Hafizullah Amin
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Hafizullah Amin di en.wiki-indonesia.club. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Hafizullah Amin Remeses 2(Pashtun: حفيظ الله امين) adalah Presiden kedua Afganistan selama periode komunis Republik Demokratis Afganistan.
Hafizullah Amin | |
---|---|
Berkas:Hafizullah Amin.jpg | |
Masa jabatan 14 September 1979 – 27 Desember 1979 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1 Agustus, 1929 Paghman, Afganistan |
Meninggal | 27 Desember 1979 Kabul, Afganistan | (umur 50)
Partai politik | Partai Demokrasi Rakyat Afganistan |
Sunting kotak info • L • B |
Amin mencoba untuk meluaskan dukungannya dan menarik ketertarikan Pakistan dan Amerika Serikat dalam keamanan Afganistan. Selama 104 hari kepemimpinannya, kecuali untuk 1 pemberontakan militer yang gagal, tidak ada pemberontakan.
Pada tanggal 27 Desember 1979, musuh politiknya dari faksi saingannya membunuhnya dan Babrak Karmal menjadi Presiden.
Tahun Awal
Dia dengan cepat bergabung dengan Partai Demokrasi Rakyat Afganistan (PDPA), menjadi anggota terkemuka dari faksi marxis Khalq.
Presiden Mohammed Daoud Khan pada tahun 1978 masih mengepung istana saat Amin mengambil komando kudeta, setelah dia dan sahabatnya dilepaskan dari penjara.
PDPA mengambil alih kepemimpinan setelah kematian Daoud, dengan Nur Mohammad Taraki menjadi Presiden Republik Demokratis Afganistan dan sekjen PDPA, dimana Amin dan Babrak Karmal menjadi wakil perdana menteri. Usaha untuk mengadakan reformasi Marxis-Leninisme memprovokasi perlawanan yang sangat luas dan pemberontakan.
Pada Februari 1979, duta besar Amerika Serikat, Adolph Dubs dibunuh. Faksi Khalq sedang menerima kekuatan politik di atas faksi Parcham, dengan Karmal diasingkan ke Eropa. Amin telah memperoleh kontrol yang luas pada Maret 1979 dan menjadi Perdana Menteri dimana Taraki menjaga posisi lainnya. Kegelisahan berlanjut dan rezim terpaksa untuk meminta lebih banyak bantuan Soviet. Ini adalah pertemuan di antara Taraki dan Leonid Breznev dimana pilihan untuk memindahkan Amin dari posisinya terjadi.
Pembunuhan Taraki
Setelah Taraki kembali ke Kabul, dia meminta Amin bertemu dia. Amin setuju hanya jika keamanannya dipertanggungjawabkan oleh Duta Besar Soviet, Alexander Puzanov. Seperti asuransi disediakan, tapi tidak dalam kepercayaan.
Namun Amin mengetahui keinginan Taraki, dan permintaan terhadap duta besar Soviet untuk mempertanggungjawabkan keamanannya mungkin adalah rencana liciknya dalam bagian rencana Amin untuk menyesatkan Taraki.
Saat Amin tiba di Istana, sebuah tembakan terjadi. Amin lolos dan tidak terluka, nantinya dia kembali ke Istana dengan beberapa pendukungnya dan menggunakan penjaga istana untuk mengambil Taraki sebagai tawanan.
Pada tanggal 14 September 1979, Amin mengambil alih pemerintah. Beberapa hari kemudian, pemerintahan Amin mengumumkan kalau Taraki meninggal dunia karena sakit.
Presiden Afganistan ( September 1979 – Desember 1979 )
Kepemimpinannya dikenal akan kebrutalannya. Soviet mengakui kalau barangkali 500 anggota PDPA harus membayar denda hidupnya. Keinginan untuk menenangkan populasi, dia mengeluarkan daftar dari 18.000 orang yang telah dieksekusi dan menuduh pengeksekusian Taraki. Pejabat Negara Afganistan mengatakan lebih besar dari 15.000 sampai 45.000.
Karena itu, Amin bukan orang yang disenangi. Dia dengan cepat mengumpulkan musuh, dan anggota PDPA harus tinggal dalam ketakutan kematian.
Selama periode ini, banyak orang Afganistan yang melarikan diri ke Iran dan Pakistan dan mulai membuat pergerakan perlawanan melawan rezim komunis yang atheis dan kafir yang didukung Uni Soviet. Meskipun grup itu menyusun perlawanan di kota Peshawar di Pakistan nantinya, setelah invasi Soviet terhadap Afganistan, disebut oleh kantor berita negara-negara Barat sebagai "pejuang kebebasan".
Pada pertengahan November 1979, Amin mengirim operasi militer besar melawan perlawanan di Sayd Karam di provinsi Paktia. Serangan ini sukses, membunuh sebanyak 1.000 atau lebih pejuang perlawanan, pendukung, dan orang-orang, membuat banyak sisa sampai Pakistan, dan membasmi simpatik desa.
Amin juga memulai keinginan yang tidak selesai untuk memodernisasi yang dilihat oleh banyak orang Afganistan sebagai rezim Anti-Islam. Menjanjikan lebih banyak kebebasan beragama, memperbaiki mesjid, mempersembahkan Quran untuk grup keagamaan, memohon nama Allah di kata-katanya, dan mendeklarasi bahwa Revolusi Saur adalah berdasarkan dasar Islam. Namun banyak orang Afganistan mengatakan Amin bertanggung jawab untuk tidakan kasar dan Soviet khawatir tentang investasinya di Afganistan mungkin membahayakan, meningkatkan jumlah penasehat di Afganistan.
Amin berusaha untuk memperluas dukungannya dan membersihkan musuhnya di PDPA. Rezimnya masih dalam tekanan dari pemberontakan di Afganistan dan mencoba untuk mendapatkan bantuan Pakistan ataupun Amerika Serikat dan menolak untuk menerima saran Soviet.
Karena kebencian akan hal ini, Amin mencoba untuk memperkuat militer Afganistan. Hal ini tidak ditoleransi oleh Moskwa, dan pada Desember 1979, Uni Soviet memulai invasinya terhadap Afganistan.
Invasi Soviet
Gerilya di pedesaan-pedesaan mengusik pasukan Afganistan dimana pemerintahan Presiden Hafizullah Amin membalik kepada Uni Soviet untuk meminta bantuan yang besar.
Soviet memutuskan untuk meningkatkan bantuannya kepada Afganistan untuk mempertahankan pemerintahan komunis di Afganistan, tapi mereka diyakinkan oleh Amin sebagai pemimpin mampu untuk menyelesaikan tujuannya. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi dari KGB, percaya kalau Amin menstabilisasi situasi di Afganistan.
Perdebatan terakhir adalah untuk menurunkan Amin diperoleh oleh KGB dari agennya di Kabul. Dilaporkan kalau 2 penjaga Amin membunuh Presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dan Amin ada dalam pertemuan rahasia dengan agen CIA. Namun, beberapa orang di antara penasehat Soviet di Afganistan, seperti Jendral Vasily Zaplatin, seorang penasehat politik pada waktu itu, yang mengklaim kalau 4 menteri muda Taraki bertanggung jawab atas penstabilisasi.
Amin takut kalau tentara Uni Soviet akan digunakan untuk memberhentikannya. Takut akan hal ini dan berpikir siapa yang akan dipercaya, dia mulai menaruh rekan-rekannya dalam jabatan penting. Amin menaruh salah satu keponakannya untuk mengurus polisi rahasia, tapi dia dibunuh. Untuk keselamatannya, Amin memindahkan bentengnya keluar Kabul .
Pembunuhan
Pada 22 Desember, penasehat Soviet terhadap Pasukan Afganistan menasehati mereka untuk menjalani pemeliharaan tank dan peralatan penting lainnya. Sementara itu, hubungan telekomunikasi ke daerah di luar Kabul diputuskan, mengisolasi ibukota. Karena ini, Amin memindahkan kantor Presiden ke Istana Tajbeg, percaya kalau tempat ini lebih aman dan lebih mudah dipertahankan melawan invasi.
5 hari kemudian, pada 27 December, elemen KGB OSNAZ (Grup Alpha), memakai seragam Afganistan, memasuki Istana Presiden, membunuh Presiden Hafizullah dan 200 penjaganya dalam proses.
Spetsnaz Soviet meledakan hubungan komunikasi Kabul, membuat lumpuh komando militer Afganistan pada pukul 7:00. Pada 7:15, mereka telah menangkap Menteri Dalam Negeri.Komando militer Soviet di Termez tidak menunggu sampai ditangkapnya Amin dan mengumumkan di Radio Kabul (dalam siaran radio direkam sebelumnya oleh Babrak Karmal) kalau Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin.
Menurut Politburo Soviet, mereka hanya mengikuti Perjanjian persahabatan, kooperasi dan ketetanggaan yang baik taun 1978 yang ditandatangani Presiden Taraki. Setelah itu, Komite Pusat Revolusi Afganistan (Afghan Revolutionary Central Committee) memilih Babrak Karmal, yang diasingkan ke Moskwa, sebagai kepala pemerintahan.
Penuduhan Sebagai Agen CIA
Pemerintah Soviet dan media masa menyatakan Amin sebagai agen CIA, pernyataan yang sangat diragukan oleh Amerika Serikat. 1 argumen besar melawan kepercayaan itu, adalah dia selalu menunjukan kebaikannya dengan Uni Soviet. Setelah pembunuhan Amin dan 2 anaknya, istrinya mengklaim kalau dia dan anaknya yang tersisa hanya ingin pergi ke Uni Soviet, karena suaminya selalu setia padanya sampai akhir. Dia akhirnya pergi ke Uni Soviet untuk hidup.
Didahului oleh: Nur Muhammad Taraki |
Presiden Afganistan 14 September 1979 – 27 Desember 1979 |
Diteruskan oleh: Babrak Karmal |
Didahului oleh: Nur Muhammad Taraki |
Perdana Menteri Afganistan 27 Maret 1979 – 27 Desember 1979 |
Diteruskan oleh: Babrak Karmal |
Didahului oleh: Tidak ada |
Kepala AGSA 1 Mei 1978 – 14 September 1979 |
Diteruskan oleh: Asadullah Amin (sebagai kepala KAM) |
Didahului oleh: Mohammad Aslam Watanjar |
Menteri Pertahanan Afganistan Juli 1979 – 27 Desember 1979 |
Diteruskan oleh: Mohammed Rafie |
Didahului oleh: Nur Muhammad Taraki |
Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan 14 September 1979 – 27 Desember 1979 |
Diteruskan oleh: Babrak Karmal |
Didahului oleh: Nur Muhammad Taraki |
Kepala Pemerintahan Revolusioner 14 September1979 – 27 Desember 1979 |
Diteruskan oleh: Babrak Karmal |
Pranala luar
Referensi
- Red Flag Over Afghanistan: The Communist Coup, the Soviet Invasion, and the Consequences - Thomas T. Hammond - ISBN 0-86531-444-6