Lepa-lepa
Lepa-lepa adalah kano tradisional dari bagian timur kepulauan Indonesia terutama di perairan Makassar. Ia adalah kapal nelayan jarak pendek, tetapi mereka juga dapat digunakan untuk pelayaran antar pulau. Lepa-lepa sangat Legendaris di masyarakat Makassar, baik itu sebuah alat transportasi Air, pesan leluhur. Terdapat pula nama Kampung Lepa Lepa di Galesong - Takalar, juga warisan Pelaut Makassar di Australia utara yang bernama Lipa-Lipa (Yolngu) yang tersimpan saat ini di Museum Maritim Darwin, Australia. Dan kini Lipa-Lipa (Lepa-lepa) merupakan satu diantara 250 bahasa warisan Makassar kepada masyarakat Yolngu di Aborigin Australia [1].
Mereka sudah ada sejak setidaknya tahun 1500.[2] Perahu menjadi alat transportasi masyarakat di Indonesia terutama di dekat perairan dangkal dan Sungai sertai dipulau Pulau kecil yang ada di Nusantara [3]
Deskripsi
suntingSampan lepa-lepa tradisional terbuat dari sepotong kayu berlubang (dasar perahu lesung). Kayunya bisa dari berbagai ukuran. Mereka dapat digunakan dengan atau tanpa layar, karena mereka dapat didorong dengan dayung pendek (disebut wosa dalam bahasa asli) dan galah penolak (doan).[4][5] Beberapa dari mereka mungkin dilengkapi dengan cadik ganda. Lepa-lepa dapat diperbesar dengan menambahkan papan tambahan ke bagian sisinya. Sebuah perahu yang telah ditambahkan dengan haluan kalulis disebut lepa-lepa kalulis. Layar yang digunakan berasal dari jenis nade, gap, dan tanja. Setelah 1980-an lepa-lepa mulai dimodernisasi dengan menambahkan mesin tempel.[4] Lepa-lepa modern dibuat dari fiberglass.[6] Panjang lepa-lepa sekitar 3,4–9,3 m, dengan lebar 40–80 cm, dan kedalaman 30–55 cm.[7]
Peran
suntingLepa-lepa utamanya digunakan untuk memancing. Mereka juga digunakan untuk mengangkut, seperti mengangkut produk perdagangan (Teripang, ikan, sayuran hijau), dan mengangkut orang-orang. Lepa-lepa cocok untuk bermanuver melalui selat dangkal yang sempit menggunakan kombinasi galah dan dayung. Namun saat ini, tidak dianggap layak untuk berlayar atau mendayung untuk jarak yang jauh menggunakan lepa-lepa, dan lepa-lepa bermotor lebih sering digunakan.[4]
Lihat juga
suntingReferensi
suntingBacaan lanjutan
sunting- Ellen, R. F. (2003). On the Edge of the Banda Zone: Past and Present in the Social Organization of a Moluccan Trading Network. University of Hawaii Press.