Minyak kerenyam
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Minyak geranium atau minyak kerenyam adalah minyak asiri yang terbuat dari bagian-bagian tumbuhan geranium. Kandungan utama di dalam minyak kerenyam adalah geraniol. Minyak kerenyam digunakan untuk perawatan kulit, pengusir hama kutu daun dan campuran minyak kayu putih. Masalah utama dalam penyediaan minyak kerenyam adalah kelangkaan akibat peralihan jenis tanaman pangan.
Kandungan
Minyak kerenyam adalah salah satu jenis minyak asiri.[1] Bahan pembuatannya adalah bagian batang, daun dan bunga geranium yang telah diekstrak.[2] Di dalam minyak geranium terdapat banyak geraniol.[3]
Kegunaan
Perawatan kulit
Minyak kerenyam dapat membuat kulit bersinar. Selain itu, fungsinya juga untuk menghilangkan penyakit gatal-gatal.[4]
Pengusir kutu daun
Kutu daun memiliki sifat penolakan yang lebih kuat terhadap minyak kerenyam dibandingkan dengan jenis minyak lainnya. Sifat penolakan ini sama kuatnya antara minyak geranium dan minyak mimba. Keduanya memiliki masa pengusiran kutu daun selama maksimal 6 hari setelah penyemprotan. Sedangkan jenis minyak lainnya hanya mampu bertahan selama 1–3 hari.[5]
Campuran minyak kayu putih
Dalam tata rias wajah, minyak kayu putih lazim digunakan sebagai minyak bakar, minyak penguap, minyak pijat dan minyak mandi. Penggunaannya dapat dicampurkan dengan minyak asiri lainnya, salah satunya minyak kerenyam.[6]
Ketersediaan
Minyak kerenyam memiliki permasalahan yang sama dengan jenis minyak asiri lainnya yaitu masalah persediaan. Minyak kerenyam mengalami kelangkaan. Alasannya adalah peralihan petani yang memilih untuk menanam tanaman pangan.[7]
Referensi
- ^ Rengga, W. D. P., dkk. (2020). Potensi Minyak Atsiri Serai dan Pinus sebagai Antinyamuk (PDF). Semarang: Penerbit Fastindo. hlm. 6. ISBN 978-602-6627-65-0.
- ^ Sofiah, P. S., Nurlaili, dan Pratiwi, D. (2019). Kamus Tata Kecantikan Kulit dan Rambut (PDF). Jakarta: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 53. ISBN 978-602-437-918-6.
- ^ Julianto, Tatang S. (2016). Minyak Atsiri Bunga Indonesia (PDF). Sleman: Deepublish. hlm. 86. ISBN 978-602-401-205-2.
- ^ Akbar, Zaidul (2020). Jurus Sehat Rasulullah: Hidup Sehat Menebar Manfaat. Syamil Quran. hlm. 171. ISBN 978-623-928-735-1.
- ^ Sahwalita, dan Herdiana, N. (2016). Wardah, Nyimas, ed. Panduan Budidaya Nilam (Pogostemon cablin Benth.) dan Produksi Minyak Atsiri (PDF). Palembang: Balai Penelitian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. hlm. 32. ISBN 978-602-74164-7-5.
- ^ Bula, M., dkk. (2022). Mengenal Metode dan Teknik Penyulingan Minyak Kayu Putih (PDF). Kendari: CV. Literasi Indonesia. hlm. 14. ISBN 978-623-99055-2-1.
- ^ Hunter, Murray (2009). Essential Oils: Art, Agriculture, Science, Industry and Entrepreneurship: a Focus on the Asia-pacific Region (PDF). New York: Nova Science Publishers, Inc. hlm. 15. ISBN 978-1-60741-865-8.