Gaius Marius

Jenderal dan Negarawan Romawi

Gaius Marius (157 SM – 13 Januari 86 SM) adalah seorang jenderal dan negarawan Romawi yang memainkan peran penting dalam transformasi Republik Romawi menjadi Kekaisaran Romawi. Marius dikenal sebagai seorang reformator militer yang memperkenalkan perubahan-perubahan besar dalam organisasi tentara Romawi, serta seorang politisi yang kontroversial karena keterlibatannya dalam konflik internal politik Romawi.

Gaius Marius
Patung kepala Gaius Marius di Munich Glyptothek
Konsul Republik Romawi
Masa jabatan
107 SM, 104–100 SM, 1 – 13 Januari 86 SM
Sebelum
Pendahulu
M. Aurelius Scaurus
Informasi pribadi
Lahirca. 157 SM
Arpinum, Republik Romawi
Meninggal13 Januari 86 SM (usia 70)
Roma, Republik Romawi
Suami/istriJulia (bibi dari pihak ayah dari Julius Caesar)
AnakYoung Marius Muda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan Awal

sunting

Gaius Marius lahir pada 157 SM di kota kecil Arpinum, sekitar 100 km dari Roma. Meskipun tidak berasal dari kalangan bangsawan, Marius memiliki asal-usul dari kelas equestrian, kelas sosial di bawah senat namun berpengaruh dalam politik dan ekonomi Romawi. Kehidupan awal Marius tidak banyak tercatat, tetapi ia mulai dikenal ketika ia bergabung dengan tentara Romawi dan menunjukkan bakat militernya yang luar biasa.

Karier Militer Awal

sunting

Marius pertama kali dikenal dalam karier militernya ketika ia berpartisipasi dalam Perang Numidia melawan raja Jugurtha dari Numidia pada 111 SM. Di bawah komando Quintus Caecilius Metellus, Marius membuktikan dirinya sebagai seorang komandan yang mampu dan kompeten. Pada 107 SM, Marius terpilih sebagai konsul untuk pertama kalinya, sebagian besar karena reputasinya sebagai pemimpin militer yang cakap. Sebagai konsul, Marius diberi komando penuh dalam perang melawan Jugurtha.

Pada masa komandonya, Marius melakukan reformasi besar dalam struktur tentara Romawi. Salah satu reformasi terbesarnya adalah membuka tentara bagi orang-orang yang tidak memiliki properti, yang sebelumnya dianggap tidak memenuhi syarat untuk bertugas di militer. Reformasi ini mengubah tentara Romawi dari pasukan yang berbasis kewajiban warga negara menjadi tentara profesional. Dengan cara ini, Marius menciptakan dasar bagi tentara Romawi yang lebih stabil dan terorganisir, yang kemudian menjadi tulang punggung ekspansi Kekaisaran Romawi.

Reformasi Militer

sunting

Reformasi militer Marius dianggap sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah militer Romawi. Sebelum reformasi Marius, tentara Romawi sebagian besar terdiri dari warga negara yang memiliki tanah, yang wajib melayani negara selama beberapa tahun. Namun, kekurangan tenaga militer, terutama selama Perang Numidia, membuat Marius memperkenalkan tentara yang profesional dengan merekrut orang-orang yang tidak memiliki properti.

Reformasi Marius meliputi:

  1. Pembukaan Rekrutmen untuk Kaum Proletar: Marius mengizinkan kaum proletar, atau warga yang tidak memiliki tanah, untuk bergabung dengan tentara. Hal ini memberikan kesempatan bagi banyak orang miskin untuk mendapatkan penghasilan dan pensiun setelah masa dinas.
  2. Peralatan yang Dibayar Negara: Sebelumnya, tentara Romawi harus membeli peralatan mereka sendiri, tetapi di bawah Marius, peralatan dibayar oleh negara, sehingga lebih mudah bagi mereka yang tidak memiliki properti untuk bergabung.
  3. Kohesi Unit yang Lebih Baik: Marius juga mengubah organisasi legiun dengan menggabungkan dan menstandardisasi struktur kohort, yang mempermudah komando dan kontrol di medan perang.
  4. Pelatihan yang Ketat dan Disiplin: Ia menerapkan pelatihan yang lebih ketat dan disiplin yang kuat, menjadikan tentara Romawi sebagai salah satu pasukan paling efisien dan terorganisir di dunia kuno.

Konsulat Berturut-turut dan Invasi Barbar

sunting

Gaius Marius adalah salah satu dari sedikit politisi Romawi yang terpilih sebagai konsul sebanyak tujuh kali, salah satunya berturut-turut dari 104 SM hingga 100 SM. Marius memainkan peran penting dalam melindungi Roma dari ancaman suku-suku barbar yang menyerang dari Eropa utara, terutama Cimbri dan Teuton. Dalam beberapa pertempuran penting, seperti Pertempuran Aquae Sextiae pada 102 SM dan Pertempuran Vercellae pada 101 SM, Marius memimpin pasukan Romawi meraih kemenangan besar yang menyelamatkan Republik Romawi dari kehancuran.

Kemenangan-kemenangan ini semakin memperkuat reputasi Marius sebagai pemimpin militer yang hebat, dan pengaruh politiknya terus berkembang. Namun, keberhasilannya juga membawa masalah, karena ambisinya untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar membawa konflik dengan politisi lain di Roma.

Konflik Politik

sunting

Setelah ancaman barbar berhasil ditangani, Marius mulai terlibat dalam politik internal Roma. Konflik politik antara optimates (kaum aristokrat) dan populares (kaum pendukung rakyat) semakin meningkat, dan Marius, yang pada awalnya didukung oleh populares, mulai kehilangan popularitasnya karena kebijakan dan tindakannya yang kadang dianggap terlalu ambisius.

Pada 91 SM, konflik di Roma semakin memuncak ketika Perang Sosial meletus, sebuah perang antara Republik Romawi dan sekutu-sekutu Italia yang menuntut kewarganegaraan Romawi penuh. Marius kembali terlibat dalam pertempuran ini, tetapi perannya dalam perang tersebut lebih terbatas dibandingkan sebelumnya.

Ketika Lucius Cornelius Sulla, seorang jenderal dan politisi dari kubu optimates, diangkat sebagai komandan dalam Perang Mithridatik, Marius merasa terganggu dan mencoba merebut komando tersebut. Hal ini memicu perang saudara antara pengikut Marius dan Sulla.

Perang Saudara dan Akhir Kehidupan

sunting

Pada 88 SM, Sulla melakukan kudeta militer pertama dalam sejarah Romawi, merebut kekuasaan dan memaksa Marius melarikan diri dari Roma. Marius kembali ke Roma pada 87 SM, setelah Sulla meninggalkan kota untuk berperang melawan Mithridates di Timur. Bersama dengan sekutunya Lucius Cornelius Cinna, Marius merebut kembali kekuasaan dan menganiaya banyak pendukung Sulla.

Pada 86 SM, Gaius Marius terpilih sebagai konsul untuk ketujuh kalinya, tetapi ia meninggal hanya beberapa hari setelah terpilih. Meskipun dikenal sebagai salah satu pahlawan militer terbesar dalam sejarah Romawi, warisannya juga terkait dengan kekacauan politik yang memicu akhir Republik Romawi dan munculnya kekaisaran di bawah Augustus.

Lihat Pula

sunting

Referensi

sunting
  • Scullard, H.H. A History of the Roman World 753 to 146 BC. Routledge, 1980.
  • Plutarch. Lives of the Noble Greeks and Romans.
  • Keaveney, Arthur. Sulla: The Last Republican. Routledge, 2005.

Pranala luar

sunting
Jabatan politik
Didahului oleh:
Servius Sulpicius Galba dan Marcus Aurelius Scaurus
Konsul Republik Romawi
bersama Lucius Cassius Longinus
107 SM
Diteruskan oleh:
Quintus Servilius Caepio dan Gaius Atilius Serranus
Didahului oleh:
Gnaeus Mallius Maximus dan Publius Rutilius Rufus
Konsul Republik Romawi
bersama Gaius Flavius Fimbria
104 SM
Diteruskan oleh:
Lucius Aurelius Orestes dan Gaius Marius
Didahului oleh:
Gaius Flavius Fimbria dan Gaius Marius
Konsul Republik Romawi
bersama Lucius Aurelius Orestes
103 SM
Diteruskan oleh:
Quintus Lutatius Catulus dan Gaius Marius
Didahului oleh:
Lucius Aurelius Orestes dan Gaius Marius
Konsul Republik Romawi
bersama Quintus Lutatius Catulus
102 SM
Diteruskan oleh:
Manius Aquillius dan Gaius Marius
Didahului oleh:
Quintus Lutatius Catulus dan Gaius Marius
Konsul Republik Romawi
bersama Manius Aquillius
101 SM
Diteruskan oleh:
Lucius Valerius Flaccus dan Gaius Marius
Didahului oleh:
Manius Aquillius dan Gaius Marius
Konsul Republik Romawi
bersama Lucius Valerius Flaccus
100 SM
Diteruskan oleh:
Aulus Postumius Albinus dan Marcus Antonius Orator
Didahului oleh:
Gnaeus Octavius dan Lucius Cornelius Cinna
(Suffect: Lucius Cornelius Merula)
Konsul Republik Romawi
bersama Lucius Cornelius Cinna
86 SM
Diteruskan oleh:
Lucius Valerius Flaccus (Suffect.)