Serangan Teror di Paris
Serangan Teror di Paris adalah sebuah serangan terorisme yang dilakukan secara terorganisir dan membabi buta yang terjadi di kota Paris, Perancis, pada tanggal 13 November 2015 waktu setempat[1]. Serangan ini dilancarkan dengan melakukan penyanderaan, peledakkan bom, hingga penembakan kepada masyarakat sipil di beberapa lokasi strategis di kota tersebut. Serangan ini adalah serangan mematikan kedua yang dialami oleh Paris, setelah sebelumnya pada tanggal 7 Januari 2015 sebuah penembakan terjadi di kantor pusat majalah satire Perancis, Charlie Hebdo. Menanggapi serangan teror ini, Presiden Perancis, Francois Hollande segera mengumumkan keadaan darurat dan memerintahkan perbatasan Perancis ditutup untuk mencegah pelaku melarikan diri[2].
Kejadian
Pada tanggal 13 November 2015, di kota Paris, Perancis, beberapa orang secara bersama-sama melakukan serangan teror di beberapa lokasi strategis di kota tersebut. Berikut kronologi kejadian di masing-masing lokasi:
1. Concert Hall The Bataclan
Di sini tengah berlangsung konser band Amerika, Eagles of Death Metal. Saksi mata melaporkan dua orang bersenjata otomatis menyerbu. Mereka menembaki penonton, melempar granat, dan kembali menembak lagi. Sekitar 100 orang tewas di tempat ini. Para penyerbu juga menyandera orang yang selamat[3].
2. Restoran Kamboja di Arrondissement Nomor 10
Penembakan terjadi di restoran yang sedang dipadati pengunjung. Awalnya pengunjung mengira mendengar suara petasan, namun belakangan diketahui bahwa suara tersebut berasal dari suara tembakan yang dilepaskan oleh pelaku teror. Dilaporkan 11 orang tewas di lokasi ini.
3. Restoran di pojok Jalan Rue de Charonne dan Rue Faidherbe
Penembakan juga terjadi di lokasi ini. Dilaporkan belasan orang menjadi korban tewas.
4. Bar dekat Stade de France
Ledakan terjadi di luar sebuah bar dekat stadion Stade de France. Saat itu sedang berlangsung pertandingan Prancis melawan Jerman di stadion tersebut. Ledakan diduga terjadi dari granat dan bom bunuh diri.
Korban
Pejabat Perancis menyebut, sedikitnya 153 orang tewas menjadi korban penembakan dan pengeboman di Paris, dan Saind Denis, tempat Stadion Stade de France berada. Korban terbanyak, menurut Kementerian Dalam Negeri Perancis, berada di ruang kosner Bataclan, sebanyak 112 orang. CNN melaporkan, unit SWAT menyerbu ruang konser Bataclan. Polisi setempat menyebut, dua pelaku teror berhasil ditembak. Polisi juga membebaskan sedikitnya 100 sandera di dalam ruang konser. Banyak dari korban sandera itu, terluka. Korban diduga meninggal karena tembakan dari senjata jenis AK47 dan ledakan granat tangan.
Dugaan Pelaku
Menurut beberapa saksi mata, banyak diantara pelaku teror menggunakan pakaian hitam. Beberapa pengamat juga mengatakan, serangan teror kali ini merupakan serangan balasan atas kematian Jihadi John, salah satu anggota ISIS di Suriah, yang dikenal sebagai eksekutor sandera asing di Suriah. Jihadi John dikabarkan tewas oleh serangan pesawat tak berawak (drone) Amerika Serikat.
Reaksi
Reaksi segera bermunculan menyusul terjadinya insiden teror di kota Paris ini. Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama mengecam serangan mematikan ini. Presiden Indonesia, Joko Widodo juga mengutuk keras serangan teror yang mengakibatkan lebih dari 150 orang masyarakat sipil tewas. Presiden Jokowi menegaskan, Indonesia tidak memberi toleransi terhadap terorisme dengan alasan apa pun. Presiden Jokowi juga menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam atas musibah yang menimpa rakyat Prancis, dan menyerukan semua pihak dalam komunitas internasional agar memperkuat kerja sama dalam menghadapi terorisme[4].