Ini adalah artikel yang memenuhi kriteria penghapusan cepat artikel berbahasa asing yang tidak diterjemahkan, dari proyek Wikimedia bernama Tidak ada pranala ke proyek Wikimedia sumber. Lihat KPC A2.%5B%5BWP%3ACSD%23A2%7CA2%5D%5D%3A+Artikel+yang+tidak+diterjemahkanA2
Jika artikel ini tidak memenuhi syarat KPC, atau Anda ingin memperbaikinya, silakan hapus pemberitahuan ini, tetapi tidak dibenarkan menghapus pemberitahuan ini dari halaman yang Anda buat sendiri. Jika Anda membuat halaman ini tetapi Anda tidak setuju, Anda boleh mengeklik tombol di bawah ini dan menjelaskan mengapa Anda tidak setuju halaman itu dihapus. Silakan kunjungi halaman pembicaraan untuk memeriksa jika sudah menerima tanggapan pesan Anda.
Ingat bahwa artikel ini dapat dihapus kapan saja jika sudah tidak diragukan lagi memenuhi kriteria penghapusan cepat, atau penjelasan dikirim ke halaman pembicaraan Anda tidak cukup meyakinkan kami.
Catatan untuk pembuat halaman: Anda belum membuat atau menyunting article halaman pembicaraan. Jika Anda mengajukan keberatan atas penghapusan, mengeklik tombol di atas akan membawa Anda untuk meninggalkan pesan untuk menjelaskan mengapa Anda tidak setuju artikel ini dihapus. Jika Anda sudah ke halaman pembicaraannya, tetapi pesan ini masih muncul, coba hapus singgahan (cache).
Pulau Ambelau adalah sebuah pulau vulkanik yang terletak di Laut Banda di kepulauan Maluku. Pulau ini terletak di Kecamatan Ambelau di Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, Indonesia. Pusat administrasinya terletak Wailua, yang terletak di sebelah selatan pulau. Setengah dari jumlah populasi pulau ini terdiri dari penduduk asli Ambelau yang berbicara dengan Bahasa Ambelau; setengahnya lagi terdiri dari penduduk luar pulau dari Kepulauan Maluku and Pulau Jawa.
Pulau ini terletak di Laut Banda di selatan Selat Manipa, sebelah tenggara Pulau Buru yang jauh lebih besar. Pulau ini memiliki bentuk lonjong dengan sedikit menonjol di bagian tenggara pulau dan memiliki diameter maksimum 10 km. [1]
Pulau ini merupakan pulau vulkanik, dan terdiri dari batu sedimentasi masa Kenozoikum. Reliefnya sebagian besar merupakan pegunungan, dengan puncak tertinggi adalah 608 m (Gunung Baula) dan 559 m (Gunung Nona) di area barat. [2] Pulau ini naik secara vertikal dari laut, dan bagian rata hanya ditemukan di pesisir selatan dan timur. Banyak dari daerah ini, terutama di area pegunungan, diselimuti oleh hutan hujan tropis. [3] Pulau ini juga terletak di zona seismik yang aktif dengan gempa bumi yang cukup sering; signifikan dengan gempa bumi yang terjadi pada Agustus 2006. [4] Flora dan Fauna di pulau ini bermacam-macam mirip dengan yang ada di Pulau Buru. Ada cukup banyak terumbu karang di pesisir Ambelau. [3]
Administrasi
Pulau Ambelau termasuk ke dalam Provinsi Maluku, Indonesia. Sampai tahun 1999, pulau ini berada di daerah Kabupaten Maluku Tengah, lalu masuk ke Kabupaten Buru, dimana pulau ini menjadi kecamatan baru yang terpisah (Kecamatan Ambelau). [5] Pada 2008, ketika Kabupaten Buru Tengah pecah dari Kabupaten Buru, pulau ini menjadi bagian dari kecamatannya, menghapus status kecamatannya. [6] Pulau ini terbagi menjadi tujuh desa dan/atau kelurahan, yaitu Kampung Baru, Lumoy, Masawwa, Selasi, Siwar, Ulima, dan Elara. [1][3]
Fonetik dari bahasa lokal mengganti penggunaan kata hidup suka kata kedua pada nama pulau. Hasilnya, sumber dari Barat menamainya Ambelau, sementara sumber dari Indonesia mengejanya sebagai Ambalau, terutama di dokumen resmi dan di situs resmi Kabupaten Baru dan Buru Selatan. [1]
Populasi
Mayoritas populasi Pulau Ambelau (sekitar 9.600 jiwa pada 2009) tinggal di daerah daratan pantai, tersebar di Kampung Baru (1.442 jiwa), Lumoy (950 jiwa), Massawa (838 jiwa), Selasi (1.174 jiwa), Siwar (1.172 jiwa), Ulimo (1.407 jiwa), dan Elara (2.610). [3] Setengah dari populasinya adalah penduduk lokal Ambelau, dan sisanya adalah pendatang dari kepulauan di Maluku yang lainnya dari Sulawesi (kebanyakan Bugis) dan Suku Jawa. Suku-suku ini pindah ke pulau ini kebanyakan lewat program transmigrasi besar-besaran yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada 1900-an dan Pemerintahan Indonesia pada 1950-1960. Kelompok etnis-etnis berbicara dengan bahasa dan dialek yang berbeda setiap harinya, sebagai contoh Bahasa Ambelau. Meskipun begitu, kebanyakan orang dewasa menggunakan Bahasa Indonesia dan menggunakannya secara umum dengan suku lain. Secara agama, kebanyakan penduduk Ambelau beragama Islam Sunni dengan sebagian kecil Kristen dan dengan beberapa kepercayaan lokal. [3]
Ekonomi
Ekonomi lokal didominasi oleh pertanian. Sawah padi – hasil panen paling umum di Indonesia – dihindari di pulau ini karena daerah yang berbukit-bukit dan gangguan Babirusa buru yang merusak sawah (yang jarang diburu karena tradisi Islam). Daerah kecil yang subur di daerah pesisir digunakan untuk menanam maizena, sagu, ubi jalar, biji kakao, kelapa, merica jamaika, dan pala. Memancing Tuna dilakukan oleh penduduk desa Masawwa san Ulimo. Sebagian hasil pertanian dan ikan dijual ke pulau terdekat (Pulau Buru), kebanyakan di pasar kota Namlea. [3]
Referensi
^ abc"Pemekaran BURSEL" (dalam bahasa Indonesian). Pemerintah Kabupaten Buru (Official site of Buru Regency). 29 ноября 2007 года. Diakses tanggal 27 марта 2010.Periksa nilai tanggal di: |accessdate=, |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)