Sangitan
Sangitan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. javanica
Nama binomial
Sambucus javanica

Sangitan (Latin: Sambucus Javanica Reinv/ Sambuci Javanicae)) adalah jenis tanaman herbal dalam keluarga Adoxaceae asli Asia dan merupakan tanaman subtropis dan tropis.[1][2] Sinonim nama ilmiahnya: Sambucus Chinensis Lindl., Simbucus Ebuloides Desc., Simbucus Thunbergiana BI., Phyteuma Bipinnata Lour., dan P. Cochinchinensis Lour.[1] Nama Sangitan atau kelak nasi diambil dari bahasa Melayu.[2][1]

Di Pulau Sumatera sendiri ia dikenal secara beragama, di Aceh ia disebut abur, di Bengkulu ia dinamai babalat.[2][1] Sedangkan di Pulau Jawa, di daerah Sunda disebut kerak nasi, di Jawa (tengah) dinamanakan brobos kebo.[2][1] Di Maluku ia disebut halemaniri, yaitu di daerah Tidore.[2][1]

Asal-usul Sangitan

Sangitan merupakan tanaman asli Indonesia.[3] Sangitan banyak dijumpai di Bhutan, Burma, Kamboja, Cina (kecuali di utara), India, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia (di Sabah), Filipina, Thailand Selatan, dan Vietnam.[2] Kehadiran Sangitan kurang diperhatikan orang bahkan terkadang dianggap sebagai gulma, meskipun di Cina sangat terkenal dan dimanfaatkan sebagai ramuan untuk menyembuhkan penyakit hepatitis.[4]

Karakteristi Tanaman Sangitan

Sangitan tumbuh di sembarang tempat di pinggir sawah dan di antara semak belukar di hutan bambu.[4] Rantingnya saling berdesakan dan membentuk perdu, tampak unik bagian daunnya.[4] Lebar daun 2-3cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin sempit dan helaiannya seperti menutup.[4] Bunganya berwarna putih agak krem di pucuk tanaman sehingga kelihatan menonjol.[4] Bentuk mahkota bunga seperti bintang, pertumbuhannya mengarah ke atas dan sekilas mirip payung.[4]

Rasa pohon atau daun sangitan manis agak pahit. Herba ini masuk dalam meridian hati (liver) dan berkasiat sebagai peluruh kencing (diretik).[5]

Kandungan kimia

Sangitan kaya akan kandungan kimia, seperti minyak esensial, asam ursolik, beta sitosterol, alfa amyrin palmitat, KNO, dan tanin.[3][4][5] Kandungan tersebut menyebar di bagian akar, batang, dan daun.[4][3][5] Di samping itu, menurut data Departemen Kesehatan, tanaman ini mengandung sambunigran dan glukosida.[4][3][5]

Pemanfaatan bagian tanaman Sangitan

Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah akar, (daun)/herba, dan bunga dengan cara dijemur sampai kering jika akan disimpan.[2]

Akar digunakan untuk pengobatan: bengkak dan memar, tulang patah, reumatik, pegal linu, dan sakit kuning.[2] Herba digunakan untuk: bengkak karena timbunan cairan pada penyakit ginjal, beri-beri, disentri, radang saluran napas kronis, eripelasi.[2] Seluruh tumbuhan digunakan untuk pengobatan: keram, nyeri tulang, memar, kulit terbakar, bercak hitam di wajah, untuk menghaluskan kulit dan merangsang saraf.[2] Penggunaannya sangat sederhana dan sifatnya masih lokal.[2] Daunnya bisa ditumbuk, direbus (airnya diminum atau untuk mencuci bagian sakit), atau diperas.[2]

Contoh, penggunaan bagi penderita penyakit kuning: cuci 30-50 g akar sangitan kering atau 90 g akar sangitan segar, lalu potong seperlunya.[2] Tambahkan daging sapi yang jumlahnya sama banyak, setelah dingin, air diminum dan dagingnya dimakan.[2]

Efek Samping

Ibu hamil dilarang minum rebusan tumbuhan ini karena dapat menyebabkan kematian janin.[2]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f (Indonesia) Dewi Damayanti., Buku pintar tanaman obat: 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit (Google eBuku), Jakarta: AgroMedia, 2008, Hal. 215-216
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Indonesia) Setiawan Dalimarta., Atlas tumbuhan obat Indonesia, Volume 2, Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000, Hal. 166-170
  3. ^ a b c d (Indonesia) Fauzi R. Kusuma & B. Muhammad Zaky., Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, Jakarta: Agromedia, Hal. 48-49
  4. ^ a b c d e f g h i (Indonesia)Tanaman Obat untuk mengatasi hepatitis, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2005, Hal. 40-41
  5. ^ a b c d (Indonesia)Nurheti Yuliarti., Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Yogyakarta: Penerbit Andi, Hal. 72-73