Siti (film)

film Indonesia
Revisi sejak 24 November 2015 20.49 oleh Rimapavadria (bicara | kontrib) (melengkapi artikel yg ditemukan di berbagai website dan daftar penghargaan yg diperoleh Siti)

Siti adalah film independen Indonesia yang disutradai oleh Eddie Cahyono dan pertama kali tayang pada 2014. Film drama ini mengisahkan kisah Siti (Sekar Sari), seorang perempuan penjual peyek jingking di Parangtritis sekaligus menjadi pemandu karaoke di malam hari, setelah suaminya lumpuh dalam kecelakaan yang menenggelamkan kapal nelayannya sekaligus menjebak Siti dalam lilitan utang.

Siti
Poster film "Siti"
SutradaraEddie Cahyono
ProduserIfa Isfansyah
Ditulis olehEddie Cahyono
PemeranSekar Sari
Bintang Timur
Haydar Saliz
Ibnu Widodo
Titi Dibyo
Penata musikKrisna Purna
SinematograferUjel Bausad
PenyuntingGreg Arya
DistributorFour Colours Films
Tanggal rilis
Durasi88 menit[1]
Negara Indonesia
BahasaJawa
AnggaranRp150 juta[2][3]

Sebagai film independen, Siti tidak ditayangkan melalui bioskop berjaringan di seluruh Indonesia, namun justru pertama kali dirilis dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014.[4] Siti telah memenangkan beberapa penghargaan di luar negeri dan di dalam negeri, salah satunya sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2015.[5]

Sinopsis

Siti (Sekar Sari) adalah perempuan 24 tahun yang hidup bersama dengan ibu mertuanya Darmi (Titi Dibyo), anak semata wayangnya Bagas (Bintang Timur Widodo), dan suaminya Bagus (Ibnu Widodo). Keluarga Siti adalah keluarga miskin yang tinggal di pinggir pantai Parangtritis. Bagus berprofesi sebagai seorang nelayan miskin yang membeli perahu baru dengan cara berutang. Namun, nasib sial menimpa satu tahun lalu ketika perahu baru milik Bagus mengalami kecelakaan, melenyapkan perahu sekaligus membuat Bagus lumpuh, serta membuat Bagus tidak mampu melunasi utangnya. Akibat kecelakaan itu, Siti dan Darmi beralih profesi sebagai penjual peyek jingking untuk wisatawan di pantai Parangtritis. Di malam hari, Siti juga bekerja menjadi pemandu karaoke di salah satu tempat karaoke ilegal.

Adegan film dimulai ketika polisi menggrebek dan menutup tempat karaoke Sarko (Agus Lemu Radia). Sementara itu, Bagus marah dan mogok bicara dengan Siti karena ia menjadi pemandu karaoke, sementara Siti terpaksa melakoni profesi malam itu demi melunasi utang milik Bagus. Siti yang kesal akhirnya ikut bersama dengan Sarko dan beberapa karyawan karaoke lainnya melakukan unjuk rasa di depan kantor polisi setempat. Di sanalah, Siti bertemu dengan Gatot (Haydar Saliz), salah satu polisi tampan yang ikut menjaga unjuk rasa. Siti dan Gatot mulai terlihat saling jatuh cinta dan terlibat dalam hubungan gelap. Teman-teman sesama pemandu karaokenya mulai membujuk Siti untuk segera meninggalkan Bagus dan menikah dengan Gatot yang lebih mapan.

Siti menjadi frustrasi ketika sang penagih utang kembali datang pada suatu pagi dan memberikan tenggat waktu 3 hari bagi Siti untuk melunasi utang suaminya sebesar lima juta rupiah. Sementara itu, Bagas menjadi malas belajar dan beberapa kali melawan perintah Siti. Secara bersamaan, Sarko mengundang Siti untuk datang lagi ke tempat karaoke, karena Sarko sedang berusaha menyogok polisi dengan memberikan layanan karaoke gratis malam itu agar tempat karaokenya dapat kembali dibuka. Siti dan teman-temannya bertugas menjadi pramuria, menggoda para polisi, tidak terkecuali Gatot yang hadir malam itu. Di ruang karaoke, Siti yang frustrasi berat merokok dan minum bir hingga mabuk. Siti yang mulai tidak terkendali akhirnya mulai mendekati Gatot.

Di luar ruang karaoke, Sarko dan teman-temannya terus memanas-manasi situasi agar Siti mau menerima pinangan Gatot. Siti yang terpojok dalam situasi menjadi galau dan melepaskan frustrasinya dengan mendekam di dalam kamar mandi, ketika tiba-tiba Gatot masuk ke dalam kamar mandi. Di sana, mereka berdua berciuman, namun tidak lama Gatot kebingungan karena Siti yang tiba-tiba merasa "bukan Siti yang biasanya". Namun, setelah Gatot kembali menanyakan apakah Siti akan menerima lamarannya, Siti memutuskan untuk tetap bersama dengan Bagus sekalipun ia terbelit utang. Gatot pun memberikan uang untuk membantu melunasi utangnya.

Siti yang mabuk berat hingga tidak mampu berdiri terpaksa pulang sambil dipandu kedua temannya pada dini hari. Siti kemudian berjalan tertatih-tatih menuju kamar suaminya untuk menunjukkan bahwa ia telah membawa uang untuk melunasi utang, sekaligus menceritakan bahwa ia mencintai Gatot. Mendengar hal itu, Bagus hanya mengucapkan "Pergi" dengan nada yang berat. Mendengar hal itu, Siti marah dan film diakhiri dengan adegan Siti pergi keluar rumah dan berjalan menuju pantai saat subuh, terus berjalan menuju ombak lautan.[6]

Daftar Pemeran

  • Sekar Sari, sebagai Siti
  • Haydar Saliz, sebagai Gatot
  • Ibnu Widodo, sebagai Bagus
  • Bintang Timur Widodo, sebagai Bagas
  • Titi Dibyo, sebagai Darmi
  • Agus Lemu Radia, sebagai Sarko

Produksi

Praproduksi

Siti merupakan salah satu film "low budget" karena hanya menghabiskan Rp150 juta untuk seluruh proses produksi film yang berdurasi 88 menit.[2] Eddie Cahyono, sutradara sekaligus penulis naskah film juga hanya menghabiskan dua bulan untuk menyelesaikan naskah Siti.[3]

Pengambilan Gambar

Proses pengambilan gambar film ini tergolong cepat karena hanya dilakukan selama enam hari[3] di sekitar Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Penggunaan teknik sinematografi dengan adegan panjang tanpa putus yang bergerak mengikuti pergerakan para lakonnya sengaja dilakukan agar menonjolkan emosi berderak dari peran Siti.[7]

Penyuntingan

Salah satu tema dominan dalam film ini adalah seluruh film yang berwarna hitam putih. Pewarnaan hitam putih ini sengaja dilakukan untuk menggambarkan betapa "tidak berwarna"-nya hidup seorang Siti.[4] Selain itu, sutradara dan produser juga membuat keputusan berani untuk mengubah rasio gambar dari 16:9 menjadi 4:3 untuk "mendekatkan" kehidupan Siti dan penontonnya, sekaligus menonjolkan terbatasnya pilihan-pilihan hidup Siti.[7]

Rilis

Hingga saat ini, Siti belum ditayangkan melalui bioskop berjaringan di seluruh Indonesia karena keterbatasan dana dan belum mengurus kelulusan sensor kepada Lembaga Sensor Film. Produser Ifa Isfansyah mengaku sedang memproses kelulusan sensor tersebut sebelum dapat ditayangkan secara luas di penayangan reguler.[8]

Siti pertama kali tayang dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2014.[4] Siti juga menjadi film pilihan (official selection) dalam beberapa festival film nasional dan internasional.[1]

Respons Kritikus

Secara umum, Siti memperoleh respon positif dari berbagai kritikus. Harian Kompas menyebutkan Siti "kuat berbicara", serta "hadir wajar, menyentuh, tanpa terjebak cengeng atau klise". Situs CNN Indonesia mengapresiasi Sekar Sari yang mampu berakting layaknya aktris papan atas.[4] Situs CinemaPoetica.com mencatut Siti sebagai kritik atas ketidaksetaraan gender, di mana perempuan Jawa (atau mungkin perempuan pada umumnya) hanya memiliki ruang yang sangat sempit dalam mengekspresikan dirinya, serta mengkritisi perempuan yang terjebak dalam kesempatan kerja yang tidak memihak perempuan.[6]

Penghargaan

Siti menyabet berbagai penghargaan dalam festival film internasional maupun di dalam negeri, termasuk "Film Fiksi Panjang Terbaik" Apresiasi Film Indonesia 2015 dan "Film Terbaik" Festival Film Indonesia 2015.

Penghargaan Tanggal Kategori Penerima Hasil
Singapore International Film Festival 2014[9] 13 Desember 2014 Best Performance for Silver Screen Award Sekar Sari Menang
"Asian New Talent Award" Shanghai International Film Festival 2015[10] 20 Juni 2015 Best Scriptwriter Eddie Cahyono Menang
Best Cinematographer Ujel Bausad Nominasi
17th Taiwan International Film Festival 2015[11] Juli 2015 International New Talent Competition Siti Nominasi
23rd Filmfest Hamburg 2015[12] Oktober 2015 NDR Young Talent Award Siti Nominasi
Apresiasi Film Indonesia 2015[13][14] 24 Oktober 2015 Film Fiksi Panjang Terbaik Siti Menang
Poster Film Terbaik Siti Menang
19th Toronto Reel Asian International Film Festival 2015[15] 8 November 2015 Honourable Feature Mention Siti Menang
9th Warsaw Five Flavours Film Festival 2015[16] 20 November 2015 Special Mention Siti Menang
Festival Film Indonesia 2015[5] 23 November 2015 Film Terbaik Siti Menang
Penulis Skenario Asli Terbaik Eddie Cahyono Menang
Penata Musik Terbaik Krisna Purna Menang
Sutradara Terbaik Eddie Cahyono Nominasi
Sinematografi Terbaik Ujel Bausad Nominasi

Referensi

  1. ^ a b "Siti" (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 November 2015. 
  2. ^ a b "Pulang Kampung, 'Siti' Boyong Tiga Piala Citra". CNNIndonesia.com. Jakarta. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  3. ^ a b c "Tak Tayang di Bioskop, Siti Buktikan Jadi Film Terbaik". Republika.co.id. 24 November 2015. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  4. ^ a b c d "'Siti,' Kisah Wanita Frustrasi di Pesisir Parangtritis". CNNIndonesia.com. Jakarta. Diakses tanggal 24 November 2015. 
  5. ^ a b "Pemenang dan Nomine FFI 2015". Indonesia. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  6. ^ a b "Siti: Perempuan Tidak Sebatas Peran". Diakses tanggal 25 November 2015. 
  7. ^ a b "Hitam-Putih Sebuah Hari Siti". Kompas. 22 November 2015. 
  8. ^ "Film Siti Akan Tayang di Bioskop Indonesia". Tempo.co. Jakarta. Diakses tanggal 24 November 2015. 
  9. ^ "Wrapping Up SGIFF 2014" (dalam bahasa bahasa Inggris). 17 December 2014. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  10. ^ "Asian New Talent Awards Were Announced Yesterday" (dalam bahasa bahasa Inggris). 22 November 2015. Diakses tanggal 24 November 2015. 
  11. ^ "Siti" (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 November 2015. 
  12. ^ "NDR Young Talent Award 2015" (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 November 2015. 
  13. ^ "Daftar Lengkap Penerima Apresiasi Film Indonesia 2015". CNNIndonesia.com. Yogyakarta. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  14. ^ "17 Pemenang Apresiasi Film Indonesia 2015". Diakses tanggal 25 November 2015. 
  15. ^ "Reel Asian 2015 Festival Award Winners Announced" (dalam bahasa bahasa Inggris). 18 November 2015. Diakses tanggal 25 November 2015. 
  16. ^ ""0.5 mm" Wins the 9th Five Flavours, "Siti" Receives the Special Mention" (dalam bahasa bahasa Inggris). 20 November 2015. Diakses tanggal 25 November 2015. 

Pranala Luar