Stadion Sriwedari

stadion di Indonesia

Stadion Sriwedari atau antara tahun 2003-2011 sempat berganti nama menjadi Stadion R. Maladi (Hanacaraka: ꦱ꧀ꦠꦢꦶꦪꦺꦴꦤ꧀‌ꦯꦿꦷꦮꦼꦢꦫꦶ) adalah sebuah stadion di Kota Surakarta. Stadion Sriwedari merupakan salah satu stadion tertua di Indonesia yang menjadi stadion tempat dilangsungkannya Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada tanggal 9 September 1946.

Monumen Stadion Sriwedari
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
KategoriStruktur
No. RegnasCB.1285
Lokasi
keberadaan
Jalan Bhayangkara,Kelurahan Sriwedari,Kecamatan Laweyan,Kota Surakarta
No. SK646/1-R/1/2013
Tanggal SK3 Mei 2013
Tingkat SKMenteri
PengelolaPemerintah Kota Surakarta

Sekarang stadion ini menjadi Monumen PON I. Saat ini stadion digunakan sebagai arena pertandingan sepak bola besar dan konser musik.

Stadion Sriwedari menjadi kandang Persis Solo pada pekan ke 5 BRI Liga 1 2023/2024 melawan Arema FC, laga yang berakhir seri 1-1 tersebut digelar tanpa kehadiran penonton.

Sejarah

sunting

Pada tahun 1932, Sri Susuhunan Pakubuwana X dari Keraton Surakarta berinisiatif untuk membangun sebuah stadion untuk kegiatan olahraga kerabat Karaton dan kalangan pribumi. Stadion ini merupakan stadion pertama yang dibangun oleh bangsa Indonesia. Sedangkan stadion-stadion lain saat itu dibangun oleh orang Belanda.

Sedangkan khusus di Surakarta saat itu, atlet sepak bola bumiputra hanya boleh bermain di lapangan alun-alun kidul, tanpa alas kaki. Melihat perlakuan yang tidak adil tersebut membuat R.M.T Wongsanegoro mengusulkan kepada Raja Surakarta untuk membangun Stadion yang dikhususkan menampung atlet bumiputra. Kemudian raja yang berkuasa sejak tahun bedirinya klub Rood-Wit itu langsung setuju, orang nomor satu yang terkenal sangat menaruh perhatian terhadap sepak bola ini memberikan lokasi di Kebun Suwung (Kelurahan Sriwedari).

Perencana stadion dipercayakan kepada Mr. Zeylman dengan menghabiskan biaya sebesar 30000 gulden, dan pelaksana pembangunan sendiri dilakukan oleh R. Ng. Tjondrodiprojo beserta 100 pekerjanya selama 8 bulan. Stadion yang berbentuk oval dan dilengkapi dengan trek untuk bermain atletik dan lampu sorot di setiap sudut ini selesai pada tahun 1933.

Peresmian Stadion Sriwedari dilakukan oleh G.P.H Hargopalar atas nama Sri Susuhunan. Bangsa Belanda meminta agar bisa menggunakan stadion megah tersebut. Akhirnya terpaksa Persis Solo dan anggotanya hanya bisa menggunakan stadion tersebut pagi dan sore dan malam menjadi hak Voetbal Bond Soerakarta (Klub Sepak bola Belanda).

Untuk selanjutnya, stadion tersebut pada tanggal 9-12 September 1948 juga dijadikan sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama. Dan sampai sekarang setiap tanggal 9 September juga dijadikan sebagai hari olahraga Indonesia. Pada masa pemerintahan Orde Baru, stadion ini juga dijadikan sebagai monumen PON Pertama.

Setelah meninggalnya Raden Maladi pada tanggal 30 April 2001, maka Stadion Sriwedari berganti nama menjadi Stadion R.Maladi. Hal ini untuk menghormati jasa sang pahlawan yang juga pernah menjadi Ketua Umum PSSI (1950-1959). Selain itu sosok Raden Maladi juga tidak bisa dipisahkan dengan kota Surakarta karena dia lahir di Surakarta pada tanggal 30 Agustus 1912. Walaupun ketika menjadi penjaga gawang tangguh kariernya banyak dihabiskan di klub PSIM Mataram, mantan Menteri Penerangan (1959-1962) dan mantan Menpora (1964-1966) ini sangatlah berjasa juga dalam persepak bolaan Surakarta.

Pengubahan nama

sunting

Pada tanggal 4 Agustus 2003, pemerintah Kota Solo yang dipimpin oleh wali kota Slamet Suryanto mengubah nama Stadion Sriwedari menjadi Stadion R Maladi sebagai penghormatan atas jasa-jasa mantan Menteri Olahraga yang sekaligus desainer stadion tersebut. Pengubahan nama stadion itu atas usulan Paguyuban eks Tentara Pelajar Brigade 17 Surakarta. Semula nama R Maladi akan diabadikan sebagai nama stadion Manahan. Namun dengan alasan kesejarahan, Pemkot akhirnya memutuskan untuk menggantikan nama Stadion Sriwedari.[1]

R. Maladi adalah mantan presiden PSSI periode 1950-1959. Bahkan Maladi juga pernah menjadi penjaga gawang PSSI. Di dunia kesenian, Maladi seorang pencipta lagu keroncong yang handal. Pada masa awal kemerdekaan, Maladi memimpin Tentara Pelajar dalam pertempuran melawan Belanda yang kemudian dikenal dengan Serangan Umum 4 Hari di Solo.

Pada November 2011 stadion ini dikembalikan lagi namanya menjadi Stadion Sriwedari.

Referensi

sunting
  1. ^ "Tempointeraktif: Pemerintah Kota Solo Ubah Nama Stadion Sriwedari". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-31. Diakses tanggal 2011-02-23. 

Pranala luar

sunting