Kleopatra

ratu Kerajaan Ptolemaik di Mesir dari tahun 51 hingga 30 SM
Revisi sejak 5 November 2015 06.53 oleh Rifai muhammad22 (bicara | kontrib) (←Suntingan 114.121.161.93 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh JThorneBOT)

Kleopatra VII Philopator (bahasa Yunani: Κλεοπάτρα Φιλοπάτωρ; bahasa Inggris: Kleopatra VII; Januari 69 SM12 Agustus 30 SM) adalah ratu Mesir kuno, anggota terakhir dinasti Ptolemeus. Walaupun banyak ratu Mesir lain yang menggunakan namanya, dialah yang dikenal secara umum dengan nama Kleopatra, dan semua pendahulunya yang bernama sama hampir dilupakan orang.

Kleopatra VII
Ratu Mesir
Berkuasa51 SM–12 Agustus 30 SM
Ptolemeus XIII (51 SM–47 SM)
Ptolemeus XIV (47 SM–44 SM)
Caesarion (44 SM–30 SM)
PendahuluPtolemeus XII
PenerusTidak ada (Provinsi Romawi)
DinastiPtolemaik
AyahPtolemeus XII
IbuKleopatra V dari Mesir

Ia adalah penguasa Mesir bersama ayahnya Ptolemeus XII, saudara laki-laki sekaligus suaminya: Ptolemeus XIII dan Ptolemeus XIV, dan akhirnya anaknya Caesarion. Kleopatra berhasil mengatasi kudeta yang dirancang oleh pendukung saudara laki-lakinya dengan bersekutu dengan Julius Caesar dan dilanjutkan Markus Antonius. Kleopatra memiliki 1 anak dari Julius Caesar dan 3 anak dari Markus Antonius (dua di antaranya adalah kembar).

Kleopatra bunuh diri sewaktu Augustus (Oktavianusus) naik takhta dan menyerang Mesir, dengan cara memasukkan tangannya sendiri ke dalam keranjang penuh ular berbisa (Asp/sejenis Cobra asal Afrika Utara). Kisah hidupnya sering didramatisasikan dalam berbagai bentuk karya, termasuk "Antonius and Kleopatra" dari William Shakespeare dan beberapa film modern.

Masa kecil

Sedikit yang diketahui tentang masa kecil Kleopatra, tetapi Kleopatra berdarah Yunani, bukan keturunan Mesir. Ia dilahirkan pada awal tahun 69 SM, anak ke-3 dari 6 bersaudara dan lahir di kalangan Dinasti Ptolemaik Yunani. Ia mempunyai 2 orang kakak dan seorang adik perempuan serta dua adik laki-laki. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Alexandria yang merupakan kota terbesar dan termewah saat itu.

Kerajaan dari ayah Kleopatra tidak aman akibat tekanan dan konflik dari luar dan dalam perebutan kekuasaan, serta konflik internal seperti sentralisasi pemerintahan dan korupsi politik. Hal ini memicu pemberontakan dan lepasnya Siprus dan Cyrenaica yang menyebabkan masa kekuasaan Ptolemeus sebagai salah satu yang paling mematikan di dinasti tersebut. Semasa kecil, Kleopatra telah melihat persengketaan dalam keluarganya sendiri. Dikatakan bahwa ayahnya selamat dari 2 usaha pembunuhan ketika seorang pelayan menemukan ular berbisa yang mematikan di tempat tidurnya dan pelayan yang mencicipi minuman anggur tuannya meninggal. Kakak perempuan tertuanya, Tryphaena, juga mencoba untuk meracuni Kleopatra sehingga ia mulai menggunakan juru cicip. Ketika ia berusia belasan tahun, ia menyaksikan kejatuhan ayahnya sendiri dan ayahnya menjadi boneka Kekaisaran Romawi akibat beban utang yang terlalu tinggi, tetapi masih berharap agar Romawi tidak menaklukkan Mesir. Keadaan itu menyebabkan Ptolemeus XII diusir rakyat dari Alexandria yang akhirnya melarikan diri ke Romawi. Pada tahun 58 SM, ibunya, Kleopatra V mengambil alih pemerintahan bersama anaknya, Berenice IV dengan bantuan gubernur Suriah yang dikuasai Romawi, Aulus Gabinius, selama setahun hingga ibunya meninggal, lalu Berenice IV memerintah sendiri. Ptolemeus XII menggulingkan anak perempuan tertuanya pada tahun 55 SM dan menghukum mati anaknya, Berenice IV. Kakak perempuan Kleopatra lainnya, Tryphaena, mengambil takhta dan tidak lama kemudian ia meninggal yang menyisakan Kleopatra dengan suaminya dan adiknya, Ptolemeus XIII sebagai penerus takhta.

Dari ayahnya, Ptolemeus XII, Kleopatra mengetahui akan kekuatan leluhurnya. Leluhurnya telah melakukan penaklukan besar hampir 3 abad yang lalu.

 
Silsilah keluarga Kleopatra.

Naik takhta

Ptolemeus XII meninggal pada bulan Maret tahun 51 SM, membuat Kleopatra yang saat itu berusia sekitar 18 tahun dan Ptolemeus XIII yang berusia sekitar 12 tahun sebagai pemimpin gabungan. Tiga tahun pertama kekuasaan mereka sulit karena permasalahan ekonomi, kelaparan, banjir Sungai Nil, dan konflik politik. Walaupun Kleopatra menikahi adiknya, ia menunjukkan bahwa ia tidak memiliki keinginan untuk berbagi kekuasaan dengannya.

Diturunkan dari takhta

Pada bulan Agustus tahun 51 SM, relasi mereka rusak. Kleopatra menurunkan nama Ptolemeus dari dokumen resmi dan wajahnya muncul sendiri di uang koin yang bertentangan dengan tradisi Ptolemaik yang menyatakan bahwa pemimpin wanita dibawahkan oleh pemimpin laki-laki. Akibatnya, kelompok rahasia orang yang tidak termasuk dalam istana, yang dipimpin oleh kasim Pothinus, menjatuhkan Kleopatra dari kekuasaan dan menjadikan Ptolemeus pemimpin pada tahun 48 SM (atau lebih awal, dan terdapat sebuah dekret pada tahun 51 SM dengan nama Ptolemeus sendiri). Kleopatra mencoba untuk melakukan pemberontakan di sekitar Pelusium, tapi ia terpaksa melarikan diri dari Mesir dengan adiknya yang tersisa, Arsinoë.[1]

Kembali naik takhta

 
Kleopatra bertemu dengan Caesar.

Ketika Kleopatra pergi dari Mesir, Pompey terlibat dalam perang saudara Romawi. Pada musim gugur tahun 48 SM, Pompey melarikan diri dari pasukan Julius Caesar ke Alexandria dan mencari suaka. Ptolemeus saat itu berusia 15 tahun dan menunggu kedatangannya. Pada tanggal 28 September 48 SM, Pompey dibunuh oleh salah satu mantan perwiranya yang sekarang bekerja untuk Ptolemeus. Ia dipenggal di depan istri dan anaknya, yang berada di kapal yang baru saja ia turuni. Ptolemeus berpikir bahwa dengan melakukan ini ia dapat menyenangkan Julius Caesar. Ternyata ini merupakan kesalahan besar. Ketika Caesar tiba di Mesir dua hari kemudian, Ptolemeus memberikan kepala Pompey. Caesar yang melihat hal ini sangat marah karena walaupun ia musuh politik Caesar, Pompey adalah konsul Roma dan duda dari anak Julius Caesar, Julia. Caesar menguasai ibukota Mesir dan menjadikan dirinya penengah dalam pertentangan antara Ptolemeus dan Kleopatra.

Kleopatra mengambil kesempatan ini dan kembali ke istana untuk bertemu dengan Caesar. Diyakini bahwa Caesar terpesona dengan langkahnya, dan Kleopatra menjadi kekasihnya. Sembilan bulan setelah pertemuan pertama mereka, Kleopatra melahirkan seorang bayi. Pada saat ini, Caesar meninggalkan rencananya untuk menguasai Mesir, dan mendukung klaim Kleopatra atas takhta. Setelah perang saudara singkat, Ptolemeus XIII tenggelam di Sungai Nil dan Caesar mengembalikan Kleopatra ke takhtanya, dengan adiknya yang lain Ptolemeus XIV sebagai wakil pemimpin baru.

Hubungan Kleopatra dengan Julius Caesar

Walaupun perbedaan umur Kleopatra dan Julius Caesar sebesar 30 tahun, Kleopatra dan Caesar menjadi kekasih selama Caesar berada di Mesir tahun 48 SM sampai 47 SM. Mereka bertemu ketika Kleopatra berusia 21 tahun dan Caesar berusia 50 tahun. Pada tanggal 23 Juni 47 SM, Kleopatra melahirkan Ptolemeus Caesar (disebut "Caesarion" yang berarti "Caesar kecil"). Kleopatra mengklaim Caesar sebagai ayahnya dan berharap untuk menjadikan anak itu sebagai ahli waris, tetapi Caesar menolak dan lebih memilih cucu lelakinya, Oktavianus. Caesarion dimaksudkan untuk mewarisi Mesir dan Romawi, menyatukan timur dan barat.

Kleopatra dan Caesarion mengunjungi Roma pada tahun 47 SM sampai tahun 41 SM dan hadir ketika Caesar dibunuh pada tanggal 15 Maret 44 SM. Sebelum atau sesudah pembunuhan, ia kembali ke Mesir. Ketika Ptolemeus XIV meninggal karena kesehatannya memburuk, Kleopatra menjadikan Caesarion penerusnya. Untuk menjaganya dan Caesarion, adiknya Arsinoe meninggal.

Hubungan Kleopatra dengan Markus Antonius

 
Antonius dan Kleopatra, dibuat oleh Lawrence Alma-Tadema.

Pada tahun 42 SM, Markus Antonius, salah satu orang yang berkuasa di Roma setelah kematian Caesar, memanggil Kleopatra untuk bertemu dengannya di Tarsus untuk menjawab pertanyaan mengenai kesetiaan Kleopatra. Kleopatra tiba dan memikat Antonius yang menyebabkan Antonius menghabiskan musim dingin tahun 41 SM40 SM dengannya di Alexandria. Pada tanggal 25 Desember 40 SM, ia melahirkan 2 anak, Alexander Helios dan Kleopatra Selene II.

Empat tahun kemudian, tahun 37 SM, Antonius mengunjungi Alexandria sekali lagi untuk berperang dengan Parthia. Ia memperbarui hubungannya dengan Kleopatra, dan sejak saat itu Alexandria menjadi rumahnya. Ia menikahi Kleopatra berdasarkan ritus Mesir (menurut sepucuk surat yang dikutip oleh Suetonius), walaupun ia saat itu sudah menikah dengan Oktavia Minor. Ia dan Kleopatra dikaruniai seorang anak yang bernama Ptolemeus Philadelphus.

Setelah Kleopatra dan Antonius menyatakan akan membagi wilayah kepada anak-anak Kleopatra pada tahun 34 SM, dan juga setelah serangan Antonius terhadap Armenia, Kleopatra dan Caesarion dimahkohtai sebagai wakil pemimpin Mesir dan Siprus. Alexander Helios menjadi pemimpin Armenia, Media, dan Parthia; Kleopatra Selene II menjadi pemimpin Cyrenaica dan Libya. Ptolemeus Philadelphus menjadi penguasa Phoenicia, Suriah, dan Sisilia. Kleopatra juga mendapat gelar "Ratu atas Raja".

Sikap Antonius dipandang buruk oleh Romawi, sehingga Oktavianus meyakinkan senat untuk berperang dengan Mesir. Pada tahun 31 SM, pasukan Antonius menghadapi serangan armada Romawi di Pantai Actium. Dengan terjadinya pertempuran Actium, Oktavianus menyerang Mesir. Setelah ditinggalkan oleh tentaranya, Antonius melakukan aksi bunuh diri dengan menikam dirinya dengan pedang pada tanggal 12 Agustus 30 SM.

Kematian

 
Gambaran kematian Kleopatra oleh Reginald Arthur.

Akibat kematian Antonius, Kleopatra juga ikut bunuh diri. Tidak diketahui bagaimana ia meninggal, tetapi menurut legenda, ia mengambil keputusan untuk bunuh diri setelah ia menyadari bahwa ia gagal mencapai tujuannya. Ia meninggal akibat membiarkan dirinya digigit ular berbisa yang diselipkan ke dalam bakul berisi buah ara. Dalam detik terakhir kematiannya, ia menyatakan takdirnya sebagai seorang dewi.[2]

Anak Kleopatra, Caesarion mengklaim sebagai firaun Mesir, tetapi Oktavianus menang lebih dulu. Caesarion ditangkap dan dieksekusi; hidupnya dilaporkan diakhiri oleh pernyataan Oktavianus yang terkenal: "Tidak baik memiliki terlalu banyak Caesar." Hal ini mengakhiri garis pharaoh Mesir. Tiga anak dari Kleopatra dan Antonius diampuni dan dibawa kembali ke Roma dan mereka dirawat oleh istri Antonius, Oktavia Minor.

Pelayan Kleopatra, Iras dan Charmion juga bunuh diri. Anak perempuan Antonius, Oktavia dan anaknya, Iullus Antonius, diampuni. Anaknya yang tertua, Marcus Antonius Antyllus, dibunuh ketika memohon pengampunan di Caesarium.

Kleopatra dalam kebudayaan populer

Berkas:Image-1963 Cleopatra trailer screenshot (35)2.jpg
Elizabeth Taylor berperan sebagai Kleopatra dalam film Cleopatra tahun 1963.

Cerita Kleopatra telah mengagumkan penulis dan artis. Selain ia adalah figur politik yang kuat, ia juga muncul sebagai orang yang dapat bersekutu dengan 2 orang terkuat (Julius Caesar dan Markus Antonius) pada masanya. Ia muncul baik dalam buku, film, novel, drama, permainan video, lukisan, dan serial televisi. Contohnya pada drama Antony dan Cleopatra tahun 1609 buatan William Shakespeare. Film pertama yang berkaitan dengan Kleopatra adalah Antony and Cleopatra dengan Florence Lawrence sebagai Kleopatra. Contoh film lain adalah Cleopatra yang dibintangi oleh Helen Gardner. Banyak artis yang juga menjadikan Cleopatra sebagai objek lukisannya, contohnya Guido Cagnacci yang melukis tentang kematian Cleopatra pada tahun 1658.

Catatan kaki

  1. ^ Peter Green (1990). Alexander to Actium: The Historical Evolution of the Hellenistic Age. Berkeley: University of California Press. hlm. 661–664. ISBN 0-520-05611-6. 
  2. ^ Smith, William (ed.) (1867). Dictionary of Greek and Roman Biography and Mythology. Boston: Little, Brown & Company. hlm. 802. 

Referensi

  • Ullman, Berthold L. (1957). "Kleopatra's Pearls". The Classical Journal. 52 (5): 193–201. 

Pranala luar