Mitos penciptaan Mesir Kuno
Mitos penciptaan Mesir Kuno adalah kisah tentang penciptaan dunia dalam Mitologi Mesir Kuno. Sebagian besar informasi mengenai mitos-mitos penciptaan Mesir awal dapat dijumpai pada Teks Piramida, dekorasi dinding dan prasasti pemakaman yang berasal dari Kerajaan Lama (2780 - 2250 SM).[1] Mitos-mitos ini juga membentuk kompilasi religius tertua di dunia.[2] Bangsa Mesir kuno memiliki banyak dewa pencipta serta legenda yang terkait dengan masing-masing dari mereka. Dengan demikian di berbagai bagian negara tersebut terdapat keyakinan yang berbeda-beda tentang bagaimana dunia, atau lebih khususnya Mesir diciptakan.[3]
Dalam mitos-mitos ini, dikatakan bahwa dunia muncul dari lautan yang tak bertepi dan tak bernyawa, ketika matahari terbit untuk pertama kalinya pada waktu jauh di masa silam yang dikenal sebagai zp tpj (kadang-kadang ditranskripsikan sebagai Zep Tepi), yang berarti "pertama kali".[4] Mitos-mitos yang berbeda mengaitkan penciptaan tersebut dengan dewa-dewa yang berbeda: kumpulan delapan dewa primordial yang disebut Ogdoad, Dewa Atum yang bangkit dengan sendirinya dan keturunannya, dewa Ptah yang kontemplatif, dan dewa Amun yang misterius dan transenden. Meskipun sampai tingkat tertentu kosmogoni yang berbeda ini bersaing satu sama lain, mereka juga saling melengkapi sebagai aspek yang berbeda dari pemahaman Mesir tentang penciptaan.
Unsur-unsur umum
suntingMitos-mitos penciptaan yang beragam ini memiliki beberapa unsur yang sama. Mereka semua menyatakan bahwa dunia tercipta dari perairan tidak bernyawa, yang disebut Nu, termasuk gundukan berbentuk piramida yang disebut benben, benda pertama yang muncul dari perairan tersebut. Unsur-unsur ini kemungkinan terinspirasi oleh banjir tahunan Sungai Nil; banjir yang telah surut menyisakan tanah yang subur, dan orang Mesir mungkin menyamakan ini dengan munculnya kehidupan dari kekacauan purba. Gambaran gundukan piramida berasal dari gundukan tanah tertinggi yang tampak ketika sungai tersebut surut.[5]
Matahari juga berkaitan erat dengan penciptaan, dan konon dikatakan bahwa ia yang pertama kali muncul dari gundukan tersebut sebagai dewa matahari, sebagai dewa matahari Ra atau sebagai dewa Khepri, yang mewakili matahari yang baru terbit.[6] Ada banyak versi mengenai kemunculan matahari ini, dan dikatakan juga bahwa ia muncul langsung dari gundukan tersebut atau dari bunga lotus yang tumbuh di atasnya, dalam bentuk bangau, elang, kumbang scarab, atau anak manusia.[7]
Unsur umum lainnya dari kosmogoni Mesir adalah sosok terkenal telur kosmik, pengganti air purba atau gundukan purba. Salah satu varian dalam versi telur kosmik menyatakan bahwa dewa matahari, sebagai kekuatan purba, muncul dari gundukan purba, yang berdiri sendiri dalam kekacauan laut purba.[8]
Kosmogoni
suntingDi Mesir kuno ada banyak mitos penciptaan yang berbeda, sebanyak pusat pemujaan dewa-dewa yang berbeda.[9] Catatan yang berbeda tentang penciptaan masing-masing terkait dengan pemujaan dewa tertentu di salah satu kota besar Mesir: Hermopolis, Heliopolis, Memphis, dan Thebes.[10] Mereka biasanya disebut sebagai mitos atau kosmogoni Hermopolitan, Heliopolitan, Memphite dan Theban.[9] Sampai taraf tertentu mitos-mitos ini mewakili teologi-teologi yang bersaing, tetapi juga mewakili aspek-aspek berbeda dari proses penciptaan.[11]
Meski mustahil untuk menentukan tanggal pasti asal mitos-mitos penciptaan ini, formulasi dan formalisasi mereka dalam teks-teks tertentu dapat diketahui penanggalannya. Referensi pertama ke kosmogoni Heliopolitan terekam dalam Teks Piramida dari Kerajaan Lama, sedangkan sumber utama kosmogoni Hermopolitan berasal dari berbagai Teks Peti Mati dari Kerajaan Pertengahan. Informasi tentang kosmogoni Memphite berasal dari teks dari Periode Akhir, yang diyakini secara luas telah disalin dari sumber Kerajaan Baru sebelumnya.[9]
Hermopolis
suntingMitos penciptaan yang ada di kota Hermopolis berfokus pada sifat alam semesta sebelum penciptaan dunia. Sifat-sifat yang melekat pada perairan purba diwakili oleh suatu perkumpulan delapan dewa, yang disebut Ogdoad. Dewa Nu dan mitra femininnya Naunet mewakili perairan purba itu sendiri; Huh dan mitranya Hauhet mewakili hamparan air yang tak terbatas; Kek dan Kauket mempersonifikasikan kegelapan yang ada di dalamnya; dan Amun dan Amaunet mewakili sifatnya yang tersembunyi dan misterius, berbeda dengan dunia nyata dalam kehidupan. Air purba itu sendiri adalah bagian dari proses penciptaan, sehingga para dewa yang mewakili mereka dapat dianggap sebagai dewa pencipta.[11] Menurut mitos ini, delapan dewa pada awalnya terbagi menjadi kelompok pria dan wanita.[12] Mereka digambarkan secara simbolis sebagai makhluk air karena mereka bersemayam di dalam air: kelompok pria diwakili sebagai katak, dan yang wanita diwakili sebagai ular.[13] Kedua kelompok ini akhirnya bertemu, menyebabkan pergolakan besar yang menghasilkan gundukan piramida. Dari situ muncul matahari, yang naik ke langit untuk menerangi dunia.[14]
Heliopolis
suntingKosmogoni yang berkembang di Heliopolis berfokus pada penciptaan alam semesta dari perspektif khusus kependetaan Ra. Dari Dinasti Kelima, Heliopolis adalah pusat utama pemujaan Ra. Heliopolis dalam bahasa Yunani berarti "Kota Helios," dewa matahari Helios Yunani yang setara dengan Ra. Di Mesir, nama yang diberikan kepada Heliopolis adalah Yunu (sering ditulis sebagai "On" atau "Onnu") dan dalam hieroglif diwakili oleh pilar atau kolom. Pada kuil-kuil matahari di awal Kerajaan Lama, objek kultus ini ditempatkan tepat di tengah-tengah halaman terbuka besar di mana dewa ini disembah. Kosmogoni Heliopolitan, oleh karena itu adalah skema kosmogonik dan teologis di mana Ra diberi posisi penting.[15]
Di Heliopolis, penciptaan dihubungkan dengan Atum, dewa yang terkait erat dengan Ra, yang dikatakan telah ada di perairan Nu sebagai keberadaan pasif yang potensial. Atum adalah dewa yang tercipta sendiri, sumber dari semua elemen dan kekuatan di dunia, dan mitos Heliopolitan menggambarkan proses di mana dia "berevolusi" dari satu keneradaan menjadi bermacam-macam ragam elemen-elemen ini.[16] Atum adalah prinsip yang memulai gerakan dari potensi ke aktualitas, atau dari internalitas ke eksternalitas. Atum lah yang mengaktifkan potensi kehidupan Nu, dan membawanya menjadi kenyataan. Awalnya, Atum bersandar di air dalam keadaan pasif atau tak berdaya, karena ia tidak punya tempat untuk menempatkan kakinya.[17] Kemudian proses dimulai ketika Atum muncul di gundukan dan membangkitkan dewa udara Shu dan saudara perempuannya Tefnut,[18] yang keberadaannya mewakili penampakan ruang kosong di tengah perairan.[19] Untuk menjelaskan bagaimana Atum melakukan ini, mitos ini menggunakan metafora masturbasi, di mana tangan yang ia gunakan mewakili prinsip feminin yang melekat pada dirinya.[20] Motif masturbasi ini menunjukkan bahwa Atum adalah androgini. Atum adalah "the Great He-She" yang mampu membuahi dan hamil, kemudian melahirkan. Dengan kata lain, prinsip dualitas adalah ekstrinsik bagi Atum. Atum sendiri ada dalam mode nondualistik, sesuai dengan sifat intrinsik kesatuannya.[21] Dia juga telah dikatakan "bersin" dan "meludah" untuk menghasilkan Shu dan Tefnut, sebuah metafora yang muncul dari permainan kata-kata atas nama mereka.[22] Kemudian Shu dan Tefnut bersenggama sehingga menghasilkan dewa bumi Geb dan dewi langit Nut, yang mendefinisikan batas dunia.[23] Dikatakan pada awalnya Geb dan Nut dilahirkan bersama dalam pelukan yang penuh kasih sayang. Bumi yang masih menyatu dengan langit. Tidak ada ruang di antara mereka; mereka merupakan wujud tunggal, kesatuan yang belum terbagi. Belum ada alam semesta yang nyata. Geb dan Nut kemudian dipisahkan oleh dewa udara Shu.[24] Geb dan Nut pada gilirannya memiliki empat anak yang mewakili kekuatan kehidupan: Osiris dewa kesuburan dan regenerasi; Isis dewi keibuan; Set dewa kekacauan; dan Nephthys entitas wanita yang melengkapi Set. Mitos demikian mewakili proses yang memungkinkan kehidupan. Sembilan dewa ini dikelompokkan bersama secara teologis sebagai Ennead, tetapi delapan dewa yang lebih rendah, dan semua hal lainnya di dunia, pada akhirnya dianggap sebagai perluasan dari Atum. [25]
Memphis
suntingPenciptaan versi Memphite berpusat pada Ptah, yang merupakan dewa pelindung para pengrajin. Dengan demikian, ia mewakili kemampuan pengrajin untuk membayangkan produk jadi, dan mengolag bahan baku untuk menciptakan produk tersebut. Teologi Memphite mengatakan bahwa Ptah menciptakan dunia dengan cara yang sama.[26] Penciptaan ini tidak seperti penciptaan Mesir lainnya, bukanlah fisik tetapi penciptaan intelektual oleh Firman dan Pikiran Dewa.[27] Ide-ide yang dikembangkan dalam jantung Ptah (orang Mesir menganggap jantung pusat pemikiran) diberikan bentuk ketika ia menamakannya dengan lidahnya. Dengan mengucapkan nama-nama ini, Ptah menghasilkan dewa-dewa dan semua hal lainnya.[28]
Mitos penciptaan Memphis muncul berdampingan dengan mitos Heliopolis, dan diyakini bahwa pemikiran kreatif dan ucapan Ptah menyebabkan penciptaan Atum dan Ennead.[29] Ptah juga dikaitkan dengan Tatjenen, dewa yang mempersonifikasikan gundukan piramida.[28]
Thebes
suntingTeologi Theban mengklaim bahwa Amun bukan hanya sekadar anggota Ogdoad, tetapi juga kekuatan tersembunyi di balik segala hal. Ada perpaduan dari semua gagasan penciptaan ke dalam kepribadian Amun, sebuah sintesis yang menekankan bagaimana Amun melampaui semua dewa lain dalam keberadaannya "di luar langit dan lebih dalam daripada dunia bawah".[30] Satu mitos Theban mengibaratkan penciptaan Amun dengan panggilan seekor angsa, yang mematahkan keheningan air purba dan menyebabkan terciptanya Ogdoad dan Ennead.[31] Amun terpisah dari dunia, sifat sejatinya tersembunyi bahkan dari dewa-dewa lainnya. Namun pada saat yang sama, karena ia adalah sumber ciptaan tertinggi, semua dewa termasuk para pencipta lainnya, pada kenyataannya hanyalah aspek-aspek Amun. Berkat keyakinan ini, Amun akhirnya menjadi dewa tertinggi dari panteon Mesir.[32]
Amun identik dengan pertumbuhan Thebes sebagai pusat agama utama. Tapi adalah ruang-ruang berlantai, obelisk, patung-patung kolosal, relief-relief dinding dan prasasti hieroglif dari kuil-kuil Theban yang dicermati untuk mendapatkan kesan yang sebenarnya tentang superioritas Amun. Thebes juga dianggap sebagai lokasi di mana munculnya gundukan purba pada permulaan waktu.[33]
Kutipan
sunting- ^ Leeming (2010), hlm. 102.
- ^ Hart (2004), hlm. 9.
- ^ Seton-Williams (1999), hlm. 6.
- ^ Allen (2000), hlm. 466.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 24, 27, 30.
- ^ Allen (2000), hlm. 144.
- ^ Allen (2000), hlm. 144; Wilkinson (2003), hlmn. 206–207.
- ^ Leeming (2010), hlm. 104.
- ^ a b c Naydler (1996), hlm. 34.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 24-28.
- ^ a b Allen (2000), hlm. 126.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 27.
- ^ Wilkinson (2003), hlm. 78.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 27–28.
- ^ Naydler (1996), hlm. 35.
- ^ Allen (2000), hlmn. 143–145; Wilkinson (2003).
- ^ Naydler (1996), hlm. 36.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 24.
- ^ Allen (2000), hlm. 145.
- ^ Wilkinson (2003), hlm. 18, 99.
- ^ Naydler (1996), hlm. 41.
- ^ Allen (2000), hlm. 143.
- ^ Allen (2000), hlm. 44.
- ^ Naydler (1996), hlm. 43–44.
- ^ Allen (2000), hlmn. 144-145; Wilkinson (2003), hlm. 99.
- ^ Allen (2000), hlm. 172-173.
- ^ Seton-Williams (1999), hlm. 13.
- ^ a b Fleming & Lothian (1997), hlm. 25.
- ^ Allen (2000), hlm. 172.
- ^ Hart (2004), hlm. 22.
- ^ Fleming & Lothian (1997), hlm. 28-29.
- ^ Allen (2000), hlm. 182-183.
- ^ Hart (2004), hlm. 22-24.
Daftar pustaka
sunting- Allen, James P. (2000). Middle Egyptian: An Introduction to the Language and Culture of Hieroglyphs (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. ISBN 0-521-77483-7.
- Fleming, Fergus; Lothian, Alan (1997). The Way to Eternity: Egyptian Myth (dalam bahasa Inggris). Amsterdam: Duncan Baird Publishers. ISBN 0-7054-3503-2.
- Hart, George (2004). Egyptian Myths (dalam bahasa Inggris). Austin, Texas: University of Texas. ISBN 0-292-72076-9.
- Leeming, David Adams (2010). Creation Myths of the World (dalam bahasa Inggris). Santa Barbaro: ABC-CLIO. ISBN 978-1-59884-174-9.
- Naydler, Jeremy (1996). Temple of the cosmos : the ancient Egyptian experience of the sacred (dalam bahasa Inggris). Rochester, Vermont: Inner Traditions International. ISBN 978-162055-064-9.
- Seton-Williams, M. V. (1999). Egyptian Legends and Stories (dalam bahasa Inggris). U.S.A: Barnes & Noble Publishing. ISBN 0-7607-1187-9.
- Wilkinson, Richard H. (2003). The Complete Gods and Goddesses of Ancient Egypt (dalam bahasa Inggris). Thames & Hudson. ISBN 0-500-05120-8.