi nyanyian gagok dimainkan dari alat musik tiup dan petik oleh pemusik yang duduk di bagian belakang penyanyi.[3] Alat musik yang dimainkan antara lain geomungo (kecapi 6 senar), gayageum (kecapi 12 senar), yanggeum (kecapi barat), sepiri (suling buluh kecil), daegeum (suling besar), danso (suling vertikal), haegeum (rebab 2 senar), dan janggu (gendang jam pasir).[3][4]
Salah satu lirik lagu pria yang berjudul Byeoksachang:
碧紗窓이 어른어른 커늘 | Byeoksachangi eoreun eoreun kkeoneul |
임만여겨 펄떡 뛰어 나가보니 | Immanyeogyeo peoltteok ttwieo nagaboni |
임은 아니오고 | Imeun aniogo |
明月이 滿庭한데 | Myeongwori manjeonghande |
벽오동 젖은 잎에 | Byeokodong jeojeun ipe |
鳳凰이 와서 | Bonghwangi waseo |
긴 목을 휘어다가 | Gin mogeul hwieodaga |
깃 다듬는 그림자로다 | Git dadeumneun keurimjaroda |
마초아 밤일새 망정 | Machoa bamilsae manjeong |
낮이런들 남우일변 하여라 | Najireondeul namuilbyeon hayeora |
Referensi
- ^ (Inggris)Distinguishing Features of Korea's Traditional Music, asianinfo.org. Diakses pada 8 Januari 2011.
- ^ a b (Inggris)Tiga Aset Budaya Non-bendawi Korea Terdaftar Dalam Warisan Dunia UNESCO, kbs.co.kr. Diakses pada 8 Januari 2011.
- ^ a b c (Inggris)Gagok, lyric song cycles accompanied by an orchestra, unesco.org. Diakses pada 8 Januari 2011.
- ^ a b c d e f g h i Rockwell, Von Coralie (1972). Kagok:a traditional Korean vocal form. Asian Music Publication, Providence, Rhode Island. ISBN 0-913360-05-8.
Pranala luar
- (Indonesia)Eonlak Gagok