FASIES METAMORFISME

Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk akibat proses metamorfisme baik yang berasal dari batuan beku ataupun batuan sedimen. Proses metamorfsme dikontrol oleh suhu dan tekanan. Kedua faktor sangat berpengaruh besar pada proses metamorfisme karena kedua faktor ini merupakanfaktor pengontrol utama. Perlu digaris bawahi pada proses metamorfisme ini bahwa tidak memasuki fase cair didalamnya.

Dalam pembentukan batuan metamorf terdapat istilah fasies metamorfisme. Jadi fasies metamorfme sendiri merupakan suatu bentuk dari pengelompokan mineral-mineral metamorfik yang ada dan didasarkan pada tekanan dan suhu tertentu yang dicapai oleh mineral tersebut dlam pembentukannya pada batuan metamorf. Sehingga dapat digambarkan bahwa batan yang mengalami metamorfisme pada suhu dan tekanna yang sama akan menghasilkan satu jenis batuan metamorf yang memiliki karakteristik yang sama.

Secara sederhana terdapat tiga titik pertemuan yang menggambarkan keterkaitan suhu dan tekanan. Pada titik A merupakan titik dimana tekanannya rendah namun suhunya tinggi. Pada titik A mineral yang paling banyak terbentuk yaitu mineral granulite dan mineral hornfels. Kemudian titik pertemuan yang kedua yaitu titik B dimana titik B ini menggambarkan tekanan yang memiliki kecenderungan tekanan tinggi dan diimbangi dengan suhu yang tinggi juga. Pada titik ini mineral yang paling banyak terbentuk yaitu mineral eclogite dan amphibolite. Kemudian titik perteuan yang ketiga merupakan titik pertemuan C diaman pada titik ini merupakan titik pertemuan antara tekanan yang tiggi dengan suhu yang rendah. Titik A termasuk kedalama metamorfisme kontak, titik B termasuk kedalam metamorfisme regional, dan titik C termasuk kedalam zona subduksi.

Terdapat dua fasies metamorfisme utama yaitu fasies metamorfosa kontak dan fasies metamorfosa regional.pada fasies metamorfosa kontak didasarkan pada penambahan suhu sehinga dapat disimpulkan pada fasies ini suhu merupakan faktor yang dominan. Pada fasiem metamorfosa kontak dibagi menjadi 4 fasies yaitu fasies hornfels Albit-epidot, fasies Horfels Hornblend, Fasies hornfels piroksen serta fasises sanadinit. Pada fasies hornfels epidot umumnya berkembang pada bagian paling luar dari suatu kontak sehingga proses rekristalisasi dan reaksi metamorfosa seringkali tidak sempurna. Pencirinya adalah adanya struktur relict atau sisa yang tidak stabil,. Untuk fasies Hornfels-Hornblende memiliki ciri khsus yaitu tidak ditemukannya klorit. Fasies ini terbentuk pada tekanan yang rendah, tetapi dengan suhu yang sedikit lebih tinggi daripada fasies hornfels albit-epidot. Pada Fasies Hornfels Piroksen,fasies ini oleh Winkler (1967) disebut fasies Hornfels K.Feldspar – Kordierit, karena kedua mineral tersebut muncul pertama kalinya di fasies ini. Fasies ini terbentuk pada suhu yang tinggi dan tekanan yang rendah. Mineral penciri dari fasies ini adalah orthopiroksen. Dan terakhir untuk fasies Sanadinit adalah salah satu fasies langka karena kondisi pembentukannya memerlukan suhu yang sangat tinggi, tetapi tekanannya rendah. Oleh karenanya, kondisi ini hanya bisa dicapai di sekitar daerah metamorfosa kontak tetapi dengan syarat suhu tertentu. Karena jika suhu terlalu tinggi, maka batuan bisa melebur dan melewat fase cair.

Fasies metamorfosa regional merupakan fasies yang meliputi daerah yang luas, pada fasies ini terbagi lagi menjadi 7 macam fasies yaitu fasies zeolit, fasies Prehnite-Pumpellyite, fasies Greenschist, fasies Blueschist, fasies Amphibolit, fasies Granulit, dan fasies eclogit

Fasies Zeolit adalah fasies metamorf tipe regional dengan derajat terendah. Pada batas diagenesa dan metamorfisme regional, akan terjadi pengaturan kembali mineral lempung, kristalisasi pada kuarsa dan K-feldspar, terombaknya mineral temperatur tinggi dan pengendapan karbonat. Bila perubahan ini terjadi pada butiran yang kasar, maka akan memasuki metamorfosa dengan fasies Zeolit. Yang kedua yaitu Fasies Prehnite-Pumpellyite, pada fasies ini terbentuk dengan kondisi suhu dan tekanan rendah, tetapi sedikit lebih tinggi daripada fasies Zeolit. Penamaan fasies ini berasal dari kandungan dua mineral dominan yang muncul yakni mineral prehnite (a Ca – Al – phyllosilicate) dan pumpellyite (a sorosilicate). Yang ketiga yaitu fasies Greenschist, pada fasies ini Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot. Batuan yang termasuk dalam fasies ini bisa batusabak, filit, dan sekis. Yang ke empat yaitu fasies Blueschist,  pada fasies ini Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi temperatur lebih kecil daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya sangat luas. Yang kelima yaitu fasies Fasies amfibolit terbentuk pada tekanan menengah dan suhu yang cukup tinggi. Penyebaran fasies ini tidak seluas dari fasies sekis hijau. Batuan yang masuk dalam fasies ini adalah pelitik, batupasir-feldspatik, basal, andesit, batuan silikat-kapur, batupasir kapuran dan serpih amfibolit. Yang keenam yaitu fasies granulit, pada fasies ini terbentuk pada tekanan rendah hingga menengah, tetapi pada suhu yang tinggi. Fasies ini adalah hasil dari metamorfosa derajat tinggi, merupakan metamorfosa yang paling bawah dari kelompok gneissic. Dan yang ketujuh yatu fasies eklogit, yaitu fasies di dalam bumi. Batuan ini biasanya sangat keras karena terbentuk pada kedalaman yang besar di dalam bumi.