Lucius Iulius (Yulius) Aurelius Septimius Vabalathus Athenodorus (bahasa Palmira: ; 259-273) adalah seorang raja dari Kekaisaran Palmira. Vabalathus adalah bentuk Latin dari nama aslinya (Wahballat, "Anugerah Sang Dewi"). Karena dewi Arab Al-Lātta dianggap sama dengan dewi Yunani Athena, maka Vabalathus menggunakan nama Athenodorus (Anugerah Athena) sebagai bentuk Yunani dari nama aslinya.

Vabalathus
Raja segala raja dan Kaisar Palmira
Antoninianus keluaran Aurelianus. Uang logam keluaran Vabalathus mula-mula juga memuat gambar Aurelianus. Ini berarti Aurelianus dan Vabalathus saling mengakui status masing-masing.
Raja segala raja, dan kelak Kaisar Palmira
Berkuasa267-272
PendahuluMaeonius
PenerusTidak ada
Gelar selanjutnya digunakan oleh Antiokhus
AyahOdaenathus
IbuZenobia

Riwayat hidup

sunting

Ayahnya adalah Septimius Odaenathus, Raja Palmira, dan ibunya adalah Ratu Zenobia. Setelah ayahnya dibunuh oleh sepupunya Maeonius (267), Vabalathus yang masih belia pun dinobatkan sebagai raja (rex consul imperator dux Romanorum, "Raja segala raja yang cemerlang", dan corrector totius orientis) dari Kekaisaran Palmira. Kekuasaan efektif dipegang oleh ibunya Zenobia, yang menaklukkan Mesir Hilir, Suriah, Palestina, Anatolia, dan Lebanon.

Mula-mula Kaisar Romawi Aurelianus mengakui kesahihan pemerintahan Vabalathus, boleh jadi karena ia sedang sibuk menangani konflik dengan Kekaisaran Galia di barat dan ragu-ragu untuk berperang secara terbuka melawan Kekaisaran Palmira. Sikap saling mengakui ini dibuktikan dengan pengeluaran uang-uang logam yang ditempa pada masa pemerintahan Vabalathus, yang memuat gambar Aurelianus dan mencantumkan gelar Augustus; akan tetapi, hubungan antara kedua kekaisaran di kemudian hari memburuk sehingga gambar Aurelianus pun menghilang dari uang logam Palmira, sementara Zenobia mulai menggunakan gelar Augusta dan Vabalathus menggunakan gelar Augustus.

Kekuasaan Vabalathus berakhir ketika Aurelianus menaklukkan dan menjarah-rayah Palmira (272/3) dan kemudian membawa Vabalathus beserta ibunya ke Roma sebagai tawanan perang. Menurut Zosimus, Vabalathus wafat dalam perjalanan menuju Roma, tetapi tidak ada penyataan lain yang memperkuat maupun menyangkal keterangan ini.

Sumber-sumber lain menyiratkan bahwa sesudah diberangkatkan dengan kapal ke Roma, Aurelianus membiarkan Zenobia dan Vabalathus tetap hidup, setelah diarak berjalan kaki di sepanjang jalanan ibu kota kekaisaran sesuai tradisi Romawi. Perlakuan ini memang memalukan, tetapi lebih baik daripada hukuman mati. Teori ini didukung oleh perlakuan sama yang diberikan Aurelianus kepada Tetricus I dan Tetricus II dari Galia. Aurelianus juga membiarkan kedua musuh bebuyutan Roma ini tetap hidup seusai dikalahkan dalam Pertempuran Châlons pada 274.

Selain seorang pereka taktik militer yang cemerlang dan seorang administrator yang berbakat, Aurelianus juga tergolong Kaisar Romawi yang agak berbelas-kasihan sepanjang sejarah Kekaisaran Romawi.

Pranala luar

sunting