Suciwati
Suciwati lahir di Malang pada 23 Maret 1968. Lulusan IKIP Malang ini pernah mengajar di MIN Malang 1 dan SMA Cokro Aminoto Malang. Gelisah dalam pergumulan melihat ketidak adilan dari cerita teman sekampung yang menjadi buruh dipabrik garment dekat kampung mereka, Suciwati memutuskan keluar dari profesi guru menjadi buruh pada tahun 1990 di bulan Oktober. Selang tiga bulan dia berhasil mengorganisir buruh pabrik tersebut dengan mendirikan SPSI ditempat mereka bekerja pada tahun 1991 dibulan Maret. Hasilnya dia dipecat setelah gagal dirayu dan disuap bos nya yang berkebangsaan Korea dengan janji diangkat jadi personalia dan sekolah lagi asalkan tidak memimpin oraganisasi buruh tersebut.
Setelah kejadian tersebut Suciwati membuat kelompok diskusi Buruh Malang setiap Minggu antar beberapa buruh pabrik garment di Malang. Dalam perjalanan mengorganisir buruh inilah dia bertemu dengan Munir. Ikut penelitian 'peran masyarakat Ketindan Lawang dalam aksi buruh Sidobangun', penelitian UMR buruh Malang tahun 1994.
Pada tanggal 6 Juni 1996 di Malang menikah dengan Munir Said Thalib dan pindah domisili di daerah Prumpung Jakarta Timur. Mereka mempunyai anak Soultan Alif Allende 1998, dan Diva Suukyi Larasati 2002.
Dalam perjalanan mendampingi Munir untuk advokasi Orang Hilang Suciwati lebih banyak mendukung kerja-kerja Munir yang bekerja di YLBHI mendirikan KOntraS, Imparsial. Selama mengadvokasi orang hilang dan keluarga korban kekerasan negara Suciwati kena imbas ancaman yang diberikan kepada Munir. Baik teror psikis maupun fisik. Setidaknya dua kali mendapatkan teror kiriman bom, surat-surat dan bahkan sampai Pembunuhan suaminya Munir pada 07 September 2004. Suaminya, Munir dibunuh dan meninggal diudara dalam perjalanan menempuh S2 ke Uttrech Belanda. Suciwati menerima penghargaan Time Asia's Hero pada tahun 2005 atas usahanya yang membuat dunia lebih baik.