Masjid Raya Padusunan
Masjid Raya Padusunan terletak di Nagari IV Angkek Padusunan, yang kini secara administratif berada di Desa Kampuang Gadang, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Sumatera Barat. Masjid ini merupakan masjid pertama yang ada di Nagari IV Angkek Padusunan. Pada 2007, Masjid Raya Padusunan ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Kota Pariaman, dengan nomor inventaris 01/BCB-TB/A/07/2007.[1]
Masjid Raya Padusunan | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Kepemimpinan | Wakaf |
Lokasi | |
Lokasi | Desa Kampuang Gadang, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia |
Koordinat | 0°36′01″S 100°07′55″E / 0.600376°S 100.131825°E |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Minangkabau tradisional |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 600 |
Panjang | 21 meter |
Sejarah
suntingMenurut salah satu sumber tertulis dari luar Nagari IV Angkek Padusunan, masjid ini didirikan pada tahun 1829, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Badano di Nagari IV Koto Sungai Rotan dan Masjid Raya Pariaman. Tidak mengherankan jika arsitektur serta desain dari ketiga masjid ini memiliki persamaan, karena memang dirancang dan dibangun oleh arsitek yang sama.[2]
Mufti masjid
suntingSalah seorang dari Mufti Masjid Raya Padusunan yang cukup dikenal adalah Syekh H. Tuanku Telur Nan Tua (Mufti Masjid Raya Nagari Padusunan era 1930-an). Ia merupakan pelopor pendidikan pengajian surau pertama di Padusunan, yang sudah dimulai sekitar tahun 1910, bertempat di Masjid Raya Padusunan, yaitu di surau bekas masjid lama (Surau Usang).
Surau Usang mula-mula merupakan tempat anak-anak mengaji Al-Qur’an, yang kemudian ditingkatkan kepada pengajian kitab. Pada tahun 1914/1915, pengajian kitab ini sudah ramai di Nagari IV Angkek Padusunan. Murid-murid yang belajar pengajian kitab menginap (mondok) di surau tersebut. Murid-murid Syekh H. Tuanku Telur Nan Tua tidak saja berasal dari Nagari IV Angkek Padusunan, akan tetapi juga berdatangan dari daerah Kampung Dalam, Nareh, Kudu, bahkan ada yang dari Rengat, Riau.[3]
Salah seorang anak Syekh H. Tuanku Telur Nan Tua yang juga berhasil menjadi ulama adalah H. Rasul Telur El Falaki (jebolan Universitas Al Azhar, Mesir), yang pernah berkiprah memimpin Thawalib School Padusunan, sekembalinya dari Mesir pada 1934. Sebuah “alek” perayaan keagamaan diadakan selama satu minggu di kompleks Thawalib School Padusunan, khusus untuk menyambut kepulangannya. Dalam perayaan tersebut, sejumlah ulama terkemuka di Minangkabau diundang dan turut berpidato seperti: Dr. H. Abdul Karim Amrullah (ayah Prof. Dr. Hamka), H. Daud Rasyidi, Inyiak Parabek, dan Syekh Abbas, dan lain-lain.[4] H. Rasul Telur El Falaki juga penah mengajar di Islamic College di Padang. Ia juga merupakan salah seorang ipar dari H. Sutan Darab, Mudir Perguruan Darul Ma’arif Tepi Air, Pariaman.