Helaehili merupakan bentuk puisi lisan Sentani yang mengisahkan kehidupan orang yang meninggal semasa hidupnya. Biasanya helaehili dilantunkan ketika ada kematian di masyarakat Sentani, Jayapura, Papua. Lantunan ini semakin jarang ditemukan karena hanya dikuasai oleh generasi tua yang semakin sedikit jumlahnya. Tujuan dilantunkannya helaehili adalah sebagai wujud penghormatan terakhir dari pihak keluarga dan masyarakat bagi orang yang meninggal, juga merupakan pesan bagi orang yang masih hidup agar dapat meneladani sifat dan perbuatan baik orang yang meninggal tersebut.[1][2]

Komposisi helaehili dilantunkan secara spontan pada saat dibawakan oleh pelantun, tanpa ada catatan maupun hafalan. Pelantun hanya menyiapkan kerangka dan alur cerita dalam pikirannya yang kemudian dielaborasi kala pertunjukan. Hal selanjutnya yang disiapkan oleh pelantun adalah membekali dirinya dengan kata atau frasa, baik yang diciptakannya sendiri maupun yang sudah disiapkan oleh adat yang digunakan untuk merakit larik-larik lantunannya.

Referensi

sunting
  1. ^ "Helaehili » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-17. Diakses tanggal 2019-03-19. 
  2. ^ "Universitas Gadjah Mada: Analisis Terhadap Helaebili dan Ehabla Hantar Wigati Raih Gelar Doktor Sastra UGM". ugm.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-17. Diakses tanggal 2019-03-24. 

Pranala luar

sunting

https://www.youtube.com/watch?v=HyTi6zMwqfE Diarsipkan 2022-01-12 di Wayback Machine.

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/tujuh-karya-budaya-papua-ditetapkan-sebagai-warisan-budaya-tak-benda-indonesia-tahun-2018/ Diarsipkan 2023-08-17 di Wayback Machine.

https://republika.co.id/share/pgmtq4349 Diarsipkan 2023-08-17 di Wayback Machine.