Muhamad Effendi Al-Eydrus

tokoh Islam di Indonesia

Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus., SH., MM adalah seorang ulama lokal era modern yang tinggal di Yogyakarta dan membina Majelis Muhyin Nuufus dan Majelis Ummul Hani'ah, termasuk Lembaga Seni Pernafasan, Pengobatan, dan Mental Sepiritual Melati Suci.[1]

Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus., SH., MM
NamaIr. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus., SH., MM
LahirIndonesia Balikpapan
Nama lainAl-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus
KebangsaanIndonesia, Alawiyyin
Alma materSTTNAS Yogyakarta
Situs webHalaman Facebook

Kehidupan awal

sunting

Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH, MM lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ayahnya adalah Habib Hasan Badri Al-Eydrus. Habib Hasan Badri adalah seorang pejuang militer yang merupakan salah seorang ahli militer dari Kesatuan Zeni Tempur yang pernah berjuang untuk Republik Indonesia. Ibunya adalah Ummi Hajjah Pengian Masnin binti Pangeran Abdul Hamid bin Datuk Salim.

Sebagai putra perwira TNI, Habib Muhamad Effendi pernah tinggal di beberapa daerah dalam rangka mengikuti tempat tugas dari Ayahandanya.

Setelah dilahirkan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Habib Muhamad Effendi pernah tinggal di Tarakan-Bulungan, Kandangan, dan Tambarangan (Rantau) Banjarmasin. Ia mengalami masa kanak-kanak dan remaja di tiga daerah tersebut. Ia dibesarkan dalam keluarga bergaris keturunan ningrat yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral.

Habib Muhamad juga memiliki saudara kandung yang bernama Habib Muhammad Epviandi yang dilahirkan di Tarakan. Habib Muhammad Epviandi memiliki gelar akademik Sarjana Sosial (S.Sos). Kini, ia tinggal di Bulungan, Kalimantan Utara.

Habib Muhamad adalah seorang Habib atau Sayyid dengan marga Alaydrus atau Al-Eydrus (merujuk pada Habib Abdullah Alaydrus) yang silsilahnya ditelusuri sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib melalui Imam Ahmad al-Muhajir.[2]

Pendidikan dan kehidupan akademik

sunting

Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di Balikpapan, Bulungan dan Tarakan. Sekolah dasar ia jalani di Tarakan dan Bulungan, lalu menjalani SMP di Bulungan dan melanjutkan SMA di Tarakan - Bulungan.

Setelah lulus dari SMA di Bulungan, ia meneruskan pendidikan tinggi di Yogyakarta. Ia memilih mengambil jurusan Teknik Elektro di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional/STTNas (sekarang bernama Institut Teknologi Nasional/ITN) Yogyakarta. Ia memilih STTNas Yogyakarta karena kampus tersebut adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia soal ilmu keteknikan, khususnya Teknik Elektro. Hingga kemudian, ia merampungkan kuliah strata satu dengan meraih gelar Insinyur (Ir.).

Bagi seorang yang dibesarkan dalam tradisi ilmu pengetahuan, setelah meraih gelar Insinyur, Habib Muhamad Effendi kemudian menempuh kembali pendidikan bidang Ilmu Hukum di Surabaya dan meraih gelar Sarjana Hukum (S.H). Tidak berhenti disitu, untuk menambah keahlian akademik di bidang ekonomi dan bisnis, Habib Muhamad Effendi kembali menempuh pendidikan magister bidang ekonomi dan manajemen di Surabaya hingga meraih gelar Magister Manajemen (M.M) bidang konsentrasi Manajemen Kesehatan.

Hingga kini, Habib Muhamad Effendi memegang dua gelar sarjana dan satu gelar master.

Dari ayah dan ibunya, Habib Muhamad Effendi memiliki garis keturunan bangsawan. Dari jalur Ayah, Habib Muhamad Effendi adalah turunan ke-7 (tujuh) dari pendiri sekaligus Raja Kubu I yakni Sultan Syarif Idrus Al-Eydrus. Sedangkan dari jalur Ibu, Habib Muhamad Effendi mewarisi garis bangsawan dari Kesultanan Bulungan, Kalimantan Timur (yang sekarang Kalimantan Utara).

Habib Muhamad Effendi adalah seorang Habib atau Sayyid dengan marga Al-Eydrus (merujuk pada Habib Abdullah Al-Eydrus Al-Akbar) yang silsilahnya ditelusuri sampai kepada Imam Ahmad al-Muhajir.[2]

Dari garis ayah, Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus memiliki jalur silsilah nasab (garis darah daging) dari Kerajaan Kubu. Kerajaan Kubu adalah kerajaan Islam yang pertama di Indonesia yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Ayah dari Al Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus adalah Habib Hasan Badri yang juga seorang tentara pada masanya. Dalam riwayatnya, Habib Hasan Badri adalah seorang pejuang yang berada di garis depan medan tempur yang membaktikan diri bagi bangsa dan negara.

Habib Hasan Hadri bahkan dalam karier militernya pernah mendapat anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Medali Satyalencana Wira Dharma. Satyalencana Wira Dharma adalah medali tanda kehormatan bagi perwira militer yang telah mengabdikan diri dan berjuang di medan tempur garis depan dalam hal mempertahankan garis batas negara Indonesia. Satyalencana Wira Dharma diberikan kepada anggota TNI / ABRI yang aktif dalam konfrontasi dengan malaysia selama minimal 2 bulan berturut-turut. Adapun Habib Hasan Badri aktif di medan tempur selama kurang lebih 2 (dua tahun) dalam mempertahankan garis batas Indonesia. Selama dua tahun yakni antara 1964-1966, Habib Hasan Badri ikut aktif di garis depan medan tempur dalam konfrontasi dengan Malaysia. Atas kiprah dan bakti di garis depan medan tempur itulah Jendral Soeharta yang juga Menteri/Panglima Angkatan Darat Republik Indonesia menganugerahi Satyalencana Wira Dharma.

Selain Satyalencana Wira Dharma, Habib Hasan Badri juga banyak dianugerahi medali penghormatan dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai tanda bakti perjuangannya selama karier di militer.

Habib Hasan Badri adalah putera dari Habib Hasyim bin Asy-Syarif Al-Habib Mustafa bin Sultan Sabamban Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Eydrus. Asy-Syarif Al-Habib Mustafa (putra mahkota Kerajaan Sabamban yang tidak mau menjabat sebagai Raja) dari Sultan Sabamban Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Eydrus. Kerajaan Sabamban berdiri di Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Bumbu).

Asy-Syarif Al-Habib Mustafa adalah putra Sultan Sabamban Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Eydrus dari istri yang juga putri Kesultanan Bone Sulawesi Selatan. Sultan Sabamban Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Eydrus adalah pendiri dari kerajaan Sabamban pada pertengahan abad ke-18, kurang lebih hampir bersamaan dengan periode pemerintahan Sultan Adam (Raja Banjar ke-12 periode 1825–1857).[4]

Orang tua dari Sultan Sabamban Asy-Syarif Ali Al-Eydrus yaitu Asy-Syarif Al-Habib Abdurrahman Al-Eydrus yang menikah dengan Syarifah Aisyah Al-Qadri Jamalullail putri dari pendiri sekaligus Raja Pontianak Sultan Asy-Syarif Al-Habib Abdurrahman Al-Qadri.

Asy-Syarif Al-Habib Abdurrahman Al-Eydrus sendiri adalah putra dari Raja Asy-Syarif Al-Habib Idrus Al-Eydrus pendiri dari Kerajaan Kubu pertama.[5] Dalam riwayatnya, Raja Asy-Syarif Al-Habib Idrus Al-Eydrus sebelum menginjakkan kaki di tanah nusantara dan mendirikan Kerajaan Kubu adalah seorang penasehat di Kerajaan Inggris.

Dalam keluarga Alawiyyin, yang disebut Habib atau Sayyid adalah yang memiliki nasab atau jalur darah dari Nabi Muhammad SAW. Untuk seluruh dunia, nasab keturunan Nabi Muhammad SAW ini dilakukan pencatatan oleh Maktab Daimi- Rabithah Alawiyah, suatu lembaga otonom pada Rabithah Alawiyah yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin di Indonesia

Salah satu kelebihan Alawiyin adalah terpeliharanya silsilah keturunan dari generasi ke generasi hingga sampai ke Rasulullah SAW. Al-Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah sendiri didirikan oleh seorang tokoh Alawiyin Al-Habib Ali bin Ja'far bin Syech Assegaf. Al-Habib Ali bin Ja'far bin Syech Assegaf mengadakan cacah jiwa pertama tahun 1932 dari daerah ke daerah. Dari sensus tersebut Habib Ali berhasil menghimpun hampir semua dzurriyyah (keturunan) Rasulullah SAW yang ada di Indonesia, termasuk yang berhijrah ke Semenanjung Malaysia dan Singapura. Selanjutnya dari hasil sensus ini oleh HabibAli sebanyak 7 jilid yang dihimpun menjadi 3 buah buku kecil berukuran (16 x 22 cm) lengkap dengan catatan kaki.

Dalam catatan Maktab Daimi – Rabithah Alawiyah, buku nasab Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus telah dikeluarkan sejak tanggal 7 Juli 1997 dengan nomor 004904. Pada tahun 2018, Maktab Daimi - Rabithah Alawiyah melakukan pengukuhan kembali nasab Habib Muhamad Effendi, pengukuhan tersebut dilakukan setelah Ketua Rabithah Alawiyah Yogyakarta yang bernama Sayyid Hassan bin Soleh Al-Jufri alias Joeffries mengirimkan surat ke al-Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah untuk melakukan permohonan peninjauan kembali (pencabutan) status Habib Muhamad Effendi bin Hasan Badri sebagai dzurriyah Habib Mustofa bin Syarief Ali Al-Eydrus Sultan Sabamban.

Surat permohonan peninjauan kembali dari Hasan bin Soleh Al-Jufri alias Joeffries telah membuat keresahan di seluruh Indonesia, karena surat yang berkop Rabithah Alawiyah Yogyakarta telah ditembuskan ke seluruh Indonesia, yaitu ke Dewan Penasihat DPP Rabithah Alawiyah, Dewan Syuro DPP Rabithah Alawiyah dan seluruh Dewan Pimpinan Wilayah Rabithah Alawiyah, serta Dewan Pimpinan Cabang Rabitah Alawiyah se-Indonesia.

Maktab Daimi – Rabithah Alawiyah pun merespon dan kemudian melakukan verifikasi serta otentikasi kepada Habib Ahmad bin Ali bin Hasan bin Tohir bin Syarief Ali Al-Eydrus Sultan Sabamban selaku ahli Nasab untuk wilayah Kalimantan. Lalu, tim dari Maktab Daimi – Rabithah Alawiyah pun melakukan konfirmasi kembali ke Syarifah Zubaidah binti Hasyim bin Mustofa bin Syarif Ali Al-Eydrus Sultan Sabamban dan Syarifah Aisyah binti Hasyim bin Mustofa bin Syarif Ali Al-Eydrus Sultan Sabamban. Maktab Daimi – Rabithah Alawiyah juga melakukan penelusuran hingga makam Habib Mustofa bin Syarif Ali Al-Eydrus di Tambarangan, Rantau, Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.

Bagi Ketua Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah, Habib Ahmad Muhammad Alatas menyatakan “mencabut nasab Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus adalah perbuatan gila. Perbuatan ini sama halnya dengan membubarkan Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah karena nasab Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus ada di kitab jilid I (satu) milik Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah sebagai dasar dari kitab-kitab selanjutnya”.

Penelurusan yang panjang dan berliku ini membuahkan hasil yang kemudian oleh Maktab Daimi - Rabithah Alawiyah melalui Surat Keputusan No. 03/SK/MD-RA/IX/2018 menetapkan dan mengukuhkan kembali keabsahan nasab dari Habib Muhamad Effendi bin Hasan Badri bin Hasyim bin Musthofa bin Syarif Ali Al-Eydrus Sultan Sabamban. Surat keputusan ini ditandatangani oleh Habib Ahmad Muhammad Alatas sebagai Ketua Maktab Daimi - Rabithah Alawiyah dan Sayyid Muhammad Bagir Al Haddad selaku Sekretaris.

Dengan demikian nasab Habib Muhamad Effendi sudah teruji kebenarannya, setelah Surat Keputusan (SK) No. 03/SK/MD-RA/IX/2018 dikeluarkan oleh Maktab Daimi - Rabithah Alawiyah. Habib Ahmad Muhammad Alatas menyatakan “ini SK sudah dikeluarkan, jika ada yang mempersoalkannya mungkin datangnya dari alam lain”.

Surat keputusan Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah mengenai pengukuhan silsilah/Nasab Habib Muhamad Effendi inilah yang dijadikan sebagai dasar untuk memperkuat laporan polisi yang telah dilaporkan oleh pengurus Majelis Muhyin Nuffus di Poltabes Yogyakartra, atas perbuatan saudara Hasan Al-Jufri alias Joeffries sebagai penyebar fitnah dan pelaku pencemaran nama baik terhadap Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus.

Selain mendapatkan pengukuhan nasab dari Maktab Daimi-Rabithah Alawiyah, nasab Habib Muhamad Effendi dikukuhkan oleh Maktab Naqobatul Asyrof Al-Kubro pada tanggal 6 Maret 2008 dengan Kartu Pengenal Alawiyyin (KPA) Naqobatul Asyrof Al-Kubro yang bernomor: NA. 3401. 024. 83. 038. Maktab Naqobatul Asyrof Al-Kubro yang didirikan tahun 1998 adalah juga lembaga pemeliharaan, penelitian sejarah dan silsilah Alawiyin.

Habib Muhamad Effendi juga memiliki Surat Keterangan dari Kerajaan Kubu yang menjelaskan bahwa ia adalah keturunan dari Raja Kubu I, Syarif Idrus Al-Eydrus. Surat Keterangan Kerajaan Kubu ini dikeluarkan oleh Yayasan Ambawang Kubu di Pontianak tanggal 3 Agustus 2007.

Jabatan organisasi

sunting

Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH, MM adalah pendiri sekaligus pembina dari Majelis Dzikir dan Do’a Muhyin Nufuus. Muhyin Nuufus berarti Menghidupkan Jiwa yang kosong atau lupa dari nilai takwa kepada Allah SWT.

Majelis ini didirikan sejak tahun 1989 dan berada dibawah naungan Yayasan Melati Suci Yogyakarta yang berbadan hukum Nomor 6/YY/1992. Yayasan Melati Suci berdiri pada hari Jum’at Wage, 6 Nopember 1992. Selanjutnya Majelis Muhyin Nufuus berada dibawah naungan Yayasan Melati Suci Al-Mubarok yang memiliki badan hukum Nomor 02/YY/2007 yang didirikan pada hari Rabu Pon, 16 Mei 2007 di Yogyakarta, serta terdaftar di Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. C 3441.HT.01.02 Th. 2007.

Majelis Muhyin Nufuus berasaskan pada ajaran Islam dengan mengikuti ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berpegang teguh secara mutlak kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan secara Shahih dan Mutawatir. Keberadaan Majelis Muhyin Nufuus ini adalah perwujudan dari pelaksanaan ajaran Islam dari Ahlussunnah wal Jama’ah secara konsisten yang menjadi faham dalam semangat perjuangannya.[6]

Selain Majelis Nuhyin Nuufus, Ir. Al-Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus, SH, MM adalah pendiri sekaligus pembina Majelis Ummul Hani'ah dan Lembaga Seni Pernafasan, Pengobatan, dan Mental Sepiritual Melati Suci.

Selain di bidang agama dan sosial, Habib Muhamad Effendi juga menggerakkan bidang pertanian/perkebunan, perikanan/peternakan, dan bidang ekonomi lainnya.

Referensi

sunting
  1. ^ "Rabithah Alawiyah Pastikan Nasab Habib Muhamad Effendi Al-Eydrus Shohih". Lensa Sulut. 10 Oktober 2018. Diakses tanggal 20 Maret 2019. 
  2. ^ Achmad Fatoni. Peran Tarekat Alawiyyah Dalam Pembentukan Keluarga Sakinah (Studi Terhadap Majelis Muhyin Nuufus). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 

Pranala luar

sunting