Menggugat Keikutsertaan Rio Haryanto

sunting

Saat ini, rakyat Indonesia dikejutkan dengan prestasi gemilang anak bangsa. Rio Haryanto, pembalap muda asal Indonesia yang resmi bergabung dengan Tim Manor dalam ajang Formula 1 (F1). Dengan mahar 15 juta euro (sekitar Rp 224 Milyar), Rio berhasil mengumpulkan dana tersebut dengan bantuan instansi pemerintah. Di tengah euforia keberhasilan Rio Haryanto, sejatinya, Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah akut yang sudah menjalar ke berbagai aspek kehidupan. Menurut Institute of Development for Economic and Finance (Indef), pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan Jokowi-JK dinilai paling buruk sejak 2009. Angka kemiskinan yang masih relatif tinggi justru tidak menjadi bahan pertimbangan dalam penganggaran dana raksasa untuk sang pembalap kebanggaan. Entah, berapa juta anak bangsa yang tidak mendapatkan pendidikan yang pantas. Atau permasalahan sandang, pangan, dan papan yang tak kunjung mapan. Kemiskinan benar-benar telah menjadi penderitaan sebagian besar rakyat Indonesia. Belum lagi, tidak berkualitasnya pelayanan masyarakat di negara kita yang menjadi problem cukup serius. Menilik realitas yang ada, agaknya, niatan para pahlawan bangsa dan kusuma negara untuk memakmurkan negri menjadi hal yang tabu. Sesuatu yang mungkin hanya menjadi ekspektasi semata yang sulit terkabul. Sebagai salah satu pemuda, tujuan tulisan saya bukan sebuah usaha untuk memupuskan mimpi sang idola untuk mengikuti ajang bergengsi yang banyak memakan dana tersebut. Tetapi, tulisan ini adalah suara rakyat jelata yang tengah dilanda krisis ekonomi atau pelbagai kesenjangan-kesenjangan sosial lainnya. Bahwa, rakyat jelata juga butuh perhatian khusus dari pemerintah. Sebagai orang yang kurang mafhum akan konstitusi, yang menjadi rujukan atas kurang tidak setujunya saya atas partisipasi Rio Haryanto adalah sila kelima ideologi negara, Pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” Salah satu nilai Pancasila yang bahkan tidak terimplementasi secara sempurna sampai saat ini. Jika 15 juta euro bukan dana yang berarti, setidaknya pemerintah juga menganggarkan dana yang lebih besar untuk anak-anak bangsa berpotensi yang kurang mampu. Juga memperbaiki kualitas pelayanan masyarakat atau infrastruktur negara yang kurang mumpuni. Dengan harapan, seluruh kalangan masyarakat bisa hidup bersatu dalam harmoni tanpa diskriminasi dan intimidasi. Rio haryanto cukup menghipnotis kita semua karena keberhasilannya menembus ajang balapan nomor wahid. Namun, sejenak, kita juga harus merenungkan mimpi-mimpi rakyat jelata untuk hidup bahagia. Alangkah lebih baik, pemerintah memberikan perhatian setara tanpa memandang siapa. Jikalau pers memang benar-benar media untuk menyalurkan aspirasi untuk menegakkan demokrasi, maka ini adalah suara sang penulis, bahwa, keadilan sosial dan kesetaraan pelayanan dan perhatian harus ditegakkan di bumi pertiwi ini.