Citrānggada
Citrānggada (Dewanagari: चित्रांगद; IAST: Citrāṅgada ) adalah putra sulung Raja Santanu dan Permaisuri Satyawati dalam wiracarita Mahabharata. Ia memiliki kakak tiri bernama Dewabrata alias Bisma, dan adik kandung bernama Wicitrawirya. Ia menjabat sebagai Raja Kuru setelah Santanu mangkat. Tokoh ini tidak banyak disebutkan dalam kitab Mahabharata. Ia terutama diceritakan dalam buku pertama, Adiparwa, bagian Sambhawaparwa yang mengandung riwayat para leluhur Pandawa dan Korawa.[1]
चित्रांगद | |
---|---|
Tokoh Mahabharata | |
Nama | Citrānggada |
Ejaan Dewanagari | चित्रांगद |
Ejaan IAST | Citrāṅgada |
Gelar | Raja |
Kitab referensi | Mahabharata (Adiparwa) |
Asal | Kerajaan Kuru |
Kediaman | Hastinapura |
Golongan | Candrawangsa |
Kasta | kesatria |
Dinasti | Kuru |
Ayah | Santanu |
Ibu | Satyawati |
Para Raja |
Hastinapura |
---|
Tokoh wiracarita Mahabharata |
Kisah
suntingDalam Mahabharata, karena Bisma mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan takhta Hastinapura, maka Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Dalam kitab Adiparwa disebutkan bahwa Citrānggada adalah manusia yang perkasa, dan mampu menaklukkan para raja yang ada di dunia; bahkan para asura dan dewata sekalipun.[2]
Saat Citrānggada naik takhta, Hastinapura merasakan ketentraman—khususnya bagi Satyawati—namun hanya sesaat. Tanpa diduga, petaka muncul di Hastinapura. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja gandarwa yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putra Santanu menerima tantangan tersebut.
Menurut Adiparwa, pertempuran mereka berlangsung di tepi sungai Saraswati. Baik Citrānggada manusia maupun Citrānggada gandarwa sama-sama kuat dan sakti. Namun, Citrānggada gandarwa lebih mahir dalam tipu muslihat. Setelah pertempuran sengit berlangsung selama tiga tahun, Citrānggada putra Santanu akhirnya gugur.[2][3]
Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan. Maka dari itu, takhta Hastinapura diteruskan oleh adiknya, Wicitrawirya.[4]
Arti nama
suntingDalam bahasa Sanskerta, kata Citrānggada secara harfiah berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".
Silsilah
suntingPratipa | Sunanda | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Dewapi | Bahlika | Gangga | Santanu | Satyawati | Parasara | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Somadata | Bisma | Citrānggada | Wicitrawirya | 2 istri | Byasa | pelayan | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2 putra | Burisrawa | Gandari | Dretarastra | pelayan | Kunti | Pandu | Madri | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
100 Korawa | Dursilawati | Yuyutsu | 5 Pandawa | Widura | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Referensi
sunting- ^ M.M.S. Shastri Chitrao (1964), "Citrangada", Bharatavarshiya Prachin Charitrakosha (Dictionary of Ancient Indian Biography) (dalam bahasa Hindi), Pune, hlm. 213
- ^ a b Shambava Parva, Section CI, The Mahabharata, Book 1: Adi Parva, diakses tanggal 3 November 2017
- ^ Bhanu, Sharada (1997). Myths and Legends from India - Great Women. Chennai: Macmillan India Limited. hlm. 6. ISBN 0-333-93076-2.
- ^ J.A.B. van Buitenen (1973), Mahabharata, 1, The University of Chicago Press, hlm. 227
Pranala luar
sunting- (Inggris) Mahabharata Online.com
Didahului oleh: Santanu |
Raja Hastinapura Dinasti Kuru |
Diteruskan oleh: Wicitrawirya |