Penaklukan Hijaz oleh Saudi

Penaklukan Hijaz oleh Saudi atau Perang Saudi-Hasyimiyah Kedua adalah sebuah kampanye militer yang dikobarkan oleh Sultan Abdul Aziz bin Saud dari Saudi untuk menaklukan Kerajaan Hijaz pada tahun 1924-1925 yang berujung pada integrasi wilayah Hijaz, termasuk kota suci Mekkah dan Madinah, ke dalam kekuasaan Kesultanan Nejd.

Penaklukan Hijaz oleh Saudi
Bagian dari Unifikasi Arab Saudi
TanggalSeptember 1924-Desember 1925
LokasiKerajaan Hijaz
Hasil Kemenangan Kesultanan Nejd
Pihak terlibat

Kesultanan Nejd

Kerajaan Hijaz
Tokoh dan pemimpin
Abdulaziz Bin Saud
Sultan bin Bajad
Husain bin Ali
Ali bin Husain
Nawras Pasha
Kekuatan
5,000 orang 500 orang[1]
8 pesawat[2]
Korban
Tak diketahui Jumlah korban tewas tak diketahui
5 kendaraan lapis baja hancur
1 pesawat ditembak jatuh
Korban sipil: 450 tewas

Latar belakang

sunting

Perang tahun 1924-1925 dipicu oleh ketegangan dan konflik yang telah berlangsung lama antara kedua kerajaan hingga meletusnya Perang Saudi-Hasyimiyah Pertama pada tahun 1919.

Penaklukan

sunting

Alasan terjadinya konflik ini adalah karena Ibnu Saud dari Najd ingin menguasai Hijaz.[3] Pada tanggal 29 Agustus 1924, Bin Saud memulai kampanye militernya melawan Hijaz dengan bergerak maju ke Taif, yang menyerah tanpa perlawanan berarti.[3] Menyusul jatuhnya Taif, pasukan Saudi dan suku sekutu Ikhwan bergerak ke Mekah. Syarif Husain berusaha meminta bantuan Inggris, tapi akhirnya ditolak dengan alasan tidak mau ikut campur dalam persoalan internal Muslim.[3] Sementara itu, Raja Hussein bin Ali melarikan diri dari Mekah ke Jeddah, setelah menolak tawaran bantuan dari putranya, Raja Abdullah dari Transyordan.[3] Kota Mekah jatuh tanpa perlawanan pada 13 Oktober 1924.[3] Konferensi Islam yang diadakan di Riyadh pada 29 Oktober 1924, mengukuhkan pengakuan Dunia Islam atas kekuasaan Ibn-Saud terhadap Mekah.

Dengan kemajuan pasukan Saudi dan pengepungan yang dilakukan di Jeddah, pasukan Hijaz mulai kalah.[3] Kota Madinah menyerah pada 9 Desember 1925, [a] dan Yanbu jatuh 12 hari kemudian.[3] Jeddah diserahkan kepada Sultan Abdulaziz dari Najd dan pasukan Saudi pada Desember 1925, dan pasukan Saudi memasuki gerbang pada 8 Januari 1926, setelah penyerahan dan perjanjian damai dinegosiasikan antara Raja bin Ali, Sultan Abdulaziz, Konsul Inggris, dan Wali kota Jeddah Sheikh Abdullah Alireza.

Dampak

sunting

Menyusul keberhasilan penaklukan Kerajaan Hijaz, Abdulaziz bin Saud dinyatakan sebagai Raja Hejaz. Kerajaan itu kemudian dimasukkan ke dalam Kerajaan Nejd dan Hijaz, dengan Ibnu Saud menjadi raja kedua wilayah dalam persatuan politik.

Raja Husain dari Hijaz melarikan diri ke Siprus, mengumumkan putranya Ali bin Husain sebagai Raja Hijaz, tetapi hanya berkuasa dalam pemerintahan dalam pengasingan setelah jatuhnya dinasti itu. Namun, Wangsa Hasyimiyah tetap memerintah di Emirat Transyordan dan Kerajaan Irak.

Lihat juga

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Madinah menyerah pada 9 Desember menurut Fattouh Al-Khatrash[3] tapi menurut Universitas Indiana, menyerah pada 5 Desember.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Dari Bullard ke Mr ChamberLain. Mekkah, 1924 September. (No.# secrets) - Archived Post
  2. ^ Al-Rehani: Nejd and its followers.
  3. ^ a b c d e f g h Dr. Fattouh Al-Khatrash. The Hijaz-Najd War (1924 – 1925)
  4. ^ "Chronology 1925". www.indiana.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-02. Diakses tanggal 2019-06-03.