H. Wima Brahmantya, S.Si. (lahir di Malang, 5 September 1981 (umur 43) adalah seniman dan budayawan. Putra pertama pasangan H. Herry Noegroho, S.E., M.H. dan Hj. Era Satlityawati, S.H. ini pernah membentuk grup band Eden yang beraliran progresive rock.

H.
Wima Brahmantya
S.Si.
Lahir5 September 1981 (umur 43)
Indonesia Malang, Indonesia
KebangsaanIndonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Sepuluh Nopember
PekerjaanDirektur PT. Harta Mulia
Tahun aktif2014-sekarang
OrganisasiKetua Umum HKTI Kabupaten Blitar (2015-sekarang)
Manajer PSBI Blitar (2014-sekarang)
Lurah Jernih (2011-sekarang)
Ketua Umum DKKB (2010-sekarang)
Dikenal atasSeniman, Budayawan
Karya terkenalPurnama Seruling Penataran
Batik Tutur
Festival Panji
Ensiklopedia Seni Budaya Blitar
Film Blitar - Bhumi Laya Ika Tantra Adhi Raja
Film Blitar - The Land Where Kings Reside
Suami/istriElyzabeth Lu
AnakJaga Nusantara Brahmantya
Orang tuaH. Herry Noegroho, S.E., M.H.
Hj. Era Satlityawati, S.H.
KerabatRandu Ramaditya

Pendidikan

sunting

Karier

sunting

Pekerjaan

sunting

Organisasi Kemasyarakatan

sunting

Organisasi Olah Raga

sunting

Kiprah di Bidang Seni Budaya

sunting

Beberapa hal yang dilakukan Wima selama menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Blitar 2010-2020[1][2] antara lain:

Purnama Seruling Penataran

sunting

Wima dan Ray Sahetapy adalah penggagas Purnama Seruling Penataran, sebuah acara pagelaran seni budaya yang dilaksanakan pada malam bulan purnama di pelataran pendopo teras Candi Penataran Blitar.

Sejak 2011 setiap kali pagelaran Purnama Seruling Penataran selalu menampilkan seni budaya Blitar, Nusantara dan mancanegara. Pada tahun 2013 ditambah penampilan karya Dewan Kesenian Kabupaten Blitar sebagai pertunjukan utama di akhir acara.

Tanggal 28 Nopember 2014 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur memberikan penghargaan kepada Purnama Seruling Penataran sebagai Daya Tarik Wisata Favorit dalam Anugerah Wisata Jawa Timur di Taman Candra Wilwatikta Pandaan.

Cheonan World Dance Festival

sunting

Untuk pertama kalinya Kabupaten Blitar mengikuti festival berskala internasional di luar negeri. Tanggal 28 September hingga 3 Oktober 2011, Wima membawa rombongan seniman yang terdiri dari 21 orang ke Cheonan, Korea Selatan untuk mengikuti Cheonan World Dance Festival yang diikuti 22 negara. Indonesia menampilkan tari Barong Rampog, sebuah tari yang terinspirasi oleh tradisi Rampokan Macan.

Selain pentas tari di panggung, semua peserta ikut dalam parade di jalan utama di kota Cheonan, sehingga para pengunjung berkesempatan melihat semua tarian dari dekat dan bahkan sempat berfoto bersama. Penampilan tari Barong Rampog cukup memukau penonton dan para juri, sehingga Indonesia bisa memasuki tahap final. Pada hari terakhir festival, Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai juara harapan.

Batik Tutur

sunting

5 Februari 2012 adalah hari bersejarah bagi Kabupaten Blitar, karena setelah 110 tahun lebih terpisah dari asalnya, Batik afkomstig uit Blitar Diarsipkan 2016-04-04 di Wayback Machine. telah kembali ke kampung halamannya, dalam bentuk Batik Tutur.

Nama Batik Tutur mengandung maksud batik yang bercerita, karena simbol-simbol di balik disain pada Batik Tutur ternyata mengandung nilai-nilai luhur yang harus diteladani oleh anak bangsa.

Nama Batik Tutur itu sendiri berasal dari ide Wima. Sementara penggali nilai-nilai Batik Tutur sehingga bisa dikembangkan dalam berbagai variasi dilakukan oleh seniman asli Blitar, yaitu Eddy Dewa.[3]

Palah Panil 54

sunting

Wima selaku Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Blitar sangat mendukung upaya penelitian dan pengembangan alat musik Palah Panil 54.

Alat musik yang terdiri dari semacam kenong dan ceng-ceng tersebut dikembangkan oleh Kholam Shiharta dari Departemen Penelitian Dan Pengembangan Dewan Kesenian Kabupaten Blitar berdasarkan relief yang ada di teras pendopo Candi Penataran. Pada relief panil nomor 54 tersebut digambarkan ada seorang wanita yang sedang menari dan 4 orang yang memainkan alat musik.

Palah Panil 54 dipertunjukkan pertama kali tanggal 25 April 2012 pada acara Srawung Seni Segara Gunung di halaman Candi Borobudur Magelang.[4]

Ensiklopedia Seni Budaya Blitar

sunting

Kekhawatiran bahwa generasi mendatang tidak tahu seni budaya pendahulunya menggerakkan Wima untuk mendokumentasikan seni budaya yang ada di Blitar.

Setelah melalui proses panjang yang dimulai dari pengumpulan data, wawancara narasumber, pengambilan foto, penyusunan materi, lay out hingga editing, kegiatan yang dimulai tahun 2012 akhirnya membuahkan hasil dengan terciptanya buku Ensiklopedia Seni Budaya Blitar.

Festival Panji

sunting

Relief-relief di beberapa candi di Blitar, terutama Candi Penataran, banyak yang menggambarkan Cerita Panji.

Agar muatan petuah-petuah bijak yang terdapat dalam cerita panji bisa diteladani generasi muda, Wima mempunyai ide untuk mengenalkan kembali cerita panji. Media menyebarluaskan cerita panji kepada masyarakat Blitar adalah melalui Festival Panji yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kabupaten Blitar.

Tahun 2013 diselenggarakan Festival Panji #1 dengan peserta kategori SD, SMP dan SMA/SMK se Kabupaten Blitar. Mulai tahun 2014 kategori peserta ditambah dengan kategori umum.[5]

Blitar sebagai bumi tempat disemayamkannya raja-raja yang merdeka memberikan inspirasi Wima untuk mendokumentasikannya dalam bentuk film.

Blitar - The Land Where Kings Reside[6] adalah film pertama yang disutradarai olehnya. Selain sutradara, di film ini Wima juga bertindak sebagai pemeran utama pria sedangkan Patrijca Paula Gas yang berasal dari Polandia menjadi pemeran utama wanita..

Di tengah-tengah proses produksi Blitar - The Land Where Kings Reside, Wima menyutradarai Blitar - Bhumi Laya Ika Tantra Adhi Raja (Blitar Tourism), yang tanggal 18 Juni 2015 mendapatkan penghargaan pada Festival FilmAT di Polandia.

Tahun 2015, Wima kembali menyutradarai 2 film dokumenter yaitu Kentrung Mbah Sumeh dan Reog Bulqio.

Karti Budaya

sunting

Atas ide Wima, Dewan Kesenian Kabupaten Blitar memberikan penghargaan Karti Budaya kepada insan atau lembaga yang dianggap memiliki komitmen yang tinggi pada seni dan budaya di Kabupaten Blitar.

Ada 4 kategori penerima Karti Budaya yaitu:

  1. Pejabat Peduli Seni
  2. Pengembang dan Pelestari Seni
  3. Karya Persembahan
  4. Pewarta Peduli Budaya.

Kiprah di Bidang Sosial Kemanusiaan

sunting

Jernih pertama kali didirikan di Surabaya pada tahun 2006 dari hasil pemikiran 3 pemuda: Wima, Unggul Nugroho dan Firdaus Sodiqin. Pemikiran ini berangkat dari keprihatinan dan rasa tidak puas terhadap apa yang dialami umat Islam di Indonesia dimasa kini. Mereka meyakini bahwa kondisi memprihatinkan tersebut adalah karena kebodohan dan kemiskinan, di mana agama juga memberikan kontribusi yang besar soal itu dengan adanya kesempitan pola berpikir akibat fanatisme agama. Selain diskusi-diskusi ringan yang diadakan sebulan sekali, Jernih juga membagikan sembako kepada fakir miskin. Sayangnya, usia Jernih generasi pertama hanya 2 tahun karena anggotanya lulus kuliah dan bekerja di tempat terpisah.

15 Mei 2011, Wima menghidupkan lagi cita-cita perjuangan Jernih dengan membuat sebuah grup di facebook. Dari grup Jernih, Wima bertemu banyak intelektual muda Muslim. Hanya dalam waktu 3 tahun grup Jernih di facebook telah mencapai keanggotaan 11.000 orang yang berasal dari lintas agama, suku, bangsa, dan bahkan negara.

Visi Jernih adalah Persaudaraan dan Perdamaian Dunia. Guna mencapai visi tersebut Jernih memiliki misi Menebar Rahmat Bagi Semesta Alam melalui Gerakan Indonesia Berbuat Baik seperti Perpustakaan Mini Jernih, Tahajjud on The Road (TOTR), Pengobatan Gratis, Beasiswa Anak Tidak Mampu[7]

Kiprah di Bidang Kebangsaan

sunting

Di bidang kebangsaan, Wima ikut terlibat dalam penyusunan Piagam Jembrana pada acara Deklarasi Piagam Jembrana Kembali Menjadi Bangsa Indonesia yang diadakan di Jembrana, Bali tanggal 3 - 4 Maret 2014.[8]

Diskografi

sunting

Grup band Eden yang dibentuk oleh Wima telah memiliki 3 buah album, yaitu:

  • La Naissance (2004)
  • Destiny (2006)
  • Membuka Mata (2008)

Filmografi

sunting

Sebagai Sutradara

sunting
  • Blitar - Bhumi Laya Ika Tantra Adhi Raja (2014)
  • Blitar - The Land Where Kings Reside (2015)
  • Kentrung Mbah Sumeh (2015)
  • Reog Bulqio (2015)
  • Kaleidoskop Herry Noegroho Sebagai Bupati Blitar 2003 - 2016 (2016)

Sebagai Aktor

sunting
  • Blitar - The Land Where Kings Reside
  • Ensiklopedia Seni Budaya Blitar (2015)

Penghargaan

sunting
  • Juara Harapan untuk tari Barong Rampog di Cheonan World Dance Festival (2011)[9]
  • Person of The Year dari Jawa Pos (2012)
  • Purnama Seruling Penataran sebagai Daya Tarik Wisata Favorit dari Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Jawa Timur (2014)[10]
  • Film Blitar Tourism mendapatkan International Tourfilm Academy Award untuk nilai edukasi di Polandia (2015)[11]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting