Tatang Koswara

Sniper terbaik di Indonesia

Pembantu Letnan Satu (Purn.) Tatang Koswara (12 Desember 1946 – 3 Maret 2015) adalah seorang Sniper atau penembak runduk TNI-AD terbaik Indonesia.[1] Dalam buku Sniper Training, Techniques and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.[2][3] Dalam catatan tersebut ia mencetak rekor 41 di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom Ferran (USMC) dengan rekor 41.

Tatang Koswara
Informasi pribadi
Lahir(1946-12-12)12 Desember 1946
Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat
Meninggal3 Maret 2015(2015-03-03) (umur 68)
Jakarta
AlmamaterSecata PK 1966
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1966 - 1996
Pangkat Pembantu Letnan Satu
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Karier Militer

sunting

Tatang mulai masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten pada 1966. Pada 1977-1978, Tatang beroperasi di Timor Timur. Di bekas provinsi Indonesia itu, lebih dari 40 orang Fretilin menjadi korban tembakan jitunya. Meski punya ijazah sekolah teknik (setara sekolah menengah pertama), Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah sekolah rakyat—saat ini sekolah dasar. Selang beberapa tahun, Tatang mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimiliknya itu. Sebagai Bintara, Tatang ditempatkan di Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif). Di sana, Tatang mengikuti berbagai pelatihan, mulai kualifikasi Raider hingga Sniper. Tatang menggunakan sandi S-3 alias siluman 3.[4]

Sampai akhirnya pada tahun 1974-1975, dia dengan 7 rekannya terpilih buat masuk program MTT (mobile training teams) yang dipimpin oleh Kapten Conway dari Amerika Serikat. Saat itu, Indonesia belum punya yang namanya Sniper dan antiteror. Akhirnya muncullah ide dari perwira TNI buat melatih Sniper. Tatang dan 59 anggota TNI AD yang lain mendapat pelatihan dari Kaptenn Conway selama 2 tahun. Disana mereka dilatih untuk menembak jitu dari jarak 300, 600 dan 900 meter. Tidak hanya dilatih menjadi sniper, tetapi mereka juga dilatih untuk bertempur melawan penyusup, melakukan kamuflase, melacak jejak serta bagaimana menghilangka jejak. Ternyata dari 2 tahun masa pelatihan dan dari 60 orang peserta, hanya 17 orang yang lulus. Dan jelas, Tatang Koswara salah satunya. Ke-17 orang tersebut mendapatkan hadiah senjata yang juga digunakan oleh sniper legendaris Marinie AS, Carlos Hatchcock saat perang di Vietnam. Ilmu dan senjata yang ia dapatkan saat 2 tahun pelatihan bersama Kapten Conway membuat Tatang ditarik Kolonel Inf. Edi Sudrajat, Komandan Pusat Pendidikan Infanteri Cimahi untuk menjadi pengawal pribadi dan menjadi Sniper saat terjun ke medan perang di Timor Timur pada tahun 1977- 1978. Dia mendapat 2 tugas saat berada di medan perang. Tugas pertama adalah melumpuhkan kekuatan musuh dan kedua, menjadi Intelijen yang bertugas untuk masuk ke jantung pertahanan dan mengacaukan pertahanan lawan.

Lawan yang dihadapi Tatang pun bukan musuh yang lemah, tetapi adalah pasukan FRETELIN yang punya kemampuan Gerilya hebat dan tahu persis medan di Timor Timur. Misi yang ia jalankan ini adalah misi rahasia. Dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang lain. Bahkan dengan istrinya sendiri. Dia hanya boleh mengungkapkan misi ini jika diperintahkan. Tapi pada akhirnya ada orang lain yang mengungkapkannya terlebih dahulu.[5]

Riwayat Hidup

sunting

Ia dilahirkan dari keluarga militer, di Bandung, Jawa Barat. Ia masuk militer melalui jalur Tamtama di Banten tahun 1966. Pada tahun 1974-1975, Tatang bersama tujuh rekannya terpilih masuk program mobile training teams (MTT) yang dipimpin pelatih dari Green Berets Amerika Serikat, Kapten Conway.[6] Mereka dilatih menembak jitu pada jarak 300, 600, dan 900 meter. Dari dua tahun masa pelatihan, hanya 17 dari 60 orang yang lulus dan mendapat senjata Winchester Model 70. Pada 1977 - 1978 ia bertugas dalam operasi di Timor Timur. Dalam operasi tersebut, lebih dari 40 orang fretilin menjadi korban tembakan jitunya. Ia memiliki sandi "Siluman 3".[7] Ia pensiun dari militer pada tahun 1996 dengan pangkat terakhir Pembantu Letnan Satu (Peltu). Meski begitu, Tatang masuk jajaran penembak jitu terbaik dunia. Dalam buku Sniper: Training, Techniques, and Weapons karya Peter Brookesmith terbitan 2000, nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Keluarga

sunting

Ia menikah dengan Tati Hayati pada 1968 dan mempunyai empat orang anak. Di antaranya adalah Pipih Djuaningsih (anak pertama) dan Tubagus Apdi Yudha (anak ke-3).

Ia wafat pada 3 Maret 2015 pukul 19.30, karena serangan jantung.[8] Ia meninggal setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Medistra, setelah menjadi bintang tamu program Hitam Putih Trans7[9].Kata - kata terakhir Pak Tatang adalah "Pada saat kaki saya tertembak,saat saya lari saya bingung karena takut masih dikejar oleh musuh dan saya sudah siap mati pada saat itu,tapi sebelum saya mati saya mencabut ikatan dan foto di kepala saya lalu saya ikatkan ke luka yang tertembak untuk menutupi lubang peluru tersebut lalu sejak itu saya jalan merangkak dengan ikatan yang ada di kaki saya lalu berpikir "kalau sampai matipun,maka ketika aku mati darahku harus ada di merah putih",semua kata-kata itu dia ucapkan saat di belakang panggung Hitam Putih lewat Deddy Corbuzier.

Referensi

sunting