Siti (film)

film Indonesia
Revisi sejak 23 November 2015 20.26 oleh Rimapavadria (bicara | kontrib) (menambahkan informasi disambiguasi, membuat draf untuk paragraf lanjutan)

Siti adalah film independen Indonesia yang disutradai oleh Eddie Cahyono dan pertama kali tayang pada 2014. Film drama ini mengisahkan kisah Siti (Sekar Sari), seorang perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari, setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang.

Siti
Poster film "Siti"
SutradaraEddie Cahyono
ProduserIfa Isfansyah
Ditulis olehEddie Cahyono
PemeranSekar Sari
Bintang Timur
Haydar Saliz
Ibnu Widodo
Titi Dibyo
Penata musikKrisna Purna
SinematograferUjel Bausad
PenyuntingGreg Arya
DistributorFour Colours Films
Tanggal rilis
Durasi88 menit
Negara Indonesia
BahasaJawa
AnggaranRp100 juta[1]

Sebagai film independen, Siti tidak ditayangkan melalui bioskop berjaringan di seluruh Indonesia, namun justru pertama kali dirilis dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014.[2] Siti telah memenangkan beberapa penghargaan di luar negeri dan di dalam negeri, salah satunya sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2015.

Sinopsis

Siti (Sekar Sari) adalah perempuan 24 tahun yang hidup bersama dengan ibu mertuanya Darmi (Titi Dibyo), anak semata wayangnya Bagas (Bintang Timur Widodo), dan suaminya Bagus (Ibnu Widodo). Keluarga Siti adalah keluarga miskin yang tinggal di pinggir pantai Parangtritis. Bagus berprofesi sebagai seorang nelayan miskin yang membeli perahu baru dengan cara berutang. Namun, nasib sial menimpa satu tahun lalu ketika perahu baru milik Bagus mengalami kecelakaan, melenyapkan perahu sekaligus membuat Bagus lumpuh, serta membuat Bagus tidak mampu melunasi utangnya. Akibat kecelakaan itu, Siti dan Darmi beralih profesi sebagai penjual peyek jingking untuk wisatawan di pantai Parangtritis. Di malam hari, Siti juga bekerja menjadi pemandu karaoke di salah satu tempat karaoke lokal.

Adegan film dimulai ketika polisi menggrebek dan menutup tempat karaoke Sarko (Agus Lemu Radia). Sementara itu, Bagus marah dan mogok bicara dengan Siti karena ia menjadi pemandu karaoke, sementara Siti terpaksa melakoni profesi malam itu demi melunasi utang milik Bagus. Siti yang kesal akhirnya ikut bersama dengan Sarko dan beberapa karyawan karaoke lainnya melakukan unjuk rasa di depan kantor polisi setempat. Di sanalah, Siti bertemu dengan Gatot (Haydar Saliz), salah satu polisi tampan yang ikut menjaga unjuk rasa. Siti dan Gatot mulai terlihat saling jatuh cinta dan terlibat dalam hubungan gelap. Teman-teman sesama pemandu karaokenya mulai membujuk Siti untuk segera meninggalkan Bagus dan menikah dengan Gatot yang lebih mapan.

Siti menjadi frustrasi ketika sang penagih utang kembali datang pada suatu pagi dan memberikan tenggat waktu 3 hari bagi Siti untuk melunasi utang suaminya. Sementara itu, Bagas menjadi malas belajar dan beberapa kali melawan perintah Siti. Secara bersamaan, Sarko mengundang Siti untuk datang lagi ke tempat karaoke, karena Sarko sedang berusaha menyogok polisi dengan memberikan layanan karaoke gratis malam itu agar tempat karaokenya dapat kembali dibuka. Siti dan teman-temannya bertugas menjadi pramuria, menggoda para polisi, tidak terkecuali Gatot yang hadir malam itu. Di ruang karaoke, Siti yang frustrasi berat merokok dan minum bir hingga mabuk. Siti yang mulai tidak terkendali akhirnya mulai mendekati Gatot.

Di luar ruang karaoke, Sarko dan teman-temannya terus memanas-manasi situasi agar Siti mau menerima pinangan Gatot. Siti yang terpojok dalam situasi menjadi galau dan melepaskan frustrasinya dengan mendekam di dalam kamar mandi, ketika tiba-tiba Gatot masuk ke dalam kamar mandi. Di sana, mereka berdua berciuman, namun tidak lama Gatot kebingungan karena Siti yang tiba-tiba merasa "bukan Siti yang biasanya". Namun, setelah Gatot kembali menanyakan apakah Siti akan menerima lamarannya, Siti memutuskan untuk tetap bersama dengan Bagus sekalipun ia terbelit utang. Gatot pun memberikan uang untuk membantu melunasi utangnya.

Siti yang mabuk berat hingga tidak mampu berdiri terpaksa pulang sambil dipandu kedua temannya pada dini hari. Siti kemudian berjalan tertatih-tatih menuju kamar suaminya untuk menunjukkan bahwa ia telah membawa uang untuk melunasi utang, sekaligus menceritakan bahwa ia mencintai Gatot. Mendengar hal itu, Bagus hanya mengucapkan "Pergi" dengan nada yang berat. Siti yang kesal kemudian pergi keluar rumah dan berjalan menuju pantai saat subuh, terus berjalan menuju ombak lautan.

Daftar Pemeran

  • Sekar Sari, sebagai Siti
  • Haydar Saliz, sebagai Gatot
  • Ibnu Widodo, sebagai Bagus
  • Bintang Timur Widodo, sebagai Bagas
  • Titi Dibyo, sebagai Darmi
  • Agus Lemu Radia, sebagai Sarko

Produksi

Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar dilakukan di sekitar Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Penggunaan teknik sinematografi dengan adegan panjang tanpa putus yang bergerak mengikuti pergerakan para lakonnya sengaja dilakukan agar menonjolkan emosi berderak dari peran Siti.[3]

Penyuntingan

Salah satu tema dominan dalam film ini adalah seluruh film yang berwarna hitam putih. Pewarnaan hitam putih ini sengaja dilakukan untuk menggambarkan betapa "tidak berwarna"-nya hidup seorang Siti.[2] Selain itu, sutradara dan produser juga membuat keputusan berani untuk mengubah rasio gambar dari 16:9 menjadi 4:3 untuk "mendekatkan" kehidupan Siti dan penontonnya, sekaligus menonjolkan terbatasnya pilihan-pilihan hidup Siti [3]


Referensi

  1. ^ "Film Siti Akan Tayang di Bioskop Indonesia". Jakarta. Diakses tanggal 24 November 2015. 
  2. ^ a b "'Siti,' Kisah Wanita Frustrasi di Pesisir Parangtritis" (dalam bahasa Indonesia). Jakarta. Diakses tanggal 24 November 2015. 
  3. ^ a b "Hitam-Putih Sebuah Hari Siti". Kompas. 22 November 2015.