Arbab
Arbab adalah alat musik gesek atau kordofon tradisional Simalungun. Bahan dari alat musik arbab ini biasanya dibuat dari labu pahit tua, bambu, kulit kambing, tempurung, benang hori. Alat gesek dari arbab dibuat dari bulu ekor kuda dan dapat juga digunakan ijuk riman atau ijuk enau yang kuat.[1] alat musik ini memiliki dua bagian, yaitu arbab (instrumen induk) dan penggeseknya atau dawai.[2]
Arbab biasanya digunakan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam, ada juga yang menggunakan nya pada acara pernikahan, atau sebagai rekreasi saja. Arbab umumnya dimainkan dalam suatu bentuk ansambel musik kecil yang terdiri dari tiga pemain musik lainnya yang memainkan alat musik lainnya yang memainkan Husapi dan Odap.
Sayangnya, alat musik ini sudah tidak pernah dijumpai lagi dan mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.[3]
Sejarah
suntingAsal-usul tentang keberadaan alat musik Arbab telah diceritakan secara turun temurun oleh masyarakat Simalungun dalam bentuk folklor. Kehidupan masyarakat Simalungun yang patrilineal terlihat sangat kental dalam folklor asal-usul Arbab Simalungun, hal ini dimungkinkan karena sistem penarikan garis kekerabatan dari pihak orangtua laki-laki.
Cerita tentang asal-usul atau folklor mengenai Arbab dimulai ketika kehidupan suatu keluarga pada suatu zaman di Simalungun menginginkan keturunan laki- laki sebagai penerus keluarga, setelah penantian sekian lama akhirnya kabar gembira datang juga. Sang istri hamil dan sebagai ungkapan kesenangan hati atas berkah keturunan tersebut ia membuat alat musik. Pembuatan alat musik Arbab tersebut dilakukannya dengan menggunakan bahan yang tersedia disekitarnya, seperti tempurung kelapa yang nantinya akan berguna sebagai tabung Arbab dan kulit kucing hutan sebagai penutup tabung Arbab tersebut. Sebagai pengikat antara tabung dan kulit kucing hutan dipergunakanlah rotan. Sebagai badan Arbab diambilah bambu sedangkan sebagai senar dipergunakan kulit pohon yang diserut halus, dan dijadikan dua bentang senar. Kulit pohon tersebut dalam kognitif Simalungun dikenal sebagai hori. Karena alat musik Arbab merupakan jenis alat musik gesek, maka dibuatlah penggeseknya berupa ijuk atau dalam bahasa Simalungun dikenal dengan ariman.
Nama Arbab sendiri merupakan simbol aksentuasi dari tangisan anak laki-laki yang dimanifestasikan dalam bentuk Arbab tersebut. Arbab juga ditenggarai memiliki hubungan kultural dengan alat musik gesek dari belahan wilayah lain (Persia) sebagaimana alat musik gesek yang terdapat dalam beragam budaya di Indonesia, hal ini memiliki kaitan historis dengan kedatangan bangsa Persia, Arab maupun India yang melakukan ekspedisi perdagangan.
Referensi
sunting- ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2024-05-06.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-08-27). "10 Alat Musik Tradisional di Aceh, dari Arbab hingga Serune Kalee Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-06.
- ^ "Alat Musik Tradisional di Aceh". acehprov.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-06.