Situs Purbakala Liyangan

bangunan kuil di Indonesia

Candi Liyangan atau Situs Liyangan membuka tabir keberadaan Kerajaan Medang dan Mataram Kuno atau Mataram Hindu

7°24′14″S 110°16′16″E / 7.40389°S 110.27110°E / -7.40389; 110.27110Situs Liyangan sungguh spektakuler dari segi sejarah dan lokasi. Situs Liyangan hancur pada awal abad ke-10, sekitar 1,000 tahun lalu akibat letusan Gunung Sindoro. Mengunjungi situs Liyangan sangat berbeda dengan mengunjungi Trowulan. Situs Liyangan di Temanggung, Jawa Tengah masih memberikan kesempatan munculnya kejutan peradaban Mataram Kuno.

Dan memang, Situs Liyangan adalah jawaban terhadap pertanyaan tentang sisa Kerajaan Mataram Kuno yang tak pernah muncul selain disebut dalam berbagai kitab dan prasasti. Situs Liyangan dipastikan merupakan sisa kerajaan Mataram Kuno. Temuan situs Liyangan sangat menarik karena membuka awal tabir besar peradaban Kerajaan Mataram Kuno.

Yang unik dari situs liyangan adalah semua candi menghadap ke selatan. Tidak seperti candi Dieng dan candi Gedongsongo yang menghadap ke semua penjuru: barat, timur, utara, dan selatan sesuai dengan kontor tanah tempat candi dibangun.

Situs Liyangan dengan temuan utama di Pelataran Barat, Pelataran Tengah, Pelataran Timur. Pelataran Timur memiliki candi tanpa pintu tangga, terletak pada kontur tanah terendah. Dipastikan candi di halaman ini memiliki tangga namun telah hilang karena tangga berundak terbuat dari kayu. Hal ini bisa dilihat dari sisa struktur batu tangga yang menghadap ke selatan. Pelataran Timur ini memiliki luasan wilayah yang selurus dengan benteng dan batas benteng.

Di antara Pelataran Tengah dan Pelataran Timur terdapat batas tembok pertigaan antara Pelataran Tengah dan Pelataran Barat. Tampak banyak batu reruntuhan berserakan yang menjadi penanda adanya batas Pelataran Tengah dan Pelataran Barat. Antara Pelataran Tengah dan Pelataran Timur juga dibatasi oleh tembok rendah namun karena situsnya sudah rusak, tak ditemukan lagi sisa batas tembok di sisi selatan atau pun timur.

Pelataran Barat memiliki struktur yang paling menarik. Pelataran Barat ini memiliki 5 candi berbentuk rendah. Uniknya candi di Liyangan memiliki atap dan terbuat dari kayu. Hal itu bisa dilihat di hampir semua candi itu terdapat batu bulat sebagai umpak atau landasan diletakkannya pilar penopang atap candi. Yang sangat menarik adalah ditemukan beberapa batu besar bulat. Batu bulat itu merupakan salah satu umpak untuk menopang kayu pilar besar yang menjadi bangunan utama di Pelataran Barat. Sayangnya hanya ditemukan dua batu. Karena di situ selama puluhan tahun penggali batu selalu menghancurkan batu candi itu. Terlebih lagi batu candi memiliki kekerasan berbeda dengan batu letusan Gunung Sindoro.

Pelataran Barat memiliki candi yang menghadap ke selatan. Pemujaan dilakukan menghadap ke utara. Pun tempat Istana Raja berada di bagian utara kelima candi. Pelataran Barat ini dibatasi oleh tembok atau benteng.

Di luar Pelataran Barat di sebelah barat dibatasi dengan tembok batu alami. Di bagian selatan masih tersisa benteng setinggi hampir 2 meter yang membatasi Pelataran Barat dengan jalan di luar. Struktur asli jalanan masih terlihat.

Di seberang jalan terdapat struktur bebatuan yang membuat jalan atau gang itu berada di tengah koridor antara tembok atau benteng dengan bebatuan yang menyangga struktur tanah luas yang dipastikan merupakan bagian dari situs itu.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ninoy/situs-liyangan-potret-sisa-kerajaan-mataram-kuno_55a75fc33f23bdbb0752da7e

 
Candi Liyangan saat diekskavasi.

Candi Liyangan adalah situs purbakala berupa candi dan kawasan permukiman di lereng timur Gunung Sundoro, tepatnya di permukiman warga Dusun Liyangan, Desa Purbasari, Kecamatan Ngadirejo, berjarak sekitar 20 kilometer arah barat laut dari kota Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Situs ini baru ditemukan pada tahun 2008.[1]

Penemuan pertama berupa talud, yoni, arca, dan batu-batu candi. Penemuan selanjutnya sebuah bangunan candi yang tinggal bagian kaki dan di atasnya terdapat sebuah yoni yang unik, tidak seperti umumnya, karena yoni ini memiliki tiga lubang. Penelitian dan penggalian lebih lanjut dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2010 dan 2011 menyimpulkan bahwa situs tersebut bukan merupakan candi besar tetapi sebuah perdusunan Mataram Kuno. Berdasar gambaran hasil survei penjajakan Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan bahwa Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks; indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, sekaligus situs pertanian.

Pranala luar

Referensi