Munmu dari Silla
Munmu dari Silla (biasa juga dipanggil: Moonmu) (bertahta pada tahun 661–681[1]) adalah raja ke-30 Silla, salah satu dari Tiga Kerajaan Korea. Ia adalah raja pertama yang memerintah setelah penyatuan Silla. Munmu merupakan putra Raja Muyeol dan Munmyeong, yang merupakan adik perempuan Kim Yushin. Di bawah pemerintahan ayahnya, ia memegang kantor pajinchan, yang tampaknya bertanggung jawab untuk urusan maritim, dan memainkan peran penting dalam mengembangkan hubungan diplomatik dengan negara-negara dari T'ang Cina. Ia lahir sebagai Pangeran Beommin (법민, 法敏), dan mengambil nama Munmu ketika ia menggantikan ayahnya naik ke atas tahta.
Munmu dari Silla | |
Hangul | 문무왕 |
---|---|
Hanja | 文武王 |
Alih Aksara | Munmu Wang |
McCune–Reischauer | Munmu Wang |
Nama lahir | |
Hangul | 김법민 |
Hanja | 金法敏 |
Alih Aksara | Kim Beopmin |
McCune–Reischauer | Kim vǒbmin |
Penyatuan Tiga Kerajaan
Raja Munmu naik tahta di tengah-tengah konflik yang panjang melawan Baekje dan Goguryeo, tak lama kemudian Jenderal Gyebaek dan Baekje dikalahkan di Sabi oleh Jenderal Kim Yushin pada tahun 660. Di dalam pertikaian ini, Silla dibantu banyak oleh Tang.
Tahun-tahun pertama pada masa pemerintahannya dihabiskan dengan mengalahkan Goguryeo, diikuti dengan upaya pengguguran pada tahun 661. Akhirnya, pada tahun 667, ia memerintahkan serangan lainnya yang memimpin, pada tahun 668, kekalahan Goguryeo. Setelah isolasi kecil kantong dari sisa-sisa dapat disingkirkan, Munmu merupakan pemimpin pertama yang dapat melihat Semenanjung Korea dipersatukan sepenuhnya.
Perang Dengan Tang Cina
Raja Munmu kemudian menghadapi tantangan untuk membebaskan negaranya dari dominasi Tang. Setelah jatuhnya Goguryeo, Tang membuat Protektorat Umum untuk Menenangkan Timur dan berusaha untuk menempatkan seluruh Semenanjung Korea, termasuk Silla, dibawah pemerintahannya. Untuk menghindari hal tersebut, Munmu menjalin aliansi dengan sisa-sisa pemimpin Goguryeo seperti Geom Mojam dan Anseung, dan melancarkan serangan frontal ke pasukan Tang yang menguasai bekas wilayah-wilayah Baekje. Pertikaian tersebut berlangsung selama awal tahun 670.
Pada tahun 674, Tang dan bekas sekutunya, Silla, berada di dalam perang yang konstan, karena Raja Munmu telah merebut banyak bekas wilayah Baekje dan Goguryeo dari T'ang dan memupuk perlawanan melawan mereka. Kaisar Gaozong, dalam amarahnya, semena-mena mendeklarasikan saudara laki-laki Raja Munmu Kim Inmun Raja Munmu dan petugas Liu Rengui dengan pasukan menyerang Silla. Namun, Raja Munmu secara formal meminta maaf dan menawarkan upeti, Kaisar Gaozong memerintahkan untuk mundur dan memanggil balik Kim Inmun.
Pada tahun 675, Li Jinxing (李謹行) mencapai wilayah Silla dengan pasukan Mohe yang menyerah kepada Tang. Namun, pasukan Tang dikalahkan oleh pasukan Silla di dalam benteng Maeso (sumber Tang menyatakan bahwa pasukan Tang memenangkan perang ini dan perang lainnya di Silla).
Kaisar Gaozong memerintahkan pasukan Tang untuk mundur dari Semenanjung Korea seluruhnya dan memindahkan Protektorat Umum untuk Menenangkan Timur ke Liaodong, mengijinkan Silla akhirnya mengusir Tang keluar dari Semenanjung Korea dan mempersatukan bagian-bagian dari semenanjung selatan Sungai Taedong. Kemenangan ini, dan perbaikan kemerdekaan Silla, umunya dianggap sebagai titik balik yang penting di dalam sejarah Korea.
Setelah Perang Penyatuan
Munmu memimpin penyatuan Silla selama 20 tahun, sampai ia jatuh sakit pada tahun 681. Di ambang kematiannya, ia meninggalkan wasiat dan testamennya, dan berabdikasi kepada putranya, Pangeran Sinmun. Sebelum wafat ia berkata: "Sebuah negara tidak boleh tanpa seorang raja pada saat apapun. Biarkan Pangeran memiliki mahkotaku sebelum ia memiliki peti matiku. Kremasikan jenazahku dan tebarkan abunya di atas laut dimana ikan paus tinggal. Aku akan menjadi seekor naga dan menggagalkan invasi asing." Raja Sinmun melaksanakan apa yang dipinta ayahnya, dan menebarkan abu jenazahnya di atas Daewangam (Batu Raja yang Agung), sebuah pulau kecil yang berbatu sekitar beberapa meter dari pantai Korea. Lagipula, Raja Sinmun membangun Kuil Gomun (sebuah kuil untuk berterima kasih atas diberkati) dan mendedikasikan kuil itu kepada ayahnya, ia membangun saluran air ke laut naga untuk datang dari laut ke darat, dan ia membangun sebuah paviliun, Eegun, menghadap pulau sehingga raja-raja dimasa mendatang bisa memberikan penghormatan kepada Raja Munmu yang Agung.
Di dalam sebuah mimpi, Raja Munmu dan jenderal terkenal Kim Yushin muncul di hadapan Raja Sinmun dan berkata padanya: "Meniup seruling bambu akan menenagkan langit dan bumi." Raja Sinmun terbangun dari mimpinya, berkendara keluar ke arah laut dan menerima sebuah seruling bambu Monposikjuk. Konon tiupan seruling bambu tersebut memanggil roh Raja Munmu dan Jenderal Kim Yushin dan akan menahan tentara musuh, mengobati berbagai penyakit, membuat hujan selama musim kemarau dan menahan hujan untuk mencegah kebanjiran.
Referensi
- ^ Il-yeon: Samguk Yusa: Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Korea, translated by Tae-Hung Ha and Grafton K. Mintz. Book Two, page 79. Silk Pagoda (2006). ISBN 1-59654-348-5