Sihemun Baru merupakan sebuah nama desa, hasil pemekaran dari Desa Sibuntuon, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa ini terdiri dari 4 Dusun  yaitu Huta Lama, Kampung Saroha/Inpres, Kampung Baru Atas dan Kampung Baru Bawah.

Desa ini dipimpin oleh Kepala Desa (Pangulu). Menjabat hingga saat ini ialah Bapak Mangasi Sagala.

Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, dengan kopi sebagai komoditas utama pertanian. Sebagian kecil lainnya yakni sebagai pegawai negeri sipil, pedagang dan profesi lainnya.

Secara geografis desa ini adalah daerah Simalungun, namun hampir semua penduduknya beretnis Batak Toba. Tidak heran jika bahasa pengantar sehari-hari adalah berbahasa Batak Toba, bukan bahasa Simalungun sebagaimana bisa ditemui pada desa-desa lain di daerah Kabupaten Simalungun.

Dengan jumlah penduduk hampir mencapai seribu jiwa, mayoritas anak muda dari desa ini setelah lulus dari sekolah tingkat atas merantau ke luar daerah. Beberapa alasan merantau yakni karena desakan ekonomi, keingintahuan tentang dunia luar, dan melanjutkan pendidikan.

Seratus persen penduduknya beragama Kristen (Katolik dan Protestan.

Di Desa Sihemun Baru baru ada satu sekolah, yakni Sekolah Dasar Negeri 095173 Sihemun. Sekolah ini berdiri tahun 1978. Sebelum tahun 1978, anak-anak yang berasal dari keempat dusun yang disebut di atas ilmu di Sibuntuon. Pendidikan taman kanak-kanak sebagaimana sering dijumpai di kota digantikan dengan pengasuhan langsung oleh orang tua. Belum ada SLTP, SLTA maupun universitas.

Berikut ini beberapa pendidik yang pernah mengajar di SD Negeri 095173 Sihemun:

1. Bapak Markus Damanik, dia berdomisili di Desa Sibuntuon

2. Ibu L.br Sinaga

3. Bapak Raden Purba

4. Ibu Lertiana Manik

5. Ibu DongMaria Damanik

6. Bapak Juliater Naibaho (alm)

7. Ibu boru Sipayung (guru agama Kristen Protestan)

8. Ibu boru Malau

9. Ibu Saida boru Napitu

10. Ibu Ma Novita boru Sinaga

11. Bapak Parlin Sitanggang

Kebutuhan akan air menjadi faktor penting karena letak geografis yang cukup tinggi. Untuk rentang waktu yang cukup lama, penduduk keempat dusun ini menggunakan air dari sumber air hujan atau membuat saluran air dari lembah sekitarnya kendatipun dengan reservoir yang sangat terbatas. Pada tahun 2000, sebuah proyek air bersih disponsori oleh Gereja Katolik St. Yoseph Pematangsiantar melalui P. Benno Ola Tage berhasil dibangun di dusun Kampung Baru. Proyek penggalian sumur air ini ternyata berhasil menemukan endapan air bawah tanah dengan cadangan yang cukup besar dan kualitas air yang bersih. Hingga kini penduduk di dusun Kampung Baru masih menikmati fasilitas ini.

Dusun Kampung Saroha dan Huta Lama juga sedang mengupayakan hal serupa sembari terus mengupayakan sumber air yang lebih baik.

Selain kopi sebagai komoditas utama pertanian di Desa ini, para penduduk juga bercocok tanam dengan komoditas lain, seperti: cabe, tomat, jahe, jagung, kacang tanah, sayur-sayuran, dan beberapa tanaman keras lainnya.