Media Massa dan Perkembangannya

Media massa adalah sebuah istilah sederhana yang meliputi susunan yang tak terhitung jumlahnya dari lembaga dan individu yang berbeda dalam tujuan, ruang lingkup, metode dan konteks budaya [1]. Media massa mencakup semua bentuk informasi yang dikomunikasikan kepada kelompok individu yang besar dengan menggunakan jaringan internasional. Tidak ada standar untuk seberapa besar publik yang diperlukan sebelum komunikasi dapat dikategorikan sebagai "komunikasi massa”. Pada sekitar tahun 2000-an, klasifikasi yang disebut "tujuh media massa" menjadi popular sebagai media perantara komunikator dengan masyarakat. Ketujuh media serta perkembangannya adalah sebagai berikut:

  1. Media Cetak (buku, pamflet, koran, majalah dan lain-lain) dari akhir abad ke-15
  2. Rekaman (piringan hitam, kaset magnetik, kaset, cartridge, CD, DVD) dari akhir abad ke-19
  3. Cinema dari sekitar tahun 1900-an
  4. Radio dari sekitar tahun 1910-an
  5. Televisi dari sekitar tahun 1950-an
  6. Internet dari sekitar tahun 1990-an
  7. Ponsel dari sekitar tahun 2000-an

Mengingat fungsi media massa yang dapat didefinisikan sebagai agen utama dalam proses hubungan internasional, banyak teori komunikasi yang muncul dan menafsirkan bentuk-bentuk hubungan yang telah dihasilkan dari media massa. Salah satu model komunikasi yang paling utama yang mendefinisikan hubungan ini sebagai sebuah "eksploitasi" atau "ketergantungan asimetris" adalah teori Boyd-Barrett mengenai "Media Imperialisme", yang menjelaskan mengenai perubahan yang dapat terjadi sebagai akibat dari sebuah media massa [2].

Jenis-Jenis Media Massa Modern

Menurut Straubhaar, La Rose dan Davenport, beberapa jenis media massa modern meliputi buku, koran, rekaman musik, radio, film atau video, televisi, internet dan periklanan. Namun, menurut Kheeshadeh, dijelaskan bahwa pada akhir abad ke-20, media massa dapat diklasifikasikan menjadi delapan industri media massa: buku, koran, majalah, rekaman, radio, film, televisi dan internet. Dengan ledakan teknologi komunikasi digital pada akhir abad ke-21, bentuk media yang harus diklasifikasikan sebagai "media massa" telah menjadi lebih menonjol.

Dalam karya tulis ini, media yang akan menjadi fokus adalah media majalah.

e-Magazine

Majalah dapat didefinisikan sebagai sebuah media publikasi berkala yang berisi berbagai artikel, umumnya dibiayai oleh iklan dan atau pembelian oleh pembaca itu sendiri. Majalah biasanya diterbitkan mingguan, dua mingguan, bulanan, dua bulanan atau triwulanan, dengan tanggal penutup yang ada di sebelum tanggal itu diterbitkan. Majalah itu sendiri sering dicetak dalam berwarna, dan dibentuk dengan soft cover [3]. Majalah dapat dikategorikan ke dalam dua kategori utama yaitu majalah konsumen dan majalah bisnis. Secara lebih detil, Majalah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Majalah untuk kepentingan umum (misalnya Frontline, India Today, The Week, The Sunday Times)
  2. Majalah kepentingan khusus (perempuan, olahraga, bisnis, scuba diving dan lain-lain)

e-Magazine yang merupakan pengembangan dari majalah fisik adalah nama yang diberikan untuk majalah yang didistribusikan melalui metode elektronik. Terkadang, e-Magazine dapat juga disebut dengan sinonim 'Online Magazine' dan 'Webzine'. Dalam sehari-hari, e-Magazine lebih dikenal dengan sebutan ‘Ezines’ [4]. e-Magazine diciptakan lebih fokus pada masyarakat yang memiliki kebiasaan untuk bekerja atau beraktifitas di depan komputer atau tablet. Dengan media tersebutlah e-Magazine dapat diakses walaupun pada dasarnya, e-Magazine dan magazine memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu sebagai media penyaluran informasi untuk dibaca oleh masyarakat.

Perkembangan e-Magazine

Majalah mulai berkembang di Inggris pada tahun 1700-an. Pada saat itu, majalah berisi berita fiksi dan non-fiksi dalam berbagai segmen, tergantung pada pembaca tersebut [5]. Majalah pertama yang terbit adalah Majalah Gentleman Inggris sekitar tahun 1731, dimana ciri khas dari majalah tersebut adalah sisi majalah yang elegan dan berita lucu tentang sastra, politik, sejarah, biografi, dan kritik [6]. Formula ini masih mencirikan konten majalah yang sifatnya variatif seperti humor; fiksi; dan esai tentang politik, sastra, musik, teater, dan orang-orang terkenal. Sekitar tahun 1920, majalah bersaing dengan radio dan film sebagai media untuk mengisi waktu luang masyarakat. Beberapa majalah tidak beradaptasi dengan baik untuk berkompetisi dengan pesaing dan akhirnya tidak dapat bertahan. Beberapa majalah berkualitas seperti Harper Monthly dan Atlantic Monthly juga hampir tutup walaupun mereka memiliki pelanggan yang setia. Majalah baru kemudian mencoba untuk mencari kebutuhan masyarakat dan memberikan informasi tentang kebutuhan tersebut [7]. Majalah yang sukses pada saat itu memiliki penjualan yang sangat tinggi sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan biaya konsumen untuk mendapatkan majalah [8].

Seiring dengan berjalannya waktu, majalah menjadi salah satu media massa utama. Salah satu majalah yang sempat popular, Saturday Evening Post difokuskan pada prestasi bisnis Amerika, inspirasional kisah sukses, kisah aksi, roman, dan beberapa laporan faktual. Namun, hal tersebut tidak memengaruhi kekuatan dari media massa televisi yang lebih banyak disukai oleh masyarakat dan akhirnya pada tahun 1969, media massa majalah terkemuka di Amerika tersebut pun menyatakan bangkrut. Sejak saat itu, majalah sulit mengalami perkembangan dan hanya bergerak “dibawah” televisi yang pada era tersebut jauh lebih menarik dibandingkan majalah [9]. Setelah terjadinya keruntuhan ekonomi global pada tahun 2008, dimana penerbit majalah mengalami kehancuran yang sangat parah dimana para penerbit membuat kesalahan fatal dengan memilih untuk menerapkan harga yang terlalu mahal dibandingkan dengan mencari pemasukan dari iklan. Dari saat itulah, para penerbit mulai mencari ide untuk dapat memperbaiki keadaan tersebut [10].

Dengan keadaan yang membingungkan dan melemahkan keadaan perindustrian majalah, penerbit majalah bergegas untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Obsesi mereka dengan bekerja sama dengan iPad dimulai pada masa awal pengembangan, jauh sebelum pada akhirnya dirilis pada musim semi 2010 yang akhirnya berubah pasar. Tablet dan ponsel dipandang sebagai salah satu cara untuk membuat pendapatan iklan mengalami keruntuhan karena sistemnya yang lebih mudah dan sederhana [11]. Pada akhir tahun 2011, penerbit mulai merasakan adanya dampak-dampak yang bisa membuat majalah online mengalami kesulitan dan membuat para penerbit mulai melakukan pengaturan penerbitan dengan sistem tertentu sehingga nantinya dapat menjangkau segmen-segmen pasar secara lebih detil [12].

Kelebihan dan Kekurangan e-Magazine

e-Magazine memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan majalah fisik. Beberapa kelebihan dan kekurangan dari e-Magazine menurut Straubhaar, LaRose, dan Davenport (2012), Mc Cabe (2012) dan Kheeshadeh (2012) dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Kelebihan dari e-Magazine dari sisi Pembaca

Beberapa kelebihan dari e-Magazine jika dilihat dari sisi pembaca meliputi efektifitas dan efisiensi dari sistem akses e-Magazine itu sendiri, yang berarti dengan e-Magazine, kelebihan yang didapatkan adalah waktu dan biaya yang lebih minim untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau diinginkan. Selain itu, e-Magazine dapat disimpan dalam bentuk arsip dan dapat dibaca dimanapun dan kapanpun tanpa perlu takut berita yang diinginkan akan hilang karena berita tersebut dapat diakses melalu media online.

  • Kekurangan dari e-Magazine dari sisi Pembaca

Beberapa kekurangan dari e-Magazine meliputi sistem pembayaran yang lebih rumit karena terkadang harus menggunakan kartu kredit. Selain itu, beberapa hal yang menjadi kerugian dari e-Magazine seperti segmen yang sangat sempit karena syarat dari penggunaan e-Magazine yang membutuhkan media teknologi canggih untuk dapat diakses.

  • Kelebihan dari e-Magazine dari sisi Penerbit

Kelebihan dari e-Magazine dari sisi penerbit adalah kemudahan untuk mempromosikan e-Magazine itu sendiri karena perkembangan media sosial yang sangat menjamur, membuat e-Magazine dapat dipromosikan hanya dengan meletakkan link di media sosial atau membuat akun media sosial untuk memasarkan produk e-Magazine yang diproduksi oleh penerbit.

  • Kekurangan dari e-Magazine dari sisi Penerbit

Kekurangan dari e-Magazine dilihat dari sisi penerbit memang tidak terlalu banyak. Namun salah satu kelemahan dari e-Magazine adalah sulitnya pihak penerbit untuk menjangkau pasar-pasar menengah ke bawah yang sebenernya masih dapat dicapai.

Dampak Kehadiran e-Magazine Bagi Budaya Masyarakat

e-Magazine merupakan sebuah media informasi baru yang berbasis teknologi. Lahirnya e-Magazine tentunya akan membawa perubahan budaya masyarakat, terutama masyarakat Indonesia. Ada beberapa negara yang lebih memilih untuk menolak budaya baru dikarenakan adanya rasa takut apabila nantinya budaya baru tersebut akan mengikis kekuatan budaya lama yang telah menjadi adat tersendiri. Di sisi lain, beberapa negara lain lebih memilih untuk menggunakan budaya baru dikarenakan budaya baru mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat. Fenomena budaya baru yang sering disebut sebagai cultural imperialism memang memunculkan pro dan kontra di beberapa daerah tertentu, oleh karena itu, kehadiran media baru seperti e-Magazine juga tidak sepenuhnya dapat diterima oleh semua negara.

Di Indonesia sendiri, dampak dari perkembangan dunia digital cukup diterima oleh masyarakat. Dari total 255.5 juga masyarakat Indonesia, 72.7 juta masyarakat merupakan pengguna internet aktif dan dari 72.7 juta tersebut, ditemukan bahwa 54.2% nya adalah masyarakat yang menggunakan internet untuk mencari berita dan informasi terkini. [13]. Dengan fungsi e-Magazine yang merupakan media penyalur berita dan informasi secara periodik, maka dapat disimpulkan bahwa memang e-Magazine cukup diterima oleh masyarakat Indonesia.

Hasil Observasi Mengenai Dampak e-Magazine Terhadap Sistem Mencari Informasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masyarakat Indonesia memang menerima perubahan budaya, terutama budaya mencari informasi yang awalnya menggunakan koran dan majalah fisik, sekarang telah berkembang menjadi e-Magazine. Perubahan ini pastinya memiliki dampak tertentu bagi masyarakat Indonesia. Dilihat dari sisi budaya mencari informasi, dengan keberadaan e-Magazine, masyarakat Indonesia lebih mudah untuk mencari dan mendapatkan informasi. Beberapa kalangan atas mulai memanfaatkan e-Magazine untuk mencari informasi tanpa harus membuang waktu ke toko buku untuk membeli majalah. Beberapa contohnya adalah seperti para pegawai kantor yang dapat membaca e-Magazine saat perjalanan ke kantor atau perjalanan pulang.

Hasil Observasi Mengenai Dampak e-Magazine Terhadap Minat Membaca

Dampak kehadiran e-Magazine bagi budaya membaca juga memiliki pengaruh tersendiri. Dengan adanya e-Magazine, masyarakat yang gemar berpergian bisa mulai membaca majalah secara online dimanapun dan kapanpun. Dengan sebuah tablet, saat berpiknik atau berpergian jauh, masyarakat tetap bisa membaca majalah. Selain itu, dengan fleksibilitas akses e-Magazine yang sangat tinggi, akan membuat masyarakat memiliki niat lebih tinggi untuk membaca majalah. Beberapa kalangan yang memiliki kegiatan sangat sibuk namun tetap ingin memiliki informasi update mengenai sebuah hal tertentu akan sangat terbantu dengan keberadaan e-Magazine. Masyarakat yang memiliki kesibukan sangat tinggi ini dapat terus mengikuti informasi tanpa perlu membuang banyak waktu untuk mencari buku dalam bentuk fisik, sehingga akan membuat minat membaca masyarakat akan semakin tinggi. Kenyamanan juga menjadi salah satu faktor yang bisa meningkatkan minat membaca masyarakat. Dengan media teknologi yang lebih ringan dan ukuran lebih kecil, membuat minat membaca majalah akan semakin tinggi. Tablet merupakan salah satu media yang sangat membantu masyarakat untuk membaca e-Magazine karena bentuknya yang relatif kecil. Dengan kenyamanan penggunaan tablet, maka minat masyarakat untuk mengakses e-Magazine pastinya akan meningkat.

Kesimpulan

e-Magazine merupakan sebuah bentuk majalah yang didistribusikan secara elektronik dan diarahkan untuk masyarakat yang memiliki kebiasaan atau kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan komputer, teknologi dan internet. Dengan segala spesifikasinya, e-Magazine lahir sebagai budaya baru dalam masyarakat yang sedikit banyak juga memengaruhi budaya lama. Namun, e-Magazine dikatakan tidak akan pernah mampu untuk membuat majalah fisik menjadi hilang karena e-Magazine dan majalah fisik memiliki perbedaan dalam hal segmen masyarakat. Selain itu, majalah fisik sering menjadi arsip tertentu bagi masyarakat sehingga dapat disimpulkan bahwa baik majalah fisik dan e-Magazine memiliki keunggulan masing-masing yang tidak dapat tergantikan.

e-Magazine di Indonesia sendiri memiliki efek tertentu baik dari sisi cara mencari informasi, niat membaca maupun budaya yang efektif dan efisien. Dilihat dari sisi cara mencari informasi, sebelum lahirnya e-Magazine, masyarakat mencari informasi mengenai hobi atau kebutuhan lainnya dengan membutuhkan tenaga, waktu dan biaya lebih besar untuk pergi ke toko buku untuk membeli sebuah majalah. Dengan lahirnya e-Magazine, cara mencari informasi semakin mudah karena hanya perlu mengakses internet dan website yang menyediakan member majalah periodik sehingga dapat meminimalisir biaya dan waktu untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dan dibutuhkan. Dari sisi minat membaca, e-Magazine juga mendorong minat masyarakat untuk membaca. Dengan lahirnya e-Magazine, kemudahan untuk mengakses majalah pun semakin mudah dan dengan kemudahan yang ditawarkan, minat membaca masyarakat akan semakin tinggi karena pada waktu kosong pun, masyarakat dapat membaca majalah tanpa harus membuang waktu untuk mencari dan membeli majalah. Dengan kemudahan yang ditawarkan, masyarakat secara tidak langsung terdorong untuk membaca majalah dengan media teknologi.

Akan tetapi, terlepas dari seluruh keunggulan dari e-Magazine yang dapat dirasakan dan dinikmati saat ini, dapat dikatakan bahwa secara fungsional e-Magazine tidak memiliki perbedaan signifikan dengan majalah fisik. Fungsi dari majalah fisik dan e-Magazine itu sendiri adalah memberikan informasi tertentu sesuai dengan kebutuhan dan minat masyarakat dan selalu diperbaharui secara berkala atau periodik. Sehingga, jika dilihat dari aspek komunikasi, kedua bentuk majalah tersebut tetap memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu sebagai media komunikasi untuk masyarakat.

Referensi

  1. ^ Kheeshadeh, Maryam. (2010). “Effects Of Globalization On Mass Media In The World”. International Journal of Asian Social Science 2(10):1672-1693
  2. ^ Erdem, B. Kaya. (2011). “The Place Of Public Diplomacy In The Asymmetric Media Conflict: The “Hasbara Example” In The Hezbollah –Israel Media War”. Vol. 1 No. 16
  3. ^ Kheeshadeh, Maryam. (2010). “Effects Of Globalization On Mass Media In The World”. International Journal of Asian Social Science 2(10):1672-1693
  4. ^ McCabe, Chris. (2012). Rich text: A guide for poets publishing their work in ezines. Scotland: ALA Edition
  5. ^ Straubhaar, J., LaRose, R., Davenport, L. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning
  6. ^ Dunlap, Riley E., Michael E. Kraft, and Eugene A. Rosa (eds.). (1993). Public Reactions to Nuclear Waste: Citizens' Views of Repository Siting. Durham, NC: Duke University Press
  7. ^ Payne, G. (1993). Community integration and media Use: A new epoch requires a new view. Paper presented at the annual conference of the Association for Education in Journalism and Mass Communication, Kansas City, MO.
  8. ^ Straubhaar, J., LaRose, R., Davenport, L. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning
  9. ^ Straubhaar, J., LaRose, R., Davenport, L. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning
  10. ^ Inman, J., Wyke, J. (2014). “Van. We Were Promised Jetpacks: The Digital Magazine Non-Revolution and the Waning Promise of an Enhanced Content Explosion”. Vol. 15, No. 2
  11. ^ Inman, J., Wyke, J. (2014). “Van. We Were Promised Jetpacks: The Digital Magazine Non-Revolution and the Waning Promise of an Enhanced Content Explosion”. Vol. 15, No. 2
  12. ^ Inman, J., Wyke, J. (2014). “Van. We Were Promised Jetpacks: The Digital Magazine Non-Revolution and the Waning Promise of an Enhanced Content Explosion”. Vol. 15, No. 2
  13. ^ https://id.techinasia.com/tingkah-laku-pengguna-internet-indonesia/