Zainon Munshi Sulaiman
Zainon Munshi Sulaiman (lahir dengan nama Zainon binti Sulaiman; 22 Januari 1903 – 2 April 1989), juga akrab disapa Ibu Zain, adalah seorang pendidik, pejuang kemerdekaan, dan politikus Malaysia.[1][2]
Tan Sri Hajjah Zain Sulaiman | |
---|---|
Anggota Parlemen dapil Pontian Selatan, Johor | |
Masa jabatan 1959–1964 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Zainon binti Munshi Sulaiman 22 Januari 1903 Nyalas, Melaka |
Meninggal | 2 April 1989 | (umur 86)
Suami/istri | Haji Amin bin Ahmad |
Anak | Adibah Amin |
Pekerjaan | Guru |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal
suntingZainon dilahirkan di Nyalas, Melaka. Ia merupakan anak keenam dari delapan bersaudara. Ayahnya, Munshi Sulaiman berasal dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Sulaiman merupakan anak dari Mohamed Nor, seorang pejabat di Istana Sultan Siak di Sumatra. Di Malaka, Sulaiman bekerja sebagai guru agama Islam dan bahasa Melayu untuk Sekolah Pelatihan Guru.[3]
Ayah Zainon mementingkan pendidikan bagi seluruh anaknya baik laki-laki-laki maupun perempuan. Padahal, tradisi masyarakat Melayu saat itu tidak memberi kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan, kecuali pendidikan agama. Berkat dukungan sang ayah, Zainon mendapat pendidikan baik formal maupun non-formal. Dari 1909 hingga 1912, Zainon belajar di Sekolah Methodist Perempuan Tengkera. Setelah itu, ia melanjutkan sekolah menengah di Tengkera School dan Junior Cambridge.[4]
Karier
suntingPada 1920, dalam usia 17 tahun, Zainon merintis sekolahnya sendiri di Pasuh Jaya in Negeri Sembilan. Pada 1921, ia menjadi guru Maharani City Girls' School di Muar, dan berikutnya menjadi kepala sekolah pada 1924. Pada 1927, ia diangkat sebagai Pembina Sekolah Agama Negeri Johor.[4]
Zainon aktif dalam perhimpunan guru. Ia merupakan salah seorang pendiri Persatuan Guru-Guru Sekolah Melayu sekaligus menjadi presidennya. Dari 1930 sampai 1949, Zainon mengepalai cabang Johor untuk Persekutuan Guru-Guru Perempuan Melayu. Pada 1932, organisasi ini mendirikan Bulan Melayu, majalah bagi guru perempuan yang ditulis menggunakan abjad Jawi, dalam rangka menandingi Majalah Guru, majalah serupa yang ditujukan bagi laki-laki. Melalui kedudukannya sebagai pengelola dan editor di majalah tersebut, Zainon menarik perhatian perempuan untuk "membantu sesama perempuan, baik mereka yang bekerja di rumah atau mereka yang bekerja di luar" serta membawa “pencerahan bagi dunia Melayu".[5]
Selama masa pendudukan Jepang di Malaya, Zainon mempelajari bahasa Jepang agar dirinya dapat berkomunikasi dengan pihak musuh, serta mengorganisasi kegiatan bantuan untuk perempuan korban penyiksaan.[1]
Pada 1948, ia mulai terjun dalam dunia politik, mewakili daerah pemilihan Johor dalam Dewan Negeri. Pada pemilihan umum Malaya 1959, ia terpilih mewakili daerah pemilihan Pontian Selatan. Sebelumnya, pada 1950, ia diangkat menjadi anggota Majelis Umum Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UNMO).[4]
Kehidupan pribadi
suntingZainon menikah dengan Amin bin Haji Ahmad pada 1934.[3][6] Anak sulung mereka, Adibah Amin (lahir pada 1936), berkarier sebagai penulis. Adapun anak-anak mereka yang lain, seperti Fadzilah dan Sulaiman Shakib, semuanya berkarier dalam dunia pendidikann.[6] Zainon meninggal dalam usia 86 tahun dan jenazahnya dimakamkan di Makam Diraja Bukit Mahmoodiah, Johor Bahru.[7]
Referensi
sunting- ^ a b Abdul Rahman Haji Abdullah (1997). Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran. Gema Insani. hlm. 180. ISBN 978-979-561-430-2.
- ^ Azmi Arifin; Abdul Rahman Haji Ismail. ‘Di Sebalik Tabir’ Sejarah Politik Malaysia 1945-1957. Penerbit USM. hlm. 29. ISBN 978-967-461-093-7.
- ^ a b "The two spiritual guides in her life". The Star Malaysia. Diakses tanggal 12 Juli 2020.
- ^ a b c "Zainun Sulaiman (Mother Zain)". Wanita UMNO (dalam bahasa Melayu). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-08. Diakses tanggal 12 Juli 2020.
- ^ "Women's Magazines in Malaysia". Sejarah Wanita. Diakses tanggal 12 Juli 2020.
- ^ a b "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-08. Diakses tanggal 2020-07-12.
- ^ Zazali Musa (23 Maret 2020). "Preserving the art of weaving". The Star Malaysia. Diakses tanggal 12 Juli 2020.