Pembicaraan:Jarak pagar

Perkenalkan, saya adalah peneliti energi di alah satu lembaga. Saya merasa prihatin dengan kampanye tentang jarak pagar yang dilakukan selama ini. Berdasarkan perhitungan saya, penanaman jarak pagar secara ekonomis tidak menguntungkan. Kecuali harga belinya disesuaikan berdasar cost. Selama ini, dikesankan dengan harga beli Rp500/kg petani miskin sudah diuntungkan. Perhitungan saya, dengan asumsi paling optimis, paling tidak biji jarak kering harus dibeli dengan harga Rp1300/kg.

Saya mendapat kesan, presiden RI tidak mendapat keterangan yang cukup tentang keekonomian jarak pagar, mungkin cenderung menerima informasi yang bagus-bagus saja, sehingga tidak menyadari kalau program jarak pagar ini sebenarnya lebih menyengsarakan daripada mensejahterakan rakyat miskin.

Di dunia, belum ada bukti penanaman jarak pagar menguntungkan secara finansial. Entah kenapa, Indonesia begitu yakin dapat mengentaskan kemiskinan dengan menggunakan jarak pagar sebagai wahana.

Mengenai masalah lingkungan, mohon dipelajari lebih lanjut. Untuk kasus bahan bakar nabati (BBN) bioethanol dari jagung, sudah dihitung ternyata pembuatannya tidak menghasilkan net-energy. Artinya, kita justru membuang energi lebih banyak untuk menghasilkan BBN. Perlu dicermati, apakah ini tidak terjadi pada BBN lain, termasuk minyak jarak.

---

Saya adalah salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin yang tertarik dalam mensosialisasikan program pemerintah mengenai tanaman Jarak pagar(Jatropha curcas). Apakah ada jaminan bagi para petani jarak pagar yang diberikan oleh pemerintah?Dan apakah ada perlakuan khusus (dalam hal ini mengenai permodalan dari Bank)untuk petani yang mengusahakan jarak pagar mengingat saat ini keadaan bahan bakar minyak dirasakan kurang efisien bila dibandingkan dengan minyak jarak. Petani yang menanam jarak berarti bahwa mereka turut menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Terima kasih atas jawabannya.