Pantai Papuma

pantai di Jember, Jawa Timur, Indonesia
Revisi sejak 23 November 2015 05.55 oleh Agung Puji Santoso (bicara | kontrib) (Wana Wisata Tanjung Papuma adalah tujuan wisata favorit bagi masyarakat Jember dan sekitarnya. Pantai ini berpasir putih dengan hutan lindung yang menjadikannya sejuk.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kata “Papuma” berasal dari akronim Pasir Putih Malikan. Sesuai dengan namanya Pantai Tanjung Papuma adalah sebuah penjorokan daratan ke laut dengan pantai pasir putih. Tidak hanya pasir putih yang terdapat di Papuma, batu-batu hijau, hitam, dan putih beraneka bentuk terhampar di sisi barat Papuma yaitu Pantai Malikan. Inilah perbedaan Papuma dengan pantai- pantai di sekitarnya. Di timur Papuma ada Pantai Watu Ulo dan Pantai Payangan yang berpasir hitam. Perbedaan ini mampu mendatangkan pengunjung lebih banyak ke Papuma dari pada Watu Ulo dan Payangan.

Berwisata ke pantai merupakan hal yang sangat menyenangkan. Lingkungan yang tenang, semilir angin, dan debur ombak selalu mengiringi tiap kegembiraan yang dihadirkannya. Kegembiraan itu akan semakin lengkap jika di sana terdapat aneka ragam flora fauna. Kicau burung, celoteh monyet, warna-warni serangga melengkapi suburnya tetumbuhan khas pantai. Tanjung Papuma adalah salah satu tujuan wisata di Kabupaten Jember yang mampu menyuguhkan keindahan tersebut.

Lokasi

Wana Wisata Tanjung Papuma adalah salah satu kawasan wisata unggulan Kabupaten Jember yang terletak kurang-lebih 40 km sebelah selatan kota Jember. Tempat ini terletak di Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan. Menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, perjalanan kesana memerlukan waktu antara 60 hingga 90 menit dari Kota Jember, lima sampai enam jam dari Surabaya atau Malang, dan tujuh sampai delapan jam dari Denpasar Bali.

Ada tiga alternatif jalan menuju Pantai Papuma. Jalur pertama adalah sekitar 3 km jalan belum beraspal tembus langsung menuju ke loket masuk. Jalur ini terletak di sebelah selatan Gunung Watangan. Gunung Watangan merupakan salah satu gunung paling selatan Kabupaten Jember. Gunung ini terletak di utara Pantai Papuma dan Watu Ulo. Ujung timur gunung ini memasuki wilayah Kecamatan Ambulu. Bagian tengahnya berada di Kecamatan Wuluhan, Ujung baratnya merupakan wilayah Kecamatan Puger. Ada jalan yang cukup lebar untuk sebuah mobil. Sayangnya, di kurang lebih kilo meter kedua jalan ini terdapat lokasi rawan longsor bila terjadi hujan lebat.

Jalur kedua melalui Pantai Watu Ulo yang merupakan wilayah Kecamatan Ambulu. Sebelum memasuki kawasan wisata Tanjung Papuma, pengunjung melewati Pantai Watu Ulo yang terletak di timur Tanjung Papuma. Jalan halus beraspal memudahkan akses Pantai Papuma. Tempat wisata Pantai Watu Ulo lebih dulu dikelola sebelum Tanjung Papuma dibuka untuk umum. Mungkin karena itulah – selain perbedaan wilayah kecamatan – pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 3000 per orang di loket masuk Pantai Watu Ulo walaupun hanya bertujuan ke Pantai Papuma. Sebab itu, pengunjung Papuma banyak tidak melalui jalur ini.

Jalur terberat adalah jalur ketiga. Perjalanan ini melalui pusat Kecamatan Wuluhan. Kecamatan Wuluhan terletak kurang lebih tujuh kilometer arah barat Kecamatan Ambulu. Dari pusat Kecamatan Wuluhan (Kantor Polsek Wuluhan), perjalanan ke selatan sejauh tiga km melalui Desa Ampel hingga pertigaan paling selatan, lalu belok kiri (ke timur) hingga Dusun Pomo. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke selatan (belok kanan) menuju Hutan Grintingan/Gunung Watangan. Jalan ini tidak dapat dilalui mobil. Hanya motor dan sepeda yang bisa melaluinya. Bahkan ketika musim hujan, jalur ini hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki, karena jalan berlumpur. Sebenarnya jalur ini sudah halus diaspal. Namun, karena kurang adanya perawatan maka jalan ini sebagian telah rusak akibat longsor. Jarak dari Pusat Kecamatan Wuluhan hingga loket masuk Tanjung Papuma melalui jalur ini sekitar 10 km, dengan estimasi waktu tempuh 30 menit menggunakan motor karena beratnya medan. Walaupun berat, jalur terakhir ini menawarkan keelokan hutan dengan latar belakang Pantai Watu Ulo dan birunya Laut Selatan yang terlihat indah dari celah-celah pepohonan. Beberapa jenis burung menyambut kedatangan pengunjung dengan keindahan siulannya, lebih-lebih jika hari masih pagi.

Sesampainya di loket masuk, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 3000 per orang, Rp. 1000 untuk parkir motor atau Rp. 7000 untuk parkir mobil. Biaya tersebut sudah termasuk asuransi kecelakaan. Dari sini perjalanan tinggal sekitar 10 menit lagi menggunakan kendaraan pribadi. Pengunjung harus melalui jalan mendaki dan menurun sejauh kurang lebih dua km. Sepanjang perjalanan disuguhkan pemandangan hutan nan elok. Pantai Papuma sesekali terlihat melalui sela-sela pepohonan di bukit dengan ketinggian sekitar 150 mdpl (meter di atas permukaan laut).

alan menuju Papuma juga digunakan untuk mengakses Gua Jepang dan Guwa Lowo yang berada di sebelah kiri jalan. Untuk mencapai guwa, pengunjung harus melalui jalan setapak yang menurun tajam, karena guwa-guwa tersebut terletak di tebing terjal pantai. Guwa Jepang merupakan tempat pengintaian Tentara Jepang pada masa Perang Dunia Kedua. Guwa Lowo (Jawa: kelelawar) menurut legenda adalah tempat bersemayam putri penguasa laut selatan “Dewi Sri Wulan” dan tempat bertapa Kyai Mataram.

Di Pantai Papuma, terdapat tempat parkir luas di sebelah kanan jalan masuk. Mobil bisa di parkir disana. Bila perjalanan diteruskan ke arah selatan, pengunjung bisa naik ke Siti Hinggil, tempat tertinggi di ujung Tanjung Papuma sekitar 50 mdpl. Dari ketinggian ini, pengunjung bisa menyaksikan debur ombak Ganasnya Laut Selatan menyerbu bukit-bukit karang yang terpisah dari pantai. Dari ketinggian ini pula, di sisi utara terhampar ekosistem hutan yang sangat bagus karena terjaga kelestariannya dengan pohon gebang mendominansi. Turun dari Siti Hinggil pantai berbatu di sebelah selatan dan ekosistem hutan di sebelah utara bisa dinikmati sambil berjalan atau berkendara ke arah barat. Di sinilah tampak sekali kekayaan keanekaragaman hayati ekosistem pantai, Formasi Pes-caprae dan Formasi Barringtonia.

Potensi

Tanjung Papuma menyuguhkan keindahan alam pantai didukung dengan ekosistem pantai yang terjaga. Di bagian timur, pantai berpasir putih terhampar dari utara ke ujung selatan tanjung, Siti Hinggil. Di beberapa tempat terdapat batu karang yang masih utuh ditemani beberapa bongkah batu karang bulat pipih terukir ombak, membentuk pantai batu putih. Tepat di timur Siti Hinggil terdapat batuan besar yang menyerupai kodok dan mahkota Dewa Narada. Kedua batu karang tersebut dinamakan Batu Kodok dan Batu Narada. Di sebelah selatan Siti Hinggil terdapat sebuah bukit batu besar yang menunjukkan bukti-bukti pernah menjadi satu daratan dengan Pantai Malikan. Ada jalur bebatuan yang menciptakan laut sangat dangkal antara pantai dengan batu tersebut. Di kejauhan sebelah barat terdapat beberapa batu-batu besar dan kecil selalu menampilkan semburat air laut yang menerjangnya. Ekosistem pantai menawan akan membuat wisatawan kerasan berlama-lama menikmati pemandangan. Rimbunnya pohon pada formasi baringtonia yang berada di utara Siti Hinggil dimanfaatkan oleh para pedagang menyajikan ikan segar, es kelapa muda, dan aneka ragam kuliner yang menambah kesan wisata alami khas pantai.

Keelokan Tanjung Papuma dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas penginapan ber-AC, tepat istirahat/balairung, bumi perkemahan, kios souvenir, playground, MCK, listrik/air bersih, musholla, dan telepon umum. Dengan adanya fasilitas tersebut, pengunjung bisa lebih betah menikmati pemandangan, bahkan bisa menginap dengan nyaman. Bila sampai menginap, pengunjung bisa menikmati keindahan matahari terbit dan tenggelam. Pada malam hari, suasana pantai semakin menakjubkan karena kehadiran bintang gumintang dan satwa laut yang mampu memendarkan cahaya.

Zonasi Vegetasi

1. Pes-capre

Khusus pantai bergelombang besar, seperti Pantai Papuma, dihuni oleh tetumbuhan yang berdasarkan jenisnya bisa dibedakan menjadi dua kawasan atau formasi. Daratan yang paling dekat dengan gelombang didominansi Ipomoea pes-caprae, karena itu disebut formasi pes- caprae. I. pes-caprae mampu tumbuh di atas pasir dengan sedikit sekali atau hampir tidak memerlukan tanah. Kemampuannya yang hebat menjadi benteng pertahanan pertama pantai dari ancaman angin dan gelombang.

Di Tanjung Papuma, jalur atau formasi pes-caprae ditemukan tidak luas. Tanjung Papuma memiliki pantai yang sempit. Jarak antara daratan hutan dan lokasi pecahnya gelombang laut hanya berkisar antara 0 sampai 50 m sehingga tumbuhan yang hidup di atas pasir juga sedikit. Populasi I. pes-caprae ditemukan di Pantai Malikan, pantai yang sebagian berbatu di sebelah barat Siti Hinggil. Pantai ini relatif lebih terjaga dibanding Pantai Pasir Putih di utara Siti Hinggil. Kebanyakan pengunjung memilih Pantai Pasir Putih yang berombak lebih kecil, berpantai pasir, dan dekat dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan pengelola, serta jika pengunjung merasakan lapar dahaga ada beberapa kios atau warung yang menyediakan kelezatan ikan bakar dan kesegaran es kelapa muda.

2. Baringtonia

Sebutan “baringtonia” berasal dari nama marga tumbuhan penghuni pantai Baringtonia procera dan B. asiatica. Penyebutan ini tidak berarti bahwa formasi ini hanya ditumbuhi oleh baringtonia saja. Di antara baringtonia banyak juga dijumpai waru, pandan, gamal, dan bahkan gebang. Kekayaan inilah yang membuat formasi ini didiami banyak satwa, berhawa sejuk, sekaligus menjadikannya zona utama pertahanan pantai terhadap tsunami. Formasi ini secara alami akan membentuk hutan pantai yang bisa sangat rapat. Kerapatannya membuat manusia kesusahan menembusnya. Pantai yang berhutan terlalu lebat tentunya akan miskin pengunjung. Karena itu, diperlukan kearifan dalam pengelolaannya sehingga formasi ini dapat menjadi penjaga pantai sekaligus tempat nyaman untuk berwisata.