Rex Sacrorum

jabatan keagamaan zaman Romawi Kuno
Versi yang bisa dicetak tidak lagi didukung dan mungkin memiliki kesalahan tampilan. Tolong perbarui markah penjelajah Anda dan gunakan fungsi cetak penjelajah yang baku.

Rex Sacrorum, yang berarti "Raja Kurban" atau "Raja Suci," adalah sebuah jabatan keagamaan dalam sistem kepercayaan Romawi Kuno. Jabatan ini muncul setelah penghapusan monarki di Roma dan transisi menuju Republik. Rex Sacrorum bertanggung jawab atas berbagai ritual keagamaan yang sebelumnya dipegang oleh raja, namun secara politik tidak memiliki kekuasaan.

Sejarah dan Latar Belakang

Jabatan Rex Sacrorum didirikan pada awal periode Republik Romawi, sekitar abad ke-6 SM, setelah penggulingan raja terakhir Roma, Tarquinius Superbus, pada tahun 509 SM. Setelah penghapusan monarki, kekuasaan eksekutif dialihkan ke dua konsul yang dipilih setiap tahun, namun banyak fungsi keagamaan yang sebelumnya dilakukan oleh raja perlu dipertahankan. Untuk mengisi kekosongan ini, jabatan Rex Sacrorum dibentuk.

Rex Sacrorum diambil dari kelas patrician (kelas bangsawan) dan diharapkan untuk memimpin ritual-ritual yang sangat penting bagi negara Romawi. Namun, demi menghindari kekeliruan dengan jabatan raja yang sudah dihapus, kekuasaan politik Rex Sacrorum sangat terbatas. Bahkan, dia tidak diizinkan untuk memegang jabatan politik lainnya.

Tugas dan Fungsi

Rex Sacrorum bertanggung jawab untuk memimpin beberapa ritual utama dalam kalender Romawi. Salah satu tugas utamanya adalah mengorbankan seekor domba pada hari Kalends (hari pertama) setiap bulan dalam ritual yang disebut Kalendae Ianuariae. Selain itu, dia juga bertugas dalam beberapa upacara lainnya, termasuk pengorbanan yang dilakukan pada hari tertentu di dalam kalender Romawi.

Dia juga bertanggung jawab untuk mengumumkan hari-hari sakral yang dikenal sebagai dies fasti (hari ketika aktivitas hukum diizinkan) dan dies nefasti (hari ketika aktivitas hukum tidak diizinkan). Dalam hal ini, peran Rex Sacrorum sangat vital dalam menjaga kelancaran dan harmoni antara urusan agama dan urusan sipil.

Hubungan dengan Pontifex Maximus

Meskipun Rex Sacrorum adalah pejabat keagamaan yang sangat penting, kekuasaannya dibatasi oleh Pontifex Maximus, yang merupakan kepala dari College of Pontiffs (sebuah lembaga keagamaan Romawi). Pontifex Maximus memiliki otoritas atas hampir semua urusan keagamaan, termasuk yang dilakukan oleh Rex Sacrorum.

Dalam banyak hal, Rex Sacrorum lebih menjadi simbol dari keberlanjutan tradisi keagamaan monarki, sementara Pontifex Maximus mengambil peran yang lebih aktif dan berpengaruh dalam urusan keagamaan.

Penghapusan dan Warisan

Seiring dengan menurunnya pengaruh agama dalam politik Romawi dan munculnya Kekaisaran Romawi, peran Rex Sacrorum mulai berkurang secara signifikan. Pada masa Kekaisaran, jabatan ini menjadi lebih bersifat seremonial dan perlahan-lahan kehilangan relevansinya. Namun, Rex Sacrorum tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan agama Romawi hingga berabad-abad kemudian.

Referensi

  1. Livy, Ab Urbe Condita, Buku I-II.
  2. Dionysius dari Halicarnassus, Roman Antiquities, Buku IV.
  3. Mary Beard, SPQR: A History of Ancient Rome. Liveright Publishing, 2015.
  4. John Scheid, An Introduction to Roman Religion. Indiana University Press, 2003.

Lihat pula