Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta

kelurahan di Kota Surakarta, Jawa Tengah


Kelurahan Baluwarti (bahasa Jawa: ꦧꦭꦸꦮꦂꦠꦶ, translit. Baluwarti) adalah sebuah kelurahan di kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Kelurahan ini mempunyai kode pos 57114. Pada tahun 2020, kelurahan ini berpenduduk 6.508 jiwa.

Baluwarti

Kantor Lurah Baluwarti
Peta lokasi Kelurahan Baluwarti
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KotaSurakarta
KecamatanPasar Kliwon
Kodepos
57114
Kode Kemendagri33.72.03.1005 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3372030004 Edit nilai pada Wikidata
Jumlah RT38
Jumlah RW12
Jumlah KK1.432
Situs webkel-baluwarti@surakarta.go.id

Di Kelurahan ini antara lain terdapat Keraton Kasunanan Surakarta, sekolah-sekolah kratonan, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Surakarta yang menjadikannya salah satu tujuan wisata di Solo.

Kelurahan ini istimewa sebab berada di dalam lingkungkan benteng Keraton Surakarta. Baluwarti juga adalah satu-satunya kelurahan yang seluruh penduduknya menempati tanah milik keraton.

Kini Baluwarti merupakan salah satu kampung wisata budaya di Surakarta. Keberhasilan dalam penataan PKL dan kemantapan pemberdayaan masyarakat menjadikan lingkungan Baluwarti asri dan kondusif.

Pembagian wilayah

sunting

Kelurahan Baluwarti terdiri dari beberapa kampung :

  • Carangan
  • Gambuhan
  • Gondorasan
  • Hordenasan
  • Langensari
  • Lumbung Wetan
  • Mloyokusuman
  • Suranatan
  • Tamtaman
  • Wirengan

Etimologi

sunting

Kata "baluwarti" sendiri berasal dari bahasa Portugis baluarte yang artinya adalah "benteng" atau "selekoh".

Sejarah

sunting

Awalnya Baluwarti merupakan wilayah yang dihuni keluarga keraton dan abdi dalem. Dahulu untuk dapat mengenal status penghuni sebuah rumah di Baluwarti, kita dapat memperhatikan bentuk rumah dan alat perlengkapannya.

Secara umum rumah di Baluwarti dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi tiga kelompok. Pertama, tipe rumah Jawa lengkap berbentuk Joglo dengan pendapa, peringgitan, dalem ageng, ditambah dengan deretan rumah di kanan dan kiri, bahkan kadang-kadang juga di depan bangunan utama. Tipe rumah ini pada umumnya didirikan di halaman yang luas, dikelilingi oleh tembok yang cukup tinggi dan diberi regol di tengahnya.

Kelompok kedua adalah tipe rumah Jawa berbentuk Limasan dan kelompok ketiga adalah bentuk Kampung serta bentuk lain yang lebih sederhana. Pada umumnya rumah-rumah di Baluwarti termasuk tipe rumah sederhana. Di sebelah utara, barat dan selatan ditemukan beberapa saja dengan tipe pertama yang dihuni oleh golongan strata atas.

Penduduk yang tinggal di daerah Baluwarti dalam beberapa hal terikat pada peraturan-peraturan tertentu, misalnya hubungan mereka dengan masyarakat di luar Kori Brajanala, yang juga disebut Kori (lawang) Gapit, lebih terbatas, karena kori itu antara pukul 23.00 dan 05.30 ditutup. Selain itu apabila memasuki Baluwarti mereka harus menaati peraturan-peraturan tertentu.

Tidak seluruh tempat pemukiman di Baluwarti dipakai sebagai tempat kediaman secara pribadi. Ada beberapa yang diperuntukkan bagi kepentingan keraton, misalnya di sebelah barat Kori Brajanala Lor terdapat rumah penjagaan Dragorder, yang di kalangan penduduk dikenal sebagai Dragunder, berikutnya Masjid Suranata dan tempat kereta raja. Di sebelah timur Kori Brajanala Lor itu terdapat Paseban Kadipaten, rumah penjagaan prajurit, dan di sebelah timurnya lagi terdapat Sekolah Ksatriyan. Di depan sekolah ini terletak Gedung Sidikara. Di kanan dan kiri Kori Kemandhungan terdapat tempat kereta dan halaman depan kori itu, yang disebut Balerata atau Maderata, merupakan tempat untuk naik dan turun dari kereta

Demografi

sunting

Kelurahan Baluwarti yang terletak di Kecamatan Pasar Kliwon merupakan satu di antara 51 kelurahan yang ada di Kota Surakarta. Luas wilayah Kelurahan Baluwarti seluas, terdiri dari 12 RW dengan 3 RT di masing-masing RW. Menurut penelitian tahun 2010, jumlah penduduk Baluwarti adalah 7120 jiwa dengan 1440 kepala keluarga[1]

Hidrogeografi

sunting

Hanya 15% KK yang memakai PDAM. Sisanya menggunakan sumur umum (22%) dan sumur pribadi (49%). Persentase pelayanan PDAM ini cukup rendah dibanding rata-rata Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 34%.[1]

Perumahan

sunting

Baluwarti merupakan satu-satunya kelurahan yang 100% penduduknya tidak memiliki sertifikat (Magersari) dan hanya memperoleh izin tinggal dari Keraton. Perumahan dikelompokkan di dalam kampung berdasarkan peran di Keraton.

Selain menjadi tempat kediaman pangeran, sentana dan para bangsawan lainnya yang masuk kerabat raja, beberapa bupati nayaka, bupati, prajurit dan abdi dalem, baik pria maupun wanita juga bertempat tinggal di lingkungan Baluwarti.

Abdi dalem wanita dikepalai oleh Nyai Lurah Gandarasa dan Nyai Lurah Sekullanggi, masing-masing tinggal di kampung sebelah timur dan selatan keraton yang disebut Gondorasan. Abdi dalem prajurit Tamtama dan Carangan tinggal di kampung sebelah timur yang disebut Tamtaman, sedang prajurit Wirengan di sebelah barat daya keraton. Abdi dalem ini dianggap dapat menambah magi kepada raja. Oleh sebab itu tempat kediamannya terdapat pada lingkaran kedua, tidak jauh dari kraton.

Golongan prajurit Tamtama dan Carangan bertugas menjaga keselamatan raja dan kedhaton, agar peristiwa penyerbuan kedhaton Kartasura tidak terulang. Prajurit Wirengan mempunyai fungsi khusus menjaga keamanan jalannya gunungan, yang pada tiap upacara garebeg dibawa dari kedhaton ke Masjid Ageng. Prajurit ini berjalan di kanan dan kiri gunungan, dan pada saat-saat tertentu mereka menari tayungan di sepanjang jalan.

Pendidikan

sunting

Di kelurahan ini terdapat 7 sekolah dan 8 masjid. Menurut hasil penelitian tahun 2010, 968 dari 988 anak di kelurahan ini dapat bersekolah dengan jumlah anak yang tidak bersekolah sebesar 2%, jauh lebih kecil dari rata-rata Kecamatan Pasar Kliwon sebesar 7%.[1]

Ekonomi

sunting

Ada dua buah pasar di kelurahan ini. Tingkat kemiskinan sebesar 18%, lebih rendah dari rata-rata kecamatan sebesar 23%. 50% penduduk bekerja sebagai buruh, 30% sebagai PNS, 10% sebagai pedagang kecil, dan 10% lainnya di sektor informal.[1]

Kesehatan

sunting

Karena banyaknya bangunan bersejarah, maka drainase dan jangkauan PDAM sulit ditingkatkan tanpa merusak situs-situs tersebut. Pemerintah sedang mencari cara untuk menghasilkan air bersih di kelurahan ini. Salah satu isu utama kesehatan adalah air tercemar yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti eksem. Penggunaan air sumur mungkin dapat menyebabkan penyakit.[1]

Batas wilayah

sunting

Wilayah Baluwarti berada di lingkaran kedua setelah tembok kedhaton, terletak di antara dua buah tembok besar berukuran tebal 2 meter dan tinggi 6 meter.

Di luar tembok kedhaton (tembok yang mengelilingi Kraton) Kasunanan Surakarta terdapat komplek bangunan yang dihuni oleh para pangeran, kerabat, abdi dalem pria dan wanita, disamping juga ada orang-orang yang melakukan pekerjaan bebas, misalnya berdagang.

Wilayah ini mempunyai dua buah pintu, yaitu Kori Brajanala Lor (Gapura utara) dan Kori Brajanala Kidul (Gapura selatan), satu dengan lainnya dihubungkan oleh dua jalur jalan yang sejajar dengan tembok kedhaton. Pada awal tahun 1900 Susuhunan Pakubuwana X memperluas wilayah Baluwarti dan menambahnya dengan dua buah pintu Butulan yang terletak di sebelah tenggara dan sebelah barat daya. Masing-masing diresmikan pada tahun 1906 dan pada tahun 1907. Dengan adanya dua pintu tambahan ini penduduk yang tinggal di Baluwarti dapat lebih leluasa berhubungan dengan masyarakat di luar komplek kedhaton.

Wilayah Kelurahan Baluwarti dibatasi oleh empat kecamatan yaitu Kelurahan Kedung Lumbu di sebelah timur laut, Kelurahan Kauman di sebelah barat laut, Kelurahan Gajahan di sebelah barat daya dan Kelurahan Pasar Kliwon di sebelah tenggara.

Wilayah Kelurahan Baluwarti ini merupakan daerah perkotaan, sehingga lahan untuk pertanian dan peternakan tidak ada, kalaupun ada hanya sekadar untuk pemanfaatan lahan pekarangan, di antaranya digunakan untuk memelihara ayam kampung, tanaman hias/tanaman potisasi dan toga. Kelurahan baluwarti sebagaimana Kelurahan di tengah perkotaan sehingga masyarakatnya mempunyai ciri sebagaimana masyarakat perkotaan. Heterogenitas penduduk cukup tinggi, baik dari segi pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.

Ndalem Pangeranan

sunting

Pada umumnya nama-nama komplek hunian di kawasan Baluwarti sesuai dengan nama bangsawan yang bertempat tinggal di kawasan tersebut ditambah dengan akhiran "-an", misalnya: Ngabean, untuk perumahan di sekitar tempat tinggal Pangeran Hangabei; Mlayasuman, untuk Pangeran Mlayakusuma; Widaningratan untuk wilayah sekitar bupati Hurdenas Widaningrat; Purwadiningratan untuk bupati nayaka Purwadiningrat; Mangkuyudan untuk bupati arsitek Mangkuyuda; Suryaningratan untuk bupati Gedhong Tengen Suryaningrat; Sindusenan untuk Pangeran Sindusena, sentana atau cucu Pakubuwana IX; Prajamijayan untuk R.M.A Prajahamijaya, cucu Pakubuwana IX.

Referensi dan pranala luar

sunting
  1. ^ a b c d e "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-27. Diakses tanggal 2011-11-27.