Runayat Natadipura


Raden Runayat Natadipura (12 September 1939 - 5 Juni 2015) atau dikenal publik lingkungan Tatar Pasundan sebagai "Uwa Bandung" adalah salah satu sesepuh dan pendiri DPKLTS[1] (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda), selain Mang Ihin atau Solihin Gautama Purwanegara. Uwa, sejak DPKLTS dirumuskan dan didirikan (2001), perannya sangat besar, terutama dalam mengenalkan nilai-nilai[2] 'Kasundaan' konsistensi mengenalkan pentingnya menjaga lingkungan di generasi muda.

Raden Runayat Natadipura
Informasi pribadi
Lahir
Raden Runayat Natadipura

(1939-09-12)12 September 1939
Belanda Bandung, Jawa Barat, Hindia Belanda
Meninggal5 Juni 2015(2015-06-05) (umur 75)
Indonesia Bandung
KebangsaanIndonesia Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Talaga Bandung Purba (gambar 3 dimensi) & Informasi Lingkungan TS sejenna". DPKLTS merupakan salah satu yayasan yang diasuh oleh mantan Gubernur Jabar, Solihin Gautama Purwanegara, dengan jargon lainnya yang dikenal, "No Forest, No Water No Future, Leuweung Rusak, Cai Beak, Manusa Balangsak", artinya, "Tak ada hutan, tak ada air buat masa depan, hutan rusak, air habis, manusia sengsara." Alamat sekertariat di Jl. R.E. Martadinata No. 189A Bandung - Tlp/fax: 022-7234652.  line feed character di |title= pada posisi 42 (bantuan)
  2. ^ Tingginya kontemplasi Uwa mengenai lingkungan dan nilai lokal terkandung pemikirannya yang popular di pegiat lingkungan. Falsafah ini menjadi salah satu motto gerakan DPKLTS, yaitu falsafah 'Patanjala', satu falsafah yang mengambil konteks sungai sebagai sumber kehidupan. "Kami moal ngelehan, kami moal ngelehkeun, tapi pasti nepi ka tujuan. Ngan hampura, bisi aya nu kalabrak kasered kabawa palid, kabanjiran jeung kakeueum, da bongan ngahalangan jeung aya dina jajalaneun kami," arti harfiahnya, "Kami tidak akan mengalah, kami tidak akan mengalahkan, tapi pasti sampai kepada tujuan. Cuma minta maaf sebelumnya, jika ada yang tertabrak terbawa arus, kebanjiran dan tenggelam, suruh siapa menghalangi dan ada di jalan kami."

Pranala luar

sunting